Puasa Bukan Alasan Rebahan Seharian! Ini Cara Dapat Pahala yang Benar

Ikram : 
Gua kira puasa itu cuma nahan makan dan lapar; tapi semakin dewasa, gua sadar nahan emosi di media sosial itu penting banget; nah, jangan sampai puasa lu bocor gara-gara debat di kolom komentar sama netizen. Yuk, kita bahas bareng Ustaz. Ngopi Bareng Ustaz. yuk, kita bahas, 

*asalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh*. Balik lagi bareng dengan gua Ikram Afro dan juga Ustaz Arifin Nugroho di acara Ngopi Bareng Ustaz. 

MasyaAllah, Ustaz, jangan bosan ya, ini yang ditunggu. 

ustaz arifin :
Oke 

ikram :
berarti sudah siap nih jawab pertanyaan kita di komentar.

Ya, iya, nih pertanyaan-pertanyaan teman-teman kita, haji muda nih yang perlu. Oke, Ustaz, kan kita tahu puasa itu bukan hanya nahan lapar ataupun nahan haus, kan? Nah, ada nih yang bilang, Ustaz, kalau misalkan puasa itu kan salah satu amalannya adalah istirahat ataupun tidurnya orang puasa adalah pahala, ya? Tapi mereka ini cuman kayak ngambil ibadahnya rebahan, Netflixan, main game. Apakah itu termasuk pahala, Ustaz?

ustaz arifin :
iya, jadi gini, orang itu tidur menjadi pahala kalau tidurnya itu meninggalkan maksiat. Contoh misalkan, “Aduh, daripada ngegosip, mending tidur.” Ya, tidurnya di pahala tuh. “Ah, daripada gue nyolong, mending tidur.” Ya, nyolong? Eh, apa, tidur. Jadi, pahala sebab menghindarkan dirinya dari perbuatan maksiat. Tapi kalau dia tidur padahal bisa baca Quran, kalau dia tidur padahal bisa zikir, kalau dia tidur, mungkin bisa bantu orang tuanya, kalau dia tidur, padahal bisa mencari nafkah, ya? Jadi enggak pahala lah itu.

Hmm, berarti jangan dilihat nih, tidurnya itu ngapain? Tidurnya itu menghindari dirinya dari maksiat atau justru tidurnya membuat dia tidak produktif dalam hal ibadah? Kalau enggak produktif ya jadi enggak ibadah, bahkan jadi merugi, gitu. 

ikram :
kalau misalkan tidurnya, Ustaz, sampai kebablasan pas buka itu gimana tuh? 

ustaz arifin :
Kan ada tuh, “Ah, tidurlah habis asar, kebablas tuh.”

Iya, iya, iya. Sebenarnya tidurnya itu enggak masalah, cuman yang menjadi masalah faktor pendukungnya nih, contoh misalkan dia itu tidur sampai magrib, sampai azan magrib, sampai buka puasa nih. Ya, sebab karena, eh, apa, istilahnya ada hal-hal negatif di seputaran kanan kiri-nya. Oke lah itu enggak ada masalah. Tapi kalau dia tidur karena pengin menghilangkan, enggak ngerasa lapar, terus cepat sampai azan magrib, terus cuman ya kadang-kadang aktivitas yang ini banyak terlewatkan, nah itu enggak bagus dong. Aduh, saya udah, “Aduh, lapar banget dah, ini kalau tidur mungkin bangun bisa langsung cepat buka,” itu sudah jelas enggak bagus. Itu enggak bagus, karena pasti nanti akan tertinggal semua aktivitas yang punya nilai pahala. Entah dia bakti sama orang tuanya lah, entah mungkin kalau dia sudah berkeluarga dia bisa mencari nafkah keluarganya lah. Eh, puasa bukan untuk alasan orang itu menjadi lemah; puasa itu bukan alasan orang untuk bisa punya kesempatan bermalas-malasan, bukan. Justru puasa itu tempat di mana dia berjuang keras. Ada di masa nabi itu, Perang Badar pas lagi puasa, pas Ramadan loh. Pas puasa ada Fathu Mekah. Pas puasa. Maksudnya apa? Ramadan jangan jadikan alasan dia untuk bermalas-malasan.

