Ikram:
Kira-kira buka sosmed di bulan puasa itu gak bisa dapat pahala, ternyata bisa loh. Nah, sebelum lu kebanyakan scroll TikTok dan juga lupa zikir, yuk kita bahas. Ngopi bareng Ustaz, yuk kita bahas, Kam. Jangan kebanyakan nge-scroll, udah mulai ya, apalagi entar Ramadan. Ma Ustaz kasih ke sosmed, cuman kita udah on C lah, ya gitu.
Ikram:
Ustaz, aku nanya. Ini tadi baru aku rasain. Gimana sih kalau kita lagi buka, scroll media sosial TikTok, terus nemu FYP dakwah atau ngaji, ya kan? Kita mau skip atau enggak? Itu ditegur scroll langsung. Pertanyaannya scroll. Wis sering itu, Ustaz.
Ustaz Arifin:
Oh iya, i dengarin. Berarti tadi yang dilihat FYP dakwah dong, apa yang dilemparin? FYP dakwah dong, FYP dakwah dong. Ini ada, kalau ngelihatin FYP dakwah keren, ya kan? Sekarang model orang dapat ilmu kan macam-macam.
Ikram:
Ya betul, tapi kalau ada orang begitu, “Ya Allah, ini ngaji lagi ya, didakwah lagi ya.” Apa itu dosa?
Ustaz Arifin:
Dosa sih enggak, tapi enggak dapat pahala. Hm, ya kan? Kalau umpama didengarin sebentar tuh, waduh, apalagi ada ngajinya, aduh gitu loh.
Ikram:
Oh berarti enggak apa-apa ya?
Ustaz Arifin:
Bukan enggak apa-apa, karena dia harusnya dapat kebaikan, enggak jadi dapat kebaikan. Ini jadi… jadi papa gitu dong.
Ikram:
Oh gitu. Jadi minimal kalau teman-teman nontonnya setengah, di-share lah. Jadi biar orang lain juga ikut nonton.
Ustaz Arifin:
Iya. Apalagi ditambah itu, begitu ngelihat, kelihatannya bagus nih Ngopi bareng Ustaz. Waduh, terus langsung di-share. Waduh, pahalanya. Apalagi dari sono, nge-share ke sono lagi. Ah, yang PR-nya adalah yang nonton juga.
Ikram:
Gua mau skip, salah enggak?
Ustaz Arifin:
Skip, salah. Nah, Ustaz sekarang lagi rame nih di TikTok. TikTok itu ada orang-orang live streaming, Ustaz.
Ikram:
Heeh. Live streamingnya itu bisa dibilang aneh-aneh lah. Sekarang lagi ramai kayak live streaming itu sambil cek khodam, cek khodam, cek khodam, kayak… “Oh kamu ini punya khodam, khodam, khodam.” “Kamu ini punya macan putih.” “Oh kamu ini khodamnya cacing kremi.” Nah gitu, itu sebenarnya gimana sih, Ustaz? Udah makin aneh deh.
Ustaz Arifin:
Iya, iya. Jadi apa? Eh, kalau itu kan berarti cek khodam, apa segala macam lah. Pokoknya, nginilah kita ngelihat, ngelihat. Ini bentuk nih, apa nih? Kalau umpama yang dilihat itu hal-hal yang sifatnya syirik, ya berarti dosa dong, maksiat dong, ya kan? Entah apapun bentuknya lah. Itu jadi… kalau umpama ada cek khodam, kirim khodam, terus apa lagi sih? Khodam-khodam tuh? Orang beli khodam, ya buang khodam.
Ikram:
Terus ada juga ini, Ustaz, apa namanya? SQI potong rukiah online?
Ustaz Arifin:
Ya, kalau rukiah lain ya. Ini kan yang kita bicaranya yang syirik dulu nih.
Ikram:
Oke.
Ustaz Arifin:
Kalau dukun nih, dukun nih, khodam-khodam nih. Karena khodam itu jin.
