Termasuk dari dzikir adalah bacaan doa yang tidak dibatasi oleh waktu tertentu, seperti yang diucapkan seseorang ketika mengalami kegelisahan di tempat tidurnya hingga ia tidak bisa tidur, atau khawatir terkena insomnia, karena insomnia adalah hilangnya tidur dari seseorang disebabkan oleh waswas (bisikan), kesedihan, atau sebab lainnya.
Lihat: “Al-Adzkar” karya Imam An-Nawawi (hlm. 97, cet. Dar Al-Fikr), dan “Al-Mafatih” karya Imam Al-Muzahiri (3/218, cet. Dar An-Nawadir).
Imam Abu Hamid Al-Ghazali berkata dalam “Ihya Ulumuddin” (1/345, cet. Dar Al-Ma’rifah), dalam adab ke-10 dari adab tidur:
[الدُّعَاءُ عِنْدَ التَّنَبُّهِ فَلْيَقُلْ فِي تَيَقُّظَاتِهِ وَتَقَلُّبَاتِهِ مَهْمَا تَنَبَّهَ مَا كَانَ يَقُولُهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ]
“Berdoalah ketika terbangun, hendaklah ia mengucapkan dalam saat-saat terjaga dan berbolak-baliknya (di atas tempat tidur) apa yang biasa diucapkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam.”
Ini mencakup pula insomnia karena sama-sama dalam kondisi terjaga, gelisah, dan tidak nyaman dalam tidur, sebab itu semua merupakan akibat dari insomnia.
Adapun dzikir dan doa yang diriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam terkait insomnia, yang dapat dibaca untuk mendapatkan tidur, di antaranya adalah:
1. Doa dari Nabi untuk Khalid bin Al-Walid
Dari Buraidah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
أنَّ خَالِدَ بْنَ الْوَلِيدِ الْمَخْزُومِيَّ شَكَا إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، مَا أَنَامُ اللَّيْلَ مِنَ الْأَرَقِ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ: “إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَقُلِ: اللَّهُمَّ رَبَّ السَّمَوَاتِ السَّبْعِ وَمَا أَظَلَّتْ، وَرَبَّ الْأَرَضِينَ وَمَا أَقَلَّتْ، وَرَبَّ الشَّيَاطِينِ وَمَا أَضَلَّتْ، كُنْ لِي جَارًا مِنْ شَرِّ خَلْقِكَ كُلِّهِمْ جَمِيعًا أَنْ يَفْرُطَ عَلَيَّ أَحَدٌ أَوْ أَنْ يَبْغِيَ عَلَيَّ، عَزَّ جَارُكَ، وَجَلَّ ثَنَاؤُكَ، وَلَا إِلَهَ غَيْرُكَ، وَلَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ”
Artinya:
“Wahai Allah, Tuhan langit yang tujuh dan apa yang dinaunginya, Tuhan bumi dan apa yang dipikulnya, Tuhan para setan dan apa yang disesatkannya. Jadilah pelindungku dari kejahatan seluruh makhluk-Mu agar tidak ada yang menyerangku atau menganiayaku. Maha Perkasa perlindungan-Mu, Maha Agung pujian-Mu, tidak ada Tuhan selain Engkau.” (HR. At-Tirmidzi dan Ath-Thabrani dalam “Al-Awsath”)
Al-‘Allamah As-Saffarini Al-Hanbali dalam “Ghiza’ Al-Albab” (2/386, cet. Muassasah Qurtubah) mengatakan:
[ومِنْهَا أنَّ الإنسانَ إذا أصابَه أرقٌ دعا بالكلماتِ التي علَّمها رسولُ الله صلى الله عليه وسلم لخالدٍ رضي الله عنه]
“Termasuk adab tidur adalah jika seseorang tertimpa insomnia, hendaknya ia berdoa dengan doa yang diajarkan Rasulullah kepada Khalid radhiyallahu ‘anhu.”
