Hukum Doa Awal Tahun dan Akhir Tahun

Doa awal tahun dan doa akhirnya adalah termasuk doa-doa para salihin dan pengalaman-pengalaman mereka yang telah teruji. Keduanya merupakan doa-doa yang baik dan telah diwariskan dari para ulama besar sejak sekitar seribu tahun yang lalu. Doa-doa ini telah dianjurkan, diajarkan, dan diwariskan daripada guru-guru dan ulama pada zamannya, yaitu asy-Syaikh al-Imam al-Wali ash-Shalih Abu Umar al-Maqdisi Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Qudamah al-Hanbali [lahir tahun 528 H, wafat tahun 607 H], yang merupakan saudara dari Imam al-Allamah al-Muwaffaq Ibnu Qudamah [w. 620 H], penulis kitab al-Mughni dalam bidang fikih.

Al-‘Allamah sejarawan Syamsuddin Abu al-Muzhaffar Yusuf Sabth Ibn al-Jauzi berkata dalam kitab tarikhnya Mir’at az-Zaman fi Tawarikh al-A’yan (22/180-181, cet. Dar ar-Risalah al-‘Alamiyyah):
[Dan beliau mengajarkan kepadaku doa tahun, lalu beliau berkata: Para guru kami senantiasa menjaga untuk membaca doa ini di awal setiap tahun dan di akhirnya, dan aku tidak pernah meninggalkannya sepanjang hidupku. Adapun di awal tahun, maka engkau berkata:

اللَّهُمَّ أَنْتَ الْأَبَدِيُّ الْقَدِيمُ، وَهَذِهِ سَنَةٌ جَدِيدَةٌ، أَسْأَلُكَ فِيهَا الْعِصْمَةَ مِنَ الشَّيْطَانِ وَأَوْلِيَائِهِ، وَالْعَوْنَ عَلَى هَذِهِ النَّفْسِ الْأَمَّارَةِ بِالسُّوءِ، وَالِاشْتِغَالَ بِمَا يُقَرِّبُنِي إِلَيْكَ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ

[Allāhumma anta al-abadiyyu al-qadīm, wa hādhihi sanatun jadīdah, asʾaluk fīhā al-ʿiṣmata mina al-shayṭāni wa awliyāʾih, wa al-ʿawna ʿalā hādhihi al-nafsi al-ammārati bis-sūʾ, wa al-isytighāla bimā yuqarribunī ilayka yā dhā al-jalāli wa al-ikrām.]

“Ya Allah, Engkau-lah Yang Abadi dan Yang Awal, dan ini adalah tahun baru. Aku memohon kepada-Mu pada tahun ini perlindungan dari setan dan para pengikutnya, dan pertolongan terhadap nafsu yang selalu memerintahkan kepada keburukan, serta kesibukan dengan sesuatu yang mendekatkan aku kepada-Mu, wahai Dzat yang memiliki keagungan dan kemuliaan.”

Maka setan berkata: ‘Kami telah berputus asa terhadap dirinya untuk sisa tahun ini,’ lalu Allah mewakilkan dua malaikat yang menjaganya.
Adapun doa di akhir tahun, maka ia membaca pada akhir hari-hari tahun:

اللَّهُمَّ مَا عَمِلْتُ فِي هَذِهِ السَّنَةِ مِمَّا نَهَيْتَنِي عَنْهُ، وَلَمْ تَرْضَهُ وَلَمْ تَنْسَهُ، وَحَلُمْتَ عَنِّي بَعْدَ قُدْرَتِكَ عَلَى عُقُوبَتِي، وَدَعَوْتَنِي إِلَى التَّوْبَةِ مِنْ بَعْدِ جُرْأَتِي عَلَى مَعْصِيَتِكَ، فَإِنِّي أَسْتَغْفِرُكَ مِنْهُ فَاغْفِرْ لِي، وَمَا عَمِلْتُ فِيهَا مِمَّا تَرْضَاهُ وَوَعَدْتَنِي عَلَيْهِ الثَّوَابَ، فَأَسْأَلُكَ أَنْ تَتَقَبَّلَهُ مِنِّي، وَلَا تَقْطَعْ رَجَائِي مِنْكَ يَا كَرِيمُ

[Allāhumma mā ʿamiltu fī hādhihi al-sanati mimmā nahaytanī ʿanhu, wa lam tardhah wa lam tansah, wa ḥalamta ʿannī baʿda qudratika ʿalā ʿuqūbatī, wa daʿawtanī ilā al-tawbati min baʿdi jurʾatī ʿalā maʿṣiyatika, fa innī astaghfiruka minhu faghfir lī, wa mā ʿamiltu fīhā mimmā tardaahu wa waʿadtanī ʿalayhi al-thawāba, fa asʾaluka an tataqabbalahu minnī, wa lā taqṭaʿ rajāʾī minka yā karīm.]

“Ya Allah, apa pun yang aku lakukan di tahun ini dari hal-hal yang Engkau larang aku darinya, yang Engkau tidak ridai, namun Engkau tidak melupakannya, dan Engkau bersabar terhadapku padahal Engkau berkuasa untuk menghukumku, dan Engkau memanggilku kepada tobat setelah aku berani melakukan maksiat kepada-Mu, maka aku memohon ampun kepada-Mu darinya, maka ampunilah aku. Dan apa pun yang aku lakukan di dalamnya dari hal-hal yang Engkau ridai dan Engkau janjikan pahala padanya, aku memohon kepada-Mu agar Engkau menerimanya dariku, dan janganlah Engkau putus harapanku kepada-Mu, wahai Dzat Yang Maha Mulia.”

Maka setan berkata: ‘Kami telah bersusah payah bersamanya sepanjang tahun, lalu dia merusak usaha kami dalam sekejap.’ Selesai kutipan.

Sejak saat itu para ulama dari berbagai mazhab dan aliran telah menukil kedua doa ini dan menganjurkannya dalam zikir-zikir sepanjang tahun tanpa ada pengingkaran. Kedua doa ini disebutkan dalam kitab Hasyiyah karya al-‘Allamah Abu Abdillah Muhammad bin al-Madani Kannan [w. 1302 H], faqihnya penduduk Maghrib di zamannya. Kitab ini merupakan ringkasan dari Hasyiyah al-‘Allamah Muhammad bin Ahmad ar-Rahuni [w. 1230 H], mufti mazhab Maliki di zamannya, atas syarah al-‘Allamah Muhammad bin Abdul Baqi az-Zurqani al-Maliki [w. 1122 H], penutup para ahli hadits di Mesir, atas matan al-‘Allamah Syaikh Abi al-Muwaddah Khalil al-Maliki [w. 776 H]. Kitab ini adalah salah satu kitab Maliki yang disepakati sebagai rujukan dalam mazhab.

Dan al-‘Allamah Kannan menukil keduanya dari al-‘Allamah Ali al-Ajhuri, Syaikh mazhab Maliki, dari Sabth Ibn al-Jauzi, dari Syaikh Abu Umar al-Maqdisi.

Dan tidak ada satu pun yang mengklaim bahwa kedua doa ini berasal dari hadits Nabi ﷺ sehingga perlu diteliti sanad periwayatannya. Dan tidak ada satu pun ulama madzhab yang menyatakan bahwa doa-doa tersebut adalah bid’ah, haram, atau semacamnya dari hukum-hukum liar yang tidak ada aturan dan pedomannya.


Wallāhu subḥānahu wa ta‘ālā a‘lam


Untuk mensupport dakwah Madarif Institute silahkan berikan infaq terbaik melalui rekening: 7314673349 (BSI) a.n YYS MADARIF INSPIRASI INDONESIA