Ikram:
Heeh.
Ustaz Arifin:
Ya, khodam itu jin. Mau apapun bentuknya. Mau ngelihat khodam kita apa, mau kirim khodam ke kita, kebutuhan kamu apa. Itu semua dukun. Jadi kalau hal yang begitu itu terlarang di dalam Islam. Man ataa ‘arraafan fasaddaqahu bimaa yaquulu faqad kafara bimaa unzila ‘ala Muhammad sallallahu alaihi wa sallam.
Orang yang datang ke dukun, peramal, percaya dengan apa yang dia omong, maka sebenarnya dia sudah mendustakan apa yang sudah dibawa oleh Nabi Muhammad sallallahu alaihi wa sallam.
Ikram:
Jadi enggak boleh?
Ustaz Arifin:
Saya enggak datang ke ustaz, cuma saya ngelihat di TikTok, saya ngelihat di media sosial. Itu sama aja datang ya. Walaupun mungkin datangnya tidak lebih besar dibanding kalau datang ke fisik ya, tapi itu mukadimah loh. Itu hati-hati. Setan nanti bakal menjeratnya ke sana. Jadi tinggalkan. Kalau ada yang begitu-begitu. Enggak tahu saya, itu bisa di-skip enggak sih?
Ikram:
Kalau ada yang begitu bisa?
Ustaz Arifin:
Bisa, bisa. Kan artinya jangan lagi kirim-kirim yang model begini. Bisa juga kan?
Ikram:
Ee, bisa. Cuman kebanyakan rata-rata kayak mereka bagian mungkin menangkap penonton itu sampai 2.000–3.000 nonton, Ustaz. Jamaah banyak banget. Mungkin ya, menganggap itu kayak “ah hiburan.” Tapi mungkin juga ada yang akhirnya iseng-iseng komen, “Bang, coba punya saya.”
Ustaz Arifin:
Beneran kebaca. Nah, jangan, jangan, jangan. Jangan coba-coba deh ya. Entah itu mau dijadikan hiburan. “Ah iseng-iseng dah, daripada ngisi waktu luang gitu kan.” Bukan daripada, ya. Untuk ngisi waktu luang gitu. Enggak, enggak, enggak bisa. Jangan isi dengan hal-hal yang sifatnya itu arah-arahnya ke syirik. Entar macam-macam tuh. Kan dari khodam akhirnya begitu. Ini karena apalagi ilmu agama dia enggak terlalu mumpuni, terus akhirnya percaya. Akhirnya ya dikirimlah khodam, dikirim jimat, dikirim apa. Aduh, ngeri dah kalau kesyirikan itu.
Ikram:
Oke oke. Kesyirikan itu dosanya luar biasa. Kita harus lebih pintar lagi teman-teman di sosial media. Nah kalau rukiah lain, kalau rukiah online itu gimana?
Ustaz Arifin:
Nah, kalau rukiah, begini. Kalau rukiah itu adalah metode pengobatan yang memang secara syariat diperbolehkan. Karena dia membaca ayat-ayat Al-Qur’an, doa-doa, gitu ya. Tapi juga tidak dijadikan satu candaan ya. Ini kadang-kadang sayauk ya. “Saya via online.” “Saya via TikTok.” Karena rukiah itu yang terbaik ya rukiah dari sang pasien itu. Kalau memang dia mau di rukiah, gitu ya, dia bacakanlah. Karena ayat-ayat rukiah juga bukan yang susah kok. Al-Fatihah, dibacakan Al-Fatihah. Misalkan kalau misal dia ada gangguan apa-apa, ya dia bacakan Ayat Kursi. Zikir pagi-petang. Itu ah rukiah yang maksimal buat dia. Walaupun orang pada nyebutnya ini adalah rukiah mandiri apa segala macam. Tapi itulah dia. Sebab dia akan hadir dari keikhlasan.