2. Doa dari Nabi untuk Zaid bin Tsabit
Diriwayatkan oleh Ibnus Sunni dalam “‘Amal Al-Yaum wa Al-Lailah”, dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
شَكَوْتُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ أَرَقًا أَصَابَنِي، فَقَالَ: “قُلِ: اللَّهُمَّ غَارَتِ النُّجُومُ، وَهَدَأَتِ الْعُيُونُ، وَأَنْتَ حَيٌّ قَيُّومٌ، لَا تَأْخُذُكَ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ، يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ، أَهْدِئْ لَيْلِي، وَأَنِمْ عَيْنِي”
Aku mengadu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam karena tidak bisa tidur, lalu beliau bersabda: “Katakanlah: Wahai Allah, bintang-bintang telah tenggelam, mata-mata telah tenang, dan Engkau Maha Hidup lagi Maha Berdiri Sendiri, tidak mengantuk dan tidak tidur. Wahai Yang Maha Hidup dan Berdiri Sendiri, tenangkan malamku dan tidurkan mataku.”
Makna: “أَهْدِئْ لَيْلِي” adalah tenangkan malamku agar aku dapat tidur, atau tenangkan diriku dengan tidur agar terhindar dari begadang dan insomnia serta hilang rasa gelisah, sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu ‘Allan Al-Bakri dalam “Al-Futuhat Ar-Rabbaniyyah” (3/179, cet. Jam’iyyah An-Nasyr wa At-Ta’lif Al-Azhariyyah).
3. Dzikir Nabi Ketika Akan Tidur
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam “Shahihnya”, dari Aisyah radhiyallahu ‘anha:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ، نَفَثَ فِي كَفَّيْهِ بِـ {قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ} وَبِالْمُعَوِّذَتَيْنِ جَمِيعًا، ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا وَجْهَهُ وَمَا بَلَغَتْ يَدَاهُ مِنْ جَسَدِهِ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila hendak tidur, beliau meniup pada kedua telapak tangannya dengan membaca Qul huwallahu ahad, dan Al-Mu‘awwidzatain (Al-Falaq dan An-Naas), kemudian mengusapkannya ke wajahnya dan seluruh tubuh yang dapat dijangkau oleh tangannya.”
Syihabuddin Al-Kurani berkata dalam “Al-Kautsar Al-Jari” (9/286, cet. Dar Ihya’ At-Turats Al-‘Arabi):
[فَائِدَةُ المَسْحِ بِاليَدِ بَعْدَ النَّفْثِ وُصُولُ الهَوَاءِ المُخْتَلِطِ بِبَرَكَةِ القُرْآنِ إِلَى جَسَدِهِ]
“Faedah dari mengusap dengan tangan setelah meniup (dzikir) adalah agar udara yang bercampur dengan berkah Al-Qur’an sampai ke tubuhnya.”
4. Membaca Surah Saat Akan Tidur
Diriwayatkan oleh An-Nasa’i dalam “As-Sunan Al-Kubra”, dari Syaddad bin Aus radhiyallahu ‘anhu:
مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يَأْوِي إِلَى فِرَاشِهِ، فَيَقْرَأُ سُورَةً مِنْ كِتَابِ اللهِ حِينَ يَأْخُذُ مَضْجَعَهُ إِلَّا وَكَّلَ اللهُ بِهِ مَلَكًا لَا يَدَعُ شَيْئًا يَقْرَبُهُ يُؤْذِيهِ حَتَّى يَهُبَّ مَتَى هَبَّ
“Tidaklah seorang hamba Muslim berbaring di tempat tidurnya lalu membaca satu surat dari Kitabullah kecuali Allah akan menugaskan seorang malaikat yang tidak membiarkan sesuatu pun mendekatinya untuk menyakitinya hingga ia bangun.”
Hadits ini mencakup ayat-ayat yang biasa dibaca ketika akan tidur seperti Ayat Kursi dan dua ayat terakhir dari surah Al-Baqarah, sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Hajar Al-‘Asqalani dalam “Fath Al-Bari” (11/125, cet. Dar Al-Ma‘rifah).