Lu jangan banyak-banyak dong, “Saya kerja, saya lagi puasa.” Enggak ada, justru di puasa itu keberkahan Allah hadir.

ikram :
Berarti kalau misalkan kerjanya makin berat ditambah dengan puasa, lebih doble mungkin ya, oh pahala gitu ya?

ustaz arifin :
Oh iya dong, kalau pahalanya itu baik, apa kalau kerjanya itu baik, ya? Nah, misalkan kalau dia enggak puasa nih, nyari nafkah keluarganya, ya namanya enggak puasa, mungkin enggak berat. Tapi kalau puasa, aduh jadi, eh, karena ada lapar dan haus, ya dua kali tiga kali lipat, tapi dia tetap mencari nafkah buat keluarganya. Wah, itu pahalanya luar biasa, bahkan mungkin itu pahala yang terbaik yang bisa dia persembahkan dalam Ramadan. 

ikram :
Nah, tapi Ustaz, ini menarik deh. Bagaimana di era sekarang, banyak yang bilang, “Aduh, gua kerja, kerjaan gua ini panas-panasan, capek.” Walaupun ada yang kerjanya mungkin di gedung tinggi kantoran AC, cuman kerja nulis, “Ah, gua enggak puasa, ah, karena kerjaan gua berat.” Mengatasnakan pekerjaan, gimana, Ustaz?

ustaz arifin :
Enggak bisa. Yang boleh orang tidak berpuasa itu 

*satu* sakit

 Heem, ya, tapi dengan rekomendasi dokter yang terpercaya, ya, muslim amanah, gitu ya. Boleh, silakan kalau dia memang sakit, enggak apa-apa enggak puasa. 

*Yang kedua*, musafir. 

Musafir boleh enggak puasa. Ya, misalkan, “Gua kerja berat nih, gua kerjanya di luar negeri tiap hari bolak-balik.” Ya, boleh, silakan. Atau Jakarta Bandung, tiap hari bolak-balik, ya, oke masih dekat, tapi dia sudah 100 lah ya, kilometer. Oke, masih boleh. Itu, 

*ketiga* : yang lanjut usia,

yang enggak mungkin dia untuk bisa berpuasa, enggak apa-apa, silakan, boleh. Itu juga boleh, ya. Atau mungkin orang gila. Ini kalau tiap hari enggak puasa, tolong dibawa ke rumah sakit, jangan-jangan pertanyaannya dia ngerti puasa juga kita enggak tahu kan?

Iya, iya. Jadi kalau alasan kerja berat, enggak, enggak ada alasan kerja berat apa segala macam diperbolehkan enggak. 

ikram :
Nah, kalau sakit tadi, Ustaz, aku pernah cas kayak gitu sih. Ada yang bilang bahwa kalau kita sakit kan ada waktu minum obat, Ustaz. Anggaplah tengah hari nih. Heeh, puasa setengah hari itu sebenarnya boleh enggak sih kalau untuk orang sakit?

ustaz arifin :
Ya, tetap enggak boleh, kan. Enggak boleh dong. Berarti lebih baik puasa atau enggak kalau dia harus minum obat? Tanya-tanya sama dokternya, oke. Dokternya bilang, “Jangan dulu puasa, ya. Kamu harus sembuh dulu karena kalau kamu nanti puasa, obat enggak keminum, lalu nanti mungkin kesembuhan terganggu, apa segala.” Ikutin, jangan juga maksa, “Ah, biarin saya mati-mati saat puasa juga syahid.” Enggak gitu dong, enggak gitu.