Ikram:
Oh, tapi kalau saya enggak sampai kesurupan, Ustaz?
Ustaz Arifin:
Kalau umpama dengan dia tuh saya sampai… ah, orang rukiah itu bukan mau kesurupan. Ya, enggak ada yang mau. Bukan mau kesurupan. Orang rukiah itu mau sembuh. Ya kan?
Ikram:
Iya. Tapi kadang-kadang orang tuh ngelihatnya, kalau mau sembuh itu harus kesurupan dulu.
Ustaz Arifin:
Enggak juga. Ngapain harus kesurupan?
Ikram:
Heeh. Itu penting juga.
Ustaz Arifin:
Kalau dia rukiah pakai pistol, Ustaz. Pistol mainan.
Ikram:
Aduh.
Ustaz Arifin:
Jin-nya ditembak. Iya, gitu tuh. Ada aja.
Ikram:
Ustaz, ini ngomongin soal rukiah. Aku enggak tahu, aku pernah dengar mitos gini, Ustaz, ini untuk Islam ya, aku enggak tahu benar atau enggak. Katanya, kalau orang sudah di rukiah itu mengurangi amalan, kalau enggak salah di akhirat atau gimana gitu. Aku pernah dengar, Ustaz.
Ustaz Arifin:
Iya, jadi tidak akan masuk surga tanpa hisab, orang-orang yang di antaranya salah satunya orang yang sudah di rukiah.
Ikram:
Oh, jadi di rukiah dia tetap bisa masuk ke dalam surga, tetapi tidak bisa dapat porsi masuk surga tanpa hisab?
Ustaz Arifin:
Iya, itu kalau rukiahnya dia minta tolong pada orang lain, karena itu tadi, itu juga salah satu yang dijadikan dasar atau dalil. Makanya, kalau mau minta rukiah, itu rukiah mandiri aja, rukiah sendiri aja. Kalau rukiah sendiri, kita terbebas dari yang tadi disebutkan. Kecuali kalau misalkan ada kondisi-kondisi yang memang luar biasa, ekstra ordinary, berat gitu ya, memang harus ditangani oleh ahli, ya enggak apa-apa, datanglah ke ahli.
Ikram:
Oke, oke, datang ke ahli. Jadi gitu teman-teman, ya, boleh rukiah tapi enggak usah via rukiah. Oh, rukiah TikTok sudah aneh-aneh lagi. Rukiah dibaca-baca, dikasih gift, tiba-tiba gagal fokus, itu sudah aneh. Mending datang ke Ustaz dah.
Ustaz Arifin:
Benar, mending datang ke Ustaz yang benar, ya, bukan Ustaz yang tanda kutip. Ya, datang ke Ustaz kalau ternyata Ustaz itu benar dan dia ternyata tidak mampu, misalkan, atau tidak punya kapasitas untuk merukyah, dia akan mengirim ke Ustaz yang lain.
Ikram:
Oke, gitu lebih pas. Ustaz, sebelum kita lanjut baca kolom komentar, Ana siapin kopi dulu, Ustaz. Waduh, kita kasihan ngobrol ini kok ke situ dulu tamunya dulu, Ustaz. Eh, rumahnya dulu kebalik ya? Kejauhan lagi kan? Kejauhan lagi, Masya Allah. Nah, oke, cheers dulu, bismillahirrahmanirrahim.
Ikram:
Hmm, Ustaz, anak zaman sekarang, terutama pasangan-pasangan nih, kadang suka ketemu, eh, zodiak kamu apa? Wis, dan ada yang live baca-baca zodiak, enggak? Enggak, enggak, enggak. Ini masih ada nak sekarang, zodiak malah makin jadi, Ustaz. Makin jadi, makin jadi. Gua enggak mau ah dekat sama cowok yang zodiaknya Leo, karena dia itu terlalu mandiri, banyak cewek. Jadi ngelihat patokan orang baik atau enggak kadang tuh dari zodiak. Gimana, Ustaz?
