Ujian Terbesar Saat Puasa

Gua kira ujian terbesar ketika puasa itu nahan makan dan minum. Ternyata enggak. Nahan nafsu jauh lebih sulit. Benar atau enggak? Yuk, kita bahas!

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Balik lagi, para Haji Muda, bareng kita: Ikram Afro dan juga Ustaz Arifin Nugroho di acara Ngopi Bareng Ustaz.

Alhamdulillah, hari ini kita berkah, Ustaz, karena hujan.

Ustaz: Betul banget!

Nah Ustaz, mungkin kemarin-kemarin kita fokus obrolan soal puasa versi cowok.
Tapi ternyata nih, banyak cewek-cewek yang nanya di kolom komentar:
“Ustaz, bahas dong tentang cewek kalau lagi haid.”Ustaz: Benar, benar. Kita bakal bahas! Pertanyaan pertama ya, teman-teman.

Pertanyaan 1: Cewek Haid Sejam Sebelum Buka

Ikram:
“Ustaz, kalau misalkan cewek lagi puasa, terus tiba-tiba dia harus batal karena satu jam sebelum buka dia haid, gimana tuh Ustaz?”

Ustaz:
Iya, jadi gini nih. Kadang-kadang kan yang namanya haid itu enggak pasti jamnya, ya.
Misalnya: dia udah sahur, dan puasa sampai sore, tapi tiba-tiba satu jam sebelum buka haid datang.
Nah, puasanya nggak sah. Puasanya batal.

Ikram:
Padahal tinggal satu jam lagi, Ustaz…

Ustaz:
Iya, tetap batal. Karena itu bukan soal sudah berapa jam puasa, tapi soal status dirinya saat itu.
Dan karena puasanya batal, wajib diganti (qadha) setelah Ramadan.

Orang harus paham ini, ya. Jangan sampai ada yang berpikir, “Kan saya udah puasa sebagian besar hari ini, berarti dihitung dong.”
Enggak.
Enggak begitu.

Pertanyaan 2: Suci Setelah Sahur

Ikram:
Kalau dibalik, Ustaz. Misalnya, pas sahur cewek itu merasa masih haid, jadi enggak niat puasa.
Tapi ternyata, setelah sahur sampai siang, dia sudah suci. Gimana, tuh?

Ustaz:
Nah, ini penting. Yang membedakan antara puasa wajib dan puasa sunnah itu salah satunya adalah niat.
Untuk puasa wajib, niat harus dilakukan sebelum subuh.
Jadi kalau saat sahur dia masih haid, berarti tidak niat puasa.

Lalu ternyata setelah subuh dia suci, apakah dia boleh lanjut puasa?
Jawabannya: tidak boleh. Karena tidak diawali dengan niat, puasanya tidak sah.

Ustaz:
Dan juga, niat enggak boleh ragu-ragu.
Misal, “Saya lihat dulu nanti siang haid saya berhenti apa nggak.” — itu nggak sah.
Puasa wajib harus jelas niatnya sebelum subuh.

Pertanyaan 3: Amalan untuk Cewek Haid

Ikram:
Kalau cewek lagi haid, kan nggak boleh puasa.
Amalan apa yang bisa dilakukan biar tetap beribadah?

Ustaz:
Bagus ini. Cewek haid bukan berarti nggak bisa beramal.
Masih banyak amalan yang bisa dikerjakan:

  • Zikir
  • Sedekah
  • Dengerin tausiyah
  • Dengerin Al-Qur’an
  • Bakti sama orang tua

Walaupun mereka nggak salat, nggak puasa, dan nggak baca Al-Qur’an, pahalanya tetap bisa diraih lewat amalan lain.
Bahkan pahalanya tetap berlipat, karena dilakukan di bulan Ramadan.

Contoh luar biasa:

Seorang wanita, dari awal Ramadan, istikamah baca Al-Qur’an satu juz setiap hari.
Lalu dia haid.
Saat haid, dia otomatis nggak bisa baca, tapi karena dia sudah istikamah sebelumnya, maka pahala tetap mengalir.

Itulah keutamaan istikamah. Walau tidak dikerjakan karena uzur, pahala tetap dicatat.

Pertanyaan 4: Bayar Puasa Haid & Fidyah

Ikram:
Kalau cewek haid, bayar puasanya gimana? Harus fidyah juga?

Ustaz:
Kalau haid, nggak perlu bayar fidyah.
Cukup qadha puasa sebanyak hari haidnya.

Tapi, kalau dia menunda qadha sampai datang Ramadan berikutnya, maka:

  • Dia wajib qadha,
  • Dan juga wajib bayar fidyah, karena menunda tanpa uzur.

Fidyah itu apa sih?

Ustaz:
Fidyah adalah bentuk denda, karena menunda puasa hingga lewat Ramadan.
Caranya: memberi makan satu orang miskin untuk setiap hari yang belum diganti.

Contohnya:

  • Kalau satu hari = kasih satu porsi makan (misal, nasi padang),
  • Atau sesuai standar harian ekonomi orang tersebut.

Bentuknya?
Mau kasih uang atau makanan langsung — bebas.
Kalau kamu mau masakin sendiri dan kasih ke orang miskin, boleh banget.

Ustaz:
Yang penting, objek fidyah adalah orang miskin.
Jadi jangan kasih ke sahabat yang sebenarnya mampu, cuma “lagi pengin.”
Kalau kamu punya saudara miskin, lebih bagus kasih ke dia.

Pertanyaan 5: Cowok Mimpi Basah Saat Puasa

Ikram:
Kalau cowok, Ustaz. Dia mimpi basah sebelum atau setelah subuh, itu gimana?

Ustaz:
Nggak apa-apa.
Mimpi basah nggak membatalkan puasa.
Yang membatalkan adalah hubungan suami-istri di siang hari saat puasa.

Kalau sampai terjadi hubungan suami-istri di siang hari Ramadan, itu:

  • Batal puasanya, dan
  • Harus kafarat:
    • Puasa 2 bulan berturut-turut, atau
    • Kalau nggak mampu, beri makan 60 orang miskin.

Ustaz:
Dan ingat, puasa 2 bulan itu harus berturut-turut.
Kalau bolong satu hari, ulang dari awal!

Saran buat yang sudah menikah:

  • Kalau nggak bisa nahan, jangan dekat-dekat.
  • Tidur pisah ranjang dulu kalau perlu.
  • Yang satu lantai satu, yang satu lantai dua.

Ikram:
Kalau cuma dua kamar, Ustaz?

Ustaz:
Ya udah, yang satu kerja aja dulu. Pulang pas buka puasa.
Intinya, jaga jarak selama siang hari Ramadan.

Pertanyaan 6: Jomblo dan Pahala

Ikram:
Ngomong-ngomong soal jomblo, bener nggak sih kalau jomblo meninggal dalam keadaan istikamah nggak pacaran, bakal dapat bidadari?

Ustaz:
Semua yang menjaga syariat Allah, pasti dapat pahala.
Kalau dia nggak pacaran, berarti dia menjaga diri dari zina. Itu bagus!

Urusan dapat bidadari atau enggak, itu urusan Allah. Tapi yang jelas, amal baiknya tercatat.


Oke teman-teman Haji Muda!
Pertanyaan kalian tadi sudah Ikram wakili dan kita langsung tanya ke Ustaz Arifin Nugroho.

✅ Like
✅ Comment
✅ Share
✅ Aktifkan lonceng notifikasi di channel BPKH RI!

Kalau gitu, kita pamit undur diri.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Bye-bye!