5. Doa Penyerahan Diri Sebelum Tidur
Dari Al-Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam bersabda:
يَا فُلَانُ، إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ، فَقُلْ: اللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ نَفْسِي إِلَيْكَ، وَوَجَّهْتُ وَجْهِي إِلَيْكَ، وَفَوَّضْتُ أَمْرِي إِلَيْكَ، وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِي إِلَيْكَ، رَغْبَةً وَرَهْبَةً إِلَيْكَ، لَا مَلْجَأَ وَلَا مَنْجَا مِنْكَ إِلَّا إِلَيْكَ، آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِي أَنْزَلْتَ، وَبِنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ، فَإِنَّكَ إِنْ مُتَّ فِي لَيْلَتِكَ مُتَّ عَلَى الفِطْرَةِ، وَإِنْ أَصْبَحْتَ أَصَبْتَ أَجْرًا
Artinya:
“Wahai fulan, jika engkau hendak tidur, maka katakanlah: ‘Ya Allah, aku menyerahkan diriku kepada-Mu, menghadapkan wajahku kepada-Mu, menyerahkan urusanku kepada-Mu, dan menyandarkan punggungku kepada-Mu, karena mengharap dan takut kepada-Mu. Tidak ada tempat berlindung dan keselamatan kecuali kepada-Mu. Aku beriman kepada kitab-Mu yang Engkau turunkan dan kepada nabi-Mu yang Engkau utus. Jika engkau meninggal di malam itu maka engkau meninggal di atas fitrah, dan jika engkau bangun di pagi hari maka engkau memperoleh pahala.'” (Muttafaq ‘alaih)
Dalam lafaz lain: “أَصَبْتَ خَيْرًا” (kamu mendapatkan kebaikan), dan kata ini mengandung makna agung.
Lihat: ‘Umdat Al-Qari (25/157, cet. Dar Ihya’ At-Turats Al-‘Arabi).
6. Doa Ketika Takut dan Gelisah Saat Tidur
Diriwayatkan oleh An-Nasa’i dalam “As-Sunan Al-Kubra”, dari ‘Amr bin Syu‘aib, dari ayahnya, dari kakeknya:
كَانَ خَالِدُ بْنُ الْوَلِيدِ بْنِ الْمُغِيرَةِ رَجُلًا يَفْزَعُ فِي مَنَامِهِ، فَذَكَرَ ذَلِكَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ لَهُ: “إِذَا اضْطَجَعْتَ فَقُلْ: بِسْمِ اللَّهِ، أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ، مِنْ غَضَبِهِ وَعِقَابِهِ، وَشَرِّ عِبَادِهِ، وَمِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ، وَأَنْ يَحْضُرُونِ”
“Khalid bin Al-Walid bin Al-Mughirah adalah seseorang yang sering terkejut dalam tidurnya, maka ia mengadukan hal itu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam. Maka Rasul pun bersabda kepadanya: ‘Jika kamu hendak tidur maka ucapkanlah: Dengan nama Allah, aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kemurkaan-Nya, siksaan-Nya, kejahatan hamba-hamba-Nya, bisikan-bisikan setan dan agar mereka tidak mendatangiku.'”
Dalam riwayat At-Tirmidzi:
“فَإِنَّهَا لَنْ تَضُرَّهُ”
“Sesungguhnya doa itu tidak akan membahayakannya.”
Sebagaimana dijelaskan oleh Al-Mulla ‘Ali Al-Harawi dalam “Mirqat Al-Mafatih” (5/333, cet. Dar Al-Fikr).
Kesimpulan:
Berdasarkan hal tersebut, telah disebutkan bahwa terdapat beberapa doa dan dzikir yang diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam saat mengalami insomnia atau sulit tidur, sebagaimana dijelaskan di atas. Namun, penting juga untuk menghadirkan keagungan Allah dalam hati, serta membersihkan hati dari hal-hal yang menghalangi datangnya ketenangan dari Allah. Meskipun demikian, seseorang juga tidak boleh mengabaikan aspek pengobatan dan konsultasi medis, karena itu termasuk bagian dari ikhtiar yang diperintahkan secara syar’i, khususnya bila insomnia semakin parah.
Wallahu Subhanahu wa Ta‘ala A‘lam.
Untuk mendukung dakwah Madarif Institute silahkan berikan infaq terbaik melalui rekening: 7314673349 (BSI) a.n YYS MADARIF INSPIRASI INDONESIA