Mental Health – Obat Hati Gak Cuma di Psikolog, Masjid Juga Bisa!

Bersama Ikram Affuro dan Ustaz Arifin Nugroho


Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Balik lagi di acara Ngopi Bareng Ustaz, bareng gue, Ikram Affuro, dan Ustaz Arifin Nugroho.

Sekarang lagi musim lari. Tapi gue nggak tahu sih, sebenarnya mereka ini beneran lari atau cuma lari dari kenyataan. Nah, kalau lu lagi pada lari, mending stop dulu yuk, kita bahas bareng Ustaz.

Teman-teman, sebelum kita mulai, gue mau nanya nih. Ngerasa nggak sih, anak muda zaman sekarang itu keren-keren?
Umur 20-an udah bisa beli rumah, punya bisnis, bahkan udah bisa berangkatin orang tuanya haji dan umrah. Keren kan?

Tapi, ada juga fenomena FOMO yang bermunculan. Salah satunya FOMO lari. Semua orang pengen sehat, penampilannya fashionable banget. Bukan cuma itu, ada juga FOMO-FOMO lainnya yang justru bisa berdampak negatif, kayak dikit-dikit ngerasa harus ke psikolog, ngerasa punya gangguan mental health, dan lain sebagainya.

Di episode kali ini, Ustaz Arifin Nugroho bakal ngasih siraman rohani yang bakal bikin mental kamu naik lagi.


Ikram:
“Ustaz, anak muda zaman sekarang suka pamer, ya. Lari 10 kilometer, 15 kilometer bisa. Tapi ke rumah Allah yang cuma satu kilometer aja malas. Itu gimana, Ustaz?”


Ustaz Arifin:
“Wah, ini kena banget ya. Banyak orang ngomong, tempat yang paling jauh itu ternyata rumah Allah. Kenapa? Karena paling susah untuk didatangi.

Yang jelas begini, banyak orang lari karena dia ingin sehat jasmani. Tapi ingat, rohani juga perlu sehat.
Makanya tadi disinggung, ada yang overthinking, was-was, sedih. Sekarang tuh orang bisa beda-beda tiap hari. Senin sedih, Selasa kecewa, Rabu was-was, Kamis takut, Jumat hati-hati. Lama-lama ujungnya nyari sunah. Astagfirullah.

Dari sini kita belajar bahwa keseimbangan itu harus ada. Banyak orang nggak tahu kalau kesehatan mental bisa dia dapat dari masjid.
Kesehatan mental bisa dia dapat dari khusyuknya salat, dari baca Al-Qur’an, dari aktivitas pengajian di masjid. Itu semua upaya untuk bikin mental jadi lebih sehat.

Sama kayak orang yang lari supaya jasmani sehat, rohani juga butuh dijaga.
Banyak yang datang curhat, padahal kelihatannya gagah, keren. Tapi pas ditanya, ternyata masalahnya kecil banget.
Masalah kecil, tapi karena imannya nggak sehat, jadi terasa berat banget.

Harus banyak berkaca dari cicak-cicak di dinding.
Bayangin, cicak itu hewan melata, lehernya pendek, makannya pakai lidah, dan makanannya adalah nyamuk—yang terbang dan wajib dibunuh.
Makanan dia itu susah diambil, tapi dia nggak pernah protes ke Allah.

Kita nggak pernah lihat cicak demo, protes, bilang, ‘Ya Allah, kenapa saya begini?’
Dia jalani hidupnya sesuai fitrah. Kita manusia harusnya lebih bijak.
Kalau makanan cicak rumput, dia pasti gemuk. Tapi enggak, karena makannya nyamuk.

Kenapa cicak tetap bertahan? Karena dia sehat secara iman.

Jadi, lari 50 kilometer oke. Tapi jangan lupa, lari ke masjid juga oke.
Jangan sampai nanti di akhirat, ditanya, ‘Kenapa sepatumu dipakai pergi jauh, tapi ke rumah Allah nggak mau?'”


Ikram:
“Masih ngomongin soal lari, sekarang banyak muslim, laki-laki dan perempuan, yang fashionable banget saat olahraga.
Tapi kadang pakaiannya ketat. Cewek lari pakai baju yang ngepas banget. Cowok juga ada yang pakaiannya di luar batas aurat.
Bahkan kadang malah cowok lebih parah. Gimana, Ustaz?”


Ustaz Arifin:
“Jadi begini, apapun aktivitas seseorang, ketika dia dilihat oleh yang bukan mahramnya, baik cowok maupun cewek, harus menutup aurat.
Dan menutup itu bukan membungkus.
Kadang kita lihat, ada perempuan lari, pakai jilbab sih, tapi semua lekuk tubuhnya kelihatan. Itu bukan menutup, itu membungkus.

Perintah Al-Qur’an itu meminta kita untuk menutup dengan sesuatu yang tidak menampakkan lekuk tubuh, bukan hanya sekadar tidak terlihat warna kulit.

Soal model, bebas. Tergantung pada ‘urf, kebiasaan atau budaya di daerah masing-masing.
Orang India, Saudi, Indonesia, semua punya model pakaian sendiri-sendiri, dan itu nggak masalah. Tapi prinsipnya tetap: tutup aurat dengan baik.
Artinya, tidak kelihatan kulit dan tidak menampakkan lekuk tubuh.

Laki-laki juga sama. Jangan pakai celana yang cuma segini, atau terlalu pendek.
Aurat laki-laki itu dari pusar sampai lutut.
Tapi kalau soal lekuk kaki, itu masih dalam kategori yang diperbolehkan.”


Ikram:
“Ustaz, kalau olahraga sambil dengar musik, itu biasa ya.
Tapi gimana kalau sambil dengerin murotal? Apakah itu lari sekaligus dapat pahala?”


Ustaz Arifin:
“Jangan salah. Dengerin murotal itu bisa bikin lebih semangat lagi.
Belum pernah coba, ya? Coba deh.

Para qari atau masyaikh itu punya gaya masing-masing. Ada yang bacaannya lembut, ada yang semangat banget.
Nggak ada masalah, kamu pakai murotal yang mana saja, itu bisa jadi pahala.

Selama tidak didengarkan di kamar mandi, mendengarkan Al-Qur’an dalam kondisi apapun berpahala.
Mau sambil lari, makan, nunggu bus, tetap berpahala.

Nggak ada ayat khusus buat olahraga.
Tapi jangan sampai pas lari dengerin ayat-ayat tentang neraka, nanti malah larinya makin kencang.
Yang penting, hati kamu nyambung ke Al-Qur’an.”


Ikram (penutup):
“Seru banget ya, obrolan kita hari ini.
Kalau teman-teman para haji muda punya pertanyaan, silakan komen di bawah.
Tonton terus video kita, karena kita bakal upload konten yang menarik dan edukatif setiap hari.

Jangan lupa like, komen, dan aktifkan lonceng notifikasinya supaya nggak ketinggalan konten baru dari kami.

Gue, Ikram Affuro, dan Ustaz Arifin Nugroho pamit undur diri.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.”