Nggak Fokus Dengar Khotbah Jumat & Ied? Ini Hukum & Dampaknya Kata Ustadz!

Gua kira salat itu cuman masalah bacaan ataupun gerakan, tapi kalau lagi gak fokus kadang suka mikirin kunci motor di mana atau pas lagi sujud mikirin mantan, itu sebenarnya sah enggak sih? Yuk kita bahas. Ngopi Bareng Ustaz! Yuk kita bahas.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Apa kabar para haji muda? Ketemu lagi bareng kita berdua, ada Ikram Afro dan juga Ustaz Arifin Nugroho.

By the way, Ustaz, kita ini kan tek sebelum puasa ya. Oke, dan kita masih ngebahas hal-hal sepele yang sebenarnya sering terjadi di kehidupan sehari-hari, tapi banyak teman-teman yang enggak tahu, gitu. Oh iya, kita bahas seputaran ini, Ustaz: salat Jumat. Karena ini kan kewajibannya laki-laki ya, bukan wanita.

Gimana Ustaz kalau misalkan kita datang salat Jumat tapi pas ceramahnya sudah selesai?
Itu kan ada yang bilang, “Iya, khotbahnya sudah selesai.”

Heeh. Jadi gini, Ikram, kalau seseorang datang mau salat Jumat, khotbahnya selesai, dia dapat salatnya aja. Heeh. Itu dalam kategori yang sah, enggak ada masalah ya — asal tolong jangan disengaja.

Nih misal contoh, misalkan mau berangkat salat Jumat nih ya, dia sudah mau berangkat, sakit perut. Nah kan mau enggak mau dia harus ke belakang dong. Begitu ke belakang, selesai dari situ, tiba-tiba sudah iqamah: “Allahu Akbar Allahu Akbar.” Ya enggak apa-apa, begitu. Oke ya, selesai dia salat berarti sempurna salatnya.

Bahkan ekstremnya, dia datang terlambat itu ketinggalan satu rakaat. Nah itu gimana tuh?
Iya kan, tapi dengan uzur ya. Entah mungkin karena dia tadi yang sakit perut, atau karena pokoknya sifatnya uzur, bukan disengaja. Ya, datang masbuk satu rakaat, tinggal nanti dia berdiri selesaikan rakaat yang kedua.

Nah, yang menjadi dosa kalau dia sengaja.
“Ah, ntar dulu lah, santai ya. Masih khotbah, masih khotbah. Duduk di depan dulu, ngobrol.” Begitu iqamah, baru masuk. Nah ini sahnya sah, tapi dia dosa.

Oh, jatuhnya dosa, bukan mengurangi pahala?
Iya. Dosa itu mengurangi pahala, tapi tidak membatalkan.

Nah, aku pernah dengar nih. Mungkin sebagian Ustaz juga pasti pernah ngelihat, kadang ada jamaah yang masjidnya di dalam, dia di luar nyantai ngobrol ketika lagi khotbah.
Kan katanya enggak boleh kan?

Betul. Nabi ﷺ menyampaikan kalau khatib sedang berkhotbah maka ansit — diam ya. Bahkan juga jangan bilang ke sebelahnya “diam,” faqad lagha — kenapa? Karena kalau orang khotbah sedang berjalan terus dia ngomong, ngobrol, itu sebenarnya dia dalam kategori batal tidak, tapi sia-sia. Ya, seolah tidak dapat pahala sama sekali.

Nah sekarang, ada lain lagi. Dia ngobrol enggak dengan orang kanan kiri, tapi dengan handphone.
Ah iya, lagi khotbah main HP, khotbah dia main HP tuh kan, balas WA, ketawa-ketawa sendiri. Itu kan ngobrol juga tuh. Sebenarnya sia-sia tuh Jumatnya.

Kalau yang ketiduran ini, ngantuk-ngantuk atau tidur?
Kalau ngantuk kan masih bisa melek, cuma kayak sampai dibangun sama sebelahnya gitu. Kalau sampai dibangun sama sebelahnya, batal wudu. Iya, dia kudu wudu. Tidur itu membatalkan wudu kalau tidurnya tidak dalam posisi yang duduknya itu, bahasanya mutamakkin.

Ya maksudnya gimana tuh, posisi duduknya?
Bersila. Kalau posisi duduk bersila lalu dia mungkin tertidur, itu masihlah masih dalam kondisi yang tidak membatalkan. Tapi kalau misalkan dia sudah miring-miring begini, ya kan, kadang-kadang sambil megang-megang dengkul — ah itu sudah bukan dalam posisi bersila.