Ikram :
Oke, ini sudah terjawab ya, teman-teman. Tapi balik lagi ke topik yang pertama, karena pasti puasa ini banyak rebahan, tapi gua yakin di banyaknya orang rebahan di bulan puasa pasti scroll media sosial. Oke, di era sekarang ini kan jari ini bakal dihisab, Ustaz, karena jarimu adalah surga dan nerakamu, bahkan harimaumu tuh ngeri-ngerii. Nah, itu gimana, Ustaz, cara agar jari kita ini nih di Instagram, di TikTok, dan sebagainya itu enggak jadi…

ustaz arifin :
Iya, iya, memang media sosial itu kan kayaknya menjadi sebuah keniscayaan ya buat kita. Ya, kalau kita mau bilang, “Pokoknya Ramadan jangan pegang handphone,” ya enggak mungkin jugalah. Kayaknya mustahil, ya. Enggak bisa nonton ini juga, iya betul. Iya, kan.

Jadi begini, cerdaslah dalam berperilaku dengan media sosial saat Ramadan. Ya, enggak, bukan enggak boleh dia scroll apa segala. Silakan, tapi yang manfaat-manfaat kan banyak juga sekarang. Seperti acara kita ini, udah tontonin aja acara ini terus ke channel BPKH yang lain, ya. Atau mungkin nanti ada para ustaz-ustaz yang lain. Enggak apa-apa, silakan, boleh. Ya, tapi tolong yang punya nilai ibadah, gitu. Yang enggak punya nilai ibadah, jangan. Walaupun memang di tayangan kita kan belum ada tuh yang begitu kan. Yang biasanya hanya ada tayangan tuh untuk berapa tahun gitu. Ya, kan 13 tahun ke atas, 17 tahun ke atas. 

Harusnya ada yang punya nilai akhirat.

Nah, itu dia. Tempel tuh set. Jadi teman-teman ya, kalau lagi puasa, ini lagi banyak yang viral-viral, tangannya gatal pengin ngomong sama tuh hati-hati, kan. Kita diminta kata Nabi itu, orang yang tidak bisa meninggalkan perbuatan buruk dengan lisan dan tangannya, maka Allah tidak akan sudi menerima puasanya. Memang itu umum ya, tapi sekarang kan tangan kita ini nih, yang kadang-kadang dengan mudah bukan lisan kita yang ngomong, tapi tangan kita, “Bawah ada,” silakan komen kan, disebut komen ya. Silakan komen, komennya negatif. Nah, akhirnya mancing yang lain, apa segala macam. Itu bahaya dalam puasa. 

Oke, ya enggak bahaya dalam puasa juga, ya di luar puasa juga. Karena ada yang begini, Ikram, apa tuh? Eh, diajak ngegibah nih, eh, ngegosip. “Jangan dong, lagi puasa.” Terus kapan? “Entar aja, Syawal.” Kalau ngegosip, ngegiba mau kapan aja, enggak boleh. Ini mulut sekarang sudah bahaya. Tapi Ramadan ini yang jauh harus ditekankan dari segala macam perbuatan yang nilainya negatif.

ikram :
Oke, Ustaz, sebelum kita lanjut, kita ngopi dulu, Ustaz. Wah, iya, ya. Bismillahirrahmanirrahim, bismillahirrahmanirrahim. Nah, Ustaz, bulan puasa banyak orang rebahan, tapi banyak juga orang yang begadang, Ustaz. Oke, nangkung nih siang, rebahan, malam begadang. Iya, biasa begitu tuh. Terus kayak akhirnya mikirnya orang-orang, mungkin dia pengin tidur, pengin stay, cuma takut kebablasan yang akhirnya timbul pertanyaan, “Ngisi ibadah apa ya di tengah malam jam 1 sampai jam 3.00?” Mau tahajud. 

Oke, harus tidur dulu, katanya. Kalau enggak tidur, enggak bisa tahajud, tapi kalau kita tidur dulu kebablasan. Nah, sebenarnya gimana tuh, Ustaz?

ustaz arifin :
jadi udah bagus tuh, dia itu ya, berarti begadangnya itu untuk ibadah. MasyaAllah. Ya, lu bukan nonton bola ya. Karena pertanyaannya bingung tuh, saya mau ngisi ibadah dengan apa. Wah, keren banget ya, ini Pemuda Masjid.