Ustaz Arifin:
Iya, saya kira zaman dulu aja tuh ada zodiak, ketika dia baca majalah, dibaca, rezekimu, jodoh, percintaanmu, apa segala macam. Sudahlah, sama aja tadi masuk di dalam hadis yang saya sampaikan itu kan itu Arfan namanya, ya. Orang-orang yang meramal-ramal. Udah jangan dah, kita itu sudah terlepas dari tahayul, khurafat, hal-hal yang sifatnya itu di luar nilai ilmiah, bahasa kita. Ya, meramal orang dengan bintang, meramal orang dengan tanggal lahir, ya ada istilahnya apa ya, weton, apa segala macam kan. Kamu enggak cocok nih, kalau umpama kamu dapat jodoh yang tanggal lahirnya bulan ini, apa segala macam. Enggak boleh, enggak boleh, enggak ada itu. Enggak ada, itu semua ada di tangan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jangan dahului takdir Allah, karena kadang-kadang begini, manusia itu tidak sadar kalau dia itu sebenarnya sudah dimerdekakan, dimerdekakan dari hal-hal yang mengungkung dia, kecuali Allah.
Ikram:
Dimerdekakan dari perbudakan khurafat, perbudakan takhayul, perbudakan. Enggak sandarkan semuanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, ya. Jadi sama, kalau ada orang begini nih, dia melihat, apa yang akan dia lakukan dari tokek, tokek. Ya, tok, kira-kira saya buka enggak ya? Tok, hari ini hitung tokek, buka tok, oh buka tok, tutup enggak, jadi begitu. Terakhir kalimatnya itu tutup, dia enggak buka. Terus orang tanya, kenapa kamu enggak buka? Karena tokek di rumah saya tutup. Wah, itu coba kira-kira kita mandang begitu orang ini kira-kira punya kecerdasan apa enggak gitu. Enggak kan? Sama dengan itu, mau zodiak, mau apa segala macam. Kalaupun itu, kalau bukan rekayasa orang yang pengin nulis saja ya, kalaupun tidak berdasar pada tahayul khurafat yang enggak jelas, ya bisikan setan.
Ustaz Arifin:
Oke, tapi kalau misalkan, kalau waktu ujian terus baca kancing A, B, C, D, itu kira-kira punya faedah enggak? Ah, itu enggak belajar aja itu.
Ikram:
Oh ya, itu tidak masuk bagian syirik, ya. Cuman dia bingung aja jawabannya apa, ya udahlah. Dar, udah begitu pengawas di luar, ayo ayo, 5 menit lagi, 5 menit lagi. Aduh, masih sisa 25 soal lagi. Ya untung jawabannya pilihan ganda, aduh, ya Allah. Itu gue lagi.
Ikram:
Pantes, Ustaz, ada yang positif juga sih, kalau ikir melihat di sosial media ya, sekarang itu ada yang live sambil ngaji, ada yang live juga sambil nulis Quran yang pakai pena, jadi kayak masih kosong gitu, Ustaz, terus ditulis. Ya, tuliskan. Masya Allah tuh, jadi live ya sambil live. Nah, sebenarnya Ustaz, gimana sih tanggapannya kalau orang ngaji secara online di live kayak gitu? Tapi kita sebagai penonton nge-gift, ya nge-gift, itu berarti ngasih sesuatu berarti dong ke dia?
Ustaz Arifin:
Iya, itu bisa jadi uang.
Ikram:
Oh, bisa jadi uang. Ya, gimana? Ih bagus, bagus. Apakah termasuk sedekah?
Ustaz Arifin:
Tapi kalau saya sih, gimana ya? Saya agak sedikit, ini sudut pandangnya begini nih. He, jangan dong, Al-Qur’an itu hanya dihargai dengan uang. Saya takutnya nanti dalam tanda kutip, kok kayaknya kita cuman ngasih apa ya, karena saya tidak terbiasa dengan yang begitu. Orang ngaji itu pahalanya gede loh.