Yang ini, ah, biasa dijamaah gini Ustaz. Ini kan anggapnya silang ya. Apakah itu batal?
Kalau masih seperti itu aman. Tapi masalahnya kan kalau dalam posisi tidur yang sudah sangat lelap begitu — siapa yang bisa meyakinkan kalau dia enggak goyang kanan goyang kiri? Orang dia sendiri aja enggak tahu, gitu kan. Jadi lebih baiknya wudu ulang.

Gimana kalau dia tidurnya sampai ngorok, nih?
Kalau tidur, ya… Iya, jamaah juga pasti ngebangunin bisik, iya. Atau mungkin di saat dia tidur, bangun dia kaget: “Wih, Jumatan ya? Sudah selesai.” Tapi lebih baik, wudu lagi.

Nah, sama halnya nih Ustaz. Agak nanya sedikit juga. Apakah ini berlaku ketika salat Id?
Kan ada yang pulang setelah salat, baru pulang, enggak khotbah. Dengerin dulu kan, gitu. Gimana tuh?

Satu kesatuan. Sama. Sama kayak Jumat: khotbah dulu baru salat. Itu satu kesatuan. Salat Id: salat dulu baru khotbah. Itu satu kesatuan. Enggak boleh dipisahkan. Karena kalau dipisahkan, nanti dia tidak sempurna. Sama salat juga begitu. Jangan begitu selesai salat, kelihatannya sudah selesai terus pada pergi. Dikira khotbahnya sambutan. Bukan sambutan, ini khotbah.

Ustaz, ini ada hal sepele yang sering aku alami, tapi mungkin para haji juga ngerasain ya. Katanya kalau salat kita nahan kentut, itu lebih baik wudu lagi atau ulang salatnya?

Jadi sebenarnya begini: tidak diperkenankan ketika salat itu menahan untuk buang air atau buang angin. Jadi kalau memang buang angin atau buang air, ya sudah buang aja. Jangan ditahan. Makruh hukumnya.

Tapi kalau lagi salat jamaah Jumat nih, kita mau keluar, mau geser jamaah di belakang itu kan ganggu. Gimana tuh?

Dilihat kadar dia itu bisa menahannya. Gimana kalau menahannya sampai goyang-goyang? Aduh, kayaknya udah batal. Ya sudah, enggak apa-apa. Mau gimana lagi?

Itu jatuhnya batal atau tidak?
Kalau dia batalkan, ya batal. Tapi kalau dia nahan, enggak, belum. Tapi nahan itu makruh. Sebab otomatis dia tidak akan khusyuk dengan salatnya.

Nah, misal contoh nih: udah nahan dari rakaat pertama salat Jumat, tapi ternyata luar biasa, sampai rakaat kedua enggak ketahan, akhirnya jebol juga.
Ya, keluar dia. Wudu atau menyelesaikan hajatnya. Begitu datang ke masjid, sudah pada bubar. Ya enggak apa-apa. InsyaAllah dia tidak dosa dalam meninggalkan itu sebab bukan karena keinginan dia. Tinggal dia salat zuhur empat rakaat.

Oh berarti misalkan dia salat Jumat di rakaat terakhir, dia kentut, akhirnya enggak dapat nih, dia salat zuhur empat rakaat?
Niatnya tetap sama: zuhur.

Atau ada juga yang begini, Kam. Oke, orang ketika salat Jumat kadang-kadang bingung nih. Ragu di perutnya, udah batal apa belum?

Nabi ﷺ mengatakan:

“Ahadakum syakka fi bathnihi — kalau salah satu dari kalian merasa ada sesuatu di perut kalian (misalnya krucuk-krucuk), maka jangan batalkan salat sampai kamu dengar suara atau cium bau.”

Kalau enggak dengar suara, enggak cium bau, maka Nabi mengatakan: lanjut, tidak batal.

Kalau bau badan gimana? Pas lagi salat Jumat sebelahnya ini baunya badan. Itu gimana?
Kalau bau badan, enggak membatalkan, tapi mengganggu jamaah. Makanya, teman-teman nih ya, kalau lagi salat, khususnya jamaah, tolong jaga khudu zinakum ‘inda kulli masjid — Allah menyampaikan begitu. Pakailah pakaian terbaik.

Di salat Jumat disunahkan kita mandi Jumat.