Nah, kalau ada orang begadang, apa yang bisa dilakukan? Banyak yang bisa dilakukan di bulan Ramadan tuh. Baca Quran bisa, ya. Sedekah sekarang juga gampang sedekah, subuh, ya, bukan sedekah subuh, sedekah malam aja. Kan sekarang handphone juga bisa buat sedekah, kan tuh. Atau mungkin sekarang, kalau pertanyaannya salat gimana? Dengan tahajud, memang kalau kita mau salatnya tahajud, memang harus tidur dulu. Karena namanya tahajud itu salat bangun dan dari tidur di malam hari. Tapi bukan berarti orang di malam hari, kalau dia belum tidur, itu tidak bisa salat di malam hari. Boleh. Makanya ada namanya qiyamulail. Qiyamulail itu macam-macam salat di malam hari itu macam-macam. 

Contoh, di bulan Ramadan ada tarawih. Ada punya nama sendiri bukan tahajud, namanya tapi tarawih. Sebab apa? Dikerjakan langsung bada Isya tanpa tidur. Dan tarawih itu artinya santai. Karena Nabi dulu ketika mengerjakan salat ini, nih, tidak terburu-buru. Ya, santai, tumakninah-nya, MasyaAllah. Gitu ya, jadi salat selesai, dua rakaat, santai dulu, istirahat, banyak doa, zikir. Mulai di salat berikutnya terus, makanya disebutnya tarawih. Tarawih itu artinya, salat yang rileks lah, gitu. Jadi jangan salat, “Allahu Akbar,” Allahu Akbar. Itu bukan tarawih namanya. Ya, pesantren kilat aja, enggak kilat segitunya. Iya, enggak segitunya kilat, ya. Terus apalagi bisa? Macam-macam kan banyak tuh di malam hari, itu silakan. 

Atau misalkan jam 12.00, dia mau salat, salat aja. Enggak, enggak pakai tidur, enggak apa-apa. Itu namanya *qiyamulail.*

ikram :
Nah, tadi Ustaz, ini menarik nih. Puasa, ini pasti ada fenomena salat kilat nih, tarawih. Ah, banyak jemaahnya yang nyari masjid yang mana nih, yang imamnya paling cepat. Heeh, itu gimana, Ustaz?

ustaz arifin :
kalau ditanya, bagus enggak? Ya, saya enggak bilang bagus, tapi mendinglah daripada yang enggak tarawih, ya kan? Tapi tolong dong, sesuai dengan namanya. Namanya juga tarawih. Tarawih itu salat yang, karena Nabi melakukan itu tadi, itu rileks, santai, tumakninah-nya itu luar biasa. Jadi, ya bukan cepatnya. Kalau cepat tuh namanya bukan tarawih, namanya tasarru. 

ikram :
Oh, ada? 

ustaz arifin :
Iya, bukan ada, tapi kalau mau, kita pakai nama bahasa gitu loh. Ini salat rileks, ini salat cepat buru-buru, gitu loh. Ya, kan repot. Kalau umpama salatnya katanya mau rileks, tapi buru-buru. Berarti kan bukan salat tarawih, ya? Jadi, saya enggak bilang harus satu juz, enggak lah, gitu. Atau enggak bilang cari yang paling panjang juga enggak. Tapi carilah yang bisa bikin kita itu rileks. Oke? Ya, bikin kita itu tumakninah, nyaman. Ya, beda-beda mungkin standarisasi nyaman. Yang jelas kalau buru-buru, yang sampai 7 menit 23 rakaat, itu enggak buru, itu enggak mungkinlah tumakninah, enggak mungkin. 

ikram :
Oke, jadi teman-teman ya, kaum rebahan, enggak apa-apa kalian rebahan, tapi ingat juga tetap yang namanya tarawih, tarawih kan santai. Ustaz, ini banyak yang nanya, apakah tarawih itu lebih bagus di rumah atau di masjid? Kan kalau cewek, katanya bagusnya di rumah, kalau cowok, itu wajib atau gimana tuh?