Ikram:
Iya. Saya takut ini jadi pisau bermata dua nih. Satu, kalau misalkan dia ngasih-ngasih begitu, yang ngaji kan akhirnya, Waduh, saya kalau ngaji dikasih nih. Ya, Nah tuh. Ni udah beda jadinya, udah beda. Gitu enggak? Enggak, kayaknya kok, kayaknya kurang nilai adabnya, kurang. Ya, etisnya kurang. Ya, udah kalau ngaji, kita dengerin aja lah yang baca. Biar dapat pahala dan itu jauh lebih besar dibanding apapun.
Ikram:
Ya, terus juga begitu juga yang, apa, yang mendengarkan juga begitu aja lah, dengarkan itu aja sudah luar biasa gitu kebaikannya. Nanti semuanya kalau mau ngasih, nanti ada orang. Ustaz ngomong ceng-ceng-ceng-ceng. Wah, karena udah banyak, ya, saya mau ceramah lagi panjang, aduh.
Ustaz Arifin:
Jadi kesannya, kok jadi kayak begini nih. Gitu, kayaknya etisnya kurang deh.
Ikram:
Iya. Jadi kalau bisa enggak lebih baik, nah. Ustaz, ini menarik nih, karena nge-gift itu kan identik sama namanya ngasih-ngasih.
Ustaz Arifin:
Iya, tapi ada juga kadang yang nge-live, yang misalkan bisa dibilang, mohon maaf nih, ada yang enggak mampu, tapi mereka nge-live. Apakah itu bisa, apakah nge-gift di TikTok, misalnya yang lagi ngaji itu, itu termasuk bisa sedekah zakat kita niatin bisa enggak sih nge-livenya?
Ikram:
Dia bilang, kalau saya lagi tidak ada kemampuan, iya kan? Apakah kita yang ketika kita ngasih itu niat dalam kita? Ah, kita sedekahlah. Gitu boleh, boleh. Sedekah dalam model apapun, bisa dalam bentuk mawar, taufus, enggak ada masalah.
Ustaz Arifin:
Iya, pokoknya namanya memberi itu apapun. Ya kan? Bisa lewat media sosial, bisa lewat transfer, bisa lewat curies, bisa langsung ngasih, bisa apa, tetap nilai sedekah. Pokoknya kalau ada sesuatu yang kita kasih ke dia, bahkan senyummu, kata Nabi, gitu kan, tabumuka fi wajhi akhikah sodqah. Senyummu di depan wajah temanmu, saudaramu, kerabatmu, itu sudah sedekah.
Ikram:
Mungkin modelnya sekarang begitu kan, dikasih, tetap itu sedekah.
Ikram:
Menarik. Teman-teman, kita sudah dapat jawaban yang luar biasa banget dari Ustaz Arifin Nugroho bahwa ternyata banyak loh cara untuk kita beribadah, tapi jangan sampai merubah nilai Al-Qur’an, nilai Islam itu jadi enggak etis dengan cara tadi. Qur’an dijadiin nilai, ah, gue di-gift nih, berarti gue lebih ngaji lagi. Ah, gue ceramah di TikTok, gue dapat duit, akhirnya niat ibadahnya jadi mengurangi, Ustaz, ya?
Ustaz Arifin:
Iya, betul. Nah, kalau teman-teman masih punya pertanyaan, punya kegelisahan, masih si masalah hal-hal tentang kehidupan atau media sosial kalian, boleh banget komen di kolom komentar kita. Tapi jangan lupa sekarang waktunya komen, like, dan juga subscribe serta aktifkan loncengnya di channel YouTube kita, bpkhri, karena setiap harinya bakal ada video baru barengan Ikram dan juga Ustaz Arifin Nugroho.
Ikram:
Kalau gitu, kita pamit undur diri. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Bye-bye.