Tafsir QS At-Taubah:101
Ketika dunia menyaksikan kehancuran yang brutal di Jalur Gaza—dari Jabalia hingga Al-Maghazi—dan serangan biadab Israel yang menewaskan puluhan warga sipil, kita bertanya: di mana suara dunia Arab?
Seruan klasik “di mana orang-orang Arab?” kini menjadi ironi yang terus berulang. Para pemimpin Arab terlihat diam, pasif, dan kehilangan roh perlawanan. Sejarawan menyebut kondisi ini ibarat lakon “Waiting for Godot” — menunggu harapan yang tidak pernah datang, tidak bergerak, tidak mendekat pada solusi, hanya menonton kebinasaan.
Dalam konteks inilah, ayat berikut kembali menyeruak ke permukaan:
وَمِمَّنْ حَوْلَكُم مِّنَ ٱلْأَعْرَابِ مُنَٰفِقُونَ وَمِنْ أَهْلِ ٱلْمَدِينَةِ مَرَدُوا۟ عَلَى ٱلنِّفَاقِ لَا تَعْلَمُهُمْ ۖ نَّحْنُ نَعْلَمُهُمْ ۚ سَنُعَذِّبُهُم مَّرَّتَيْنِ ثُمَّ يُرَدُّونَ إِلَىٰ عَذَابٍ عَظِيمٍ
(QS At-Taubah: 101)
“Dan di antara orang-orang Arab badui yang di sekeliling kalian itu ada orang-orang munafik. Dan di antara penduduk Madinah (pun) ada yang telah terbiasa dengan kemunafikan. Engkau (wahai Muhammad) tidak mengetahui mereka, tetapi Kami yang mengetahuinya. Kami akan mengazab mereka dua kali, kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar.”
Penjelasan Tafsir Ibnu Katsir:
Ibnu Katsir menjelaskan bahwa kemunafikan bisa muncul dari dua sisi:
1. Dari kalangan luar kota (a’rab / badui), yang kasar dan mudah memutar lidah.
2. Dari penduduk kota (seperti Madinah), yang ahli dalam kemunafikan, lihai menyembunyikan niat.
Mereka disebut “مَرَدُوا عَلَى النِّفَاقِ” — terbiasa dan profesional dalam kemunafikan. Mereka bukan orang awam, tetapi orang yang menyembunyikan kekafiran dengan rapi di balik klaim keislaman.
Lalu apa hubungannya dengan diamnya negara-negara Arab hari ini?
Realita menunjukkan bahwa banyak pemimpin Arab telah menjadi aktor “simbolik” belaka. Mereka menyuarakan dukungan kepada Palestina, tetapi secara politik dan ekonomi bersekongkol dengan Israel.
Seperti yang diungkap Golda Meir:
“Setelah membakar Masjid Al-Aqsa, saya tidak tidur karena takut. Tapi ketika pagi datang dan tidak ada reaksi dari negara-negara Arab, saya tahu: kita bisa lakukan apapun sesuka kita.”
“Kami akan mengazab mereka dua kali…”
Ibnu Katsir dan ulama lain menjelaskan bahwa azab ini bisa berupa:
1. Kehinaan dan kegelisahan di dunia: seperti rasa takut, tertekan karena Islam berkembang, dan kepemimpinan yang runtuh dari dalam.
2. Azab kubur: yang menanti mereka karena kebusukan niatnya.
3. Dan akhirnya azab besar di akhirat.
Mungkinkah ini juga berlaku bagi penguasa-penguasa yang membisu terhadap darah Muslimin hari ini?
Sikap mereka menyuarakan satu hal secara publik, tapi menandatangani kesepakatan dengan musuh Allah secara diam-diam, bisa saja menyeret mereka ke dalam golongan yang digambarkan ayat ini.
“Engkau tidak mengetahui mereka, tapi Kami mengetahuinya…” — ini menunjukkan betapa kemunafikan sangat sulit dikenali secara lahiriah.
Penutup: Tafsir Bertemu Realita
Ayat ini bukan sekadar potret sejarah masa silam. Ia adalah cermin masa kini, terutama ketika kita melihat bahwa:
· Negara-negara Arab justru berlomba membuka hubungan dagang dan diplomatik dengan Israel;
· Ketika rakyat Palestina dibantai, para pemimpin sibuk mempertahankan kursi dan utang luar negerinya;
· Dan umat Islam di seluruh dunia hanya bisa menangis dan berdoa — menunggu janji Allah datang.
Allah berjanji:
“Kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar…”
Sungguh, jika hari ini Palestina seperti Vladimir dan Estragon dalam Waiting for Godot, maka semoga mereka segera sadar bahwa pertolongan tak datang dari Arab, tapi dari Allah dan umat Islam sejati di seluruh dunia.
📚 Tafsir Ibnu Katsir
🌐 Disarikan oleh Madarif Institute
🖋️ Disusun untuk memperjelas korelasi antara wahyu dan realita zaman
Untuk mensupport dakwah Madarif Institute silahkan berikan infaq terbaik melalui rekening: 7314673349 (BSI) a.n YYS MADARIF INSPIRASI INDONESIA.