ustaz arifin :
Sebenarnya kalau salat tarawih ini, kalau kita lihat dari Nabi, ya memang Nabi itu hanya 3 hari melaksanakan salat tarawih berjamaah itu di masjid. Iya kan? Lalu setelah itu tidak lagi melaksanakan salat tarawih itu di masjid. Begitu ditanya oleh para sahabat, kenapa ya Rasul? Maka Rasul menjawab begini, “Saya tidak ingin nanti umat setelahku itu kalau aku sebulan full ini salat, lalu dikira ini adalah sebuah kewajiban harus berjamaah.” 

tetapi itu akhirnya setelah Nabi wafat, dihidupkan berjamaah itu di zaman Khalifah Umar bin Khattab radhiallahu anhu. Ketika melihat banyak sahabat yang berkumpul, gitu ya, dan di saat itu ternyata semuanya pada melaksanakan salat tarawih berjamaah, kata Umar bin Khattab, “Luar biasa suasana ini.” Nah, setelah itulah akhirnya sampai dengan kita ini kita berjemah, ya kan? Ada dalilnya. Karena memang Nabi sebenarnya di awal mengisyaratkan gitu ya bahwa salat ini secara berjamaah. 

Jadi, jemaah memang bukan sebuah rukun, bukan sebuah syarat, tidak diwajibkan, tetapi itu akan menjadi sebuah syiar. Ya, bayangkan kalau misalkan Ramadan tidak ada tarawih berjamaah di masjid, kan syiarnya jadi kurang. 

Tapi kalau berjamaah tuh ramai-ramai, orang pada datang ke masjid, terus langsung salat berjamaah di sana. Aduh rasanya itu Ramadan-nya itu jadi lebih dapat, gitu, kan? Nah, itu baguslah, gitu. Kalau dia mau, cuman kalau ada momen-momen yang bahaya datang. Misalkan kalau perempuan, misalkan, ke masjid. Ini kita enggak bicara hanya di Indonesia misalkan, ya. Kalau Indonesia InsyaAllah lah, gemah ripah loh jinawi, gitu ya. Alhamdulillah berikan kenyamanan wanita ke masjid juga pulang pergi enggak ada yang takut. 

Iya, aman-aman, ya. Tapi enggak, enggak gitu dong sebelum 1945, yang di mana-mana mungkin ada. Nah, kalau memang kondisi begitu, oke, enggak apa-apa di rumah lebih bagus. Di rumah lebih bagus. Nah, kalau cewek, bagusnya di mana, Ustaz? 

Saya melihat sekarang ini semua. Oke, kalau ada cewek mau ke masjid, bagus, sebab dia syiar, masjid juga terbuka untuk wanita, ya kan? Jalan ke masjid juga mudah, lau misalkan dia rasa, “Ah, kayaknya saya lebih nyaman di rumah dah,” sebab di masjid terlalu ramai, apa segala macam, untuk cewek

ikram :
bahkan kadang-kadang bisa ngajarin anak-anaknya untuk pada salat berjamaah, gitu kan? 

ustaz arifin :
Oke, bagus. 

ikram :
boleh, nggak masalah. Nah, ini biasa, cowok-cowok pas puasa ini ngincer nih, speknya, yalili, di komplek, keluar nih. 

ustaz arifin :
Nah, boleh kalau untuk menghindari mata-mata seperti ini, salatlah di rumah tuh, gue jadi tumbal dari kalian. Enggak, dari sini ke sono, oke, jadi teman-teman, sudah tahu ya jawabannya di episode kali ini. Kalian, kalau puasa, aktivitasnya apa aja yang baik menggunakan media sosial dan juga kalau tahajud, enggak tidur gimana? Ada salat-salat lainnya, dan yang terpenting, tarawih itu bisa di rumah ataupun di masjid, tergantung kalian mana enaknya. Islam itu fleksibel, ya, Ustaz?

ikram :
Oke, kalau gitu, para haji muda, kalau kalian punya pertanyaan yang mungkin sepele, tapi lu enggak tahu jawabannya, apa komen aja di sini. Jadi sekarang, silakan like, komen, dan juga subscribe serta aktifkan loncengnya di channel YouTube kita, bpkh RI, dan tungguin setiap harinya, karena bakal ada video-video baru. Kalau gitu, gue Ikram Afro dan juga Ustaz Arifin Nugroho pamit diri. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.