Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Muslim dalam kitab “Shahih” mereka. Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadan dengan iman dan mengharapkan pahala (iḥtisāb), maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”
Dalam hadis ini, Rasulullah ﷺ menjelaskan cara berpuasa yang dapat membawa seseorang kepada ampunan Allah dan mencapai tujuan ibadah tersebut. Cara tersebut bergantung pada dua hal utama, yaitu “iman” dan “iḥtisāb” (mengharap pahala dari Allah).
Makna “Iman” dalam Hadis Ini
Makna “iman” dalam hadis ini adalah keyakinan dan kepatuhan seorang mukallaf (orang yang telah dibebani kewajiban syariat) terhadap perintah Allah dengan penuh kesadaran dan kerelaan, bukan karena paksaan atau sekadar mengikuti kebiasaan orang lain. Seorang mukmin harus meyakini bahwa puasa Ramadan adalah kewajiban yang telah Allah tetapkan sebagai salah satu rukun Islam, serta meyakini keutamaan dan besarnya pahala yang Allah siapkan bagi orang yang menunaikannya.
Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Imam Ibn Bathal dalam kitab “Syarh Shahih al-Bukhari” (1/95) dan Imam Ibn al-Jauzi dalam “Kasyf al-Musykil” (3/376).
Makna “Iḥtisāb” dalam Hadis Ini
Kata “iḥtisāb” berasal dari akar kata ḥisāb yang berarti “menghitung” atau “menganggap sesuatu sebagai perhitungan”. Dalam konteks ibadah, “iḥtisāb” berarti mengharap pahala hanya dari Allah, dengan penuh kesabaran dalam menghadapi kesulitan berpuasa, tanpa mencari pujian, sanjungan, atau penghormatan dari manusia.
Menurut Al-Hafiz Waliyuddin Abu Zur’ah al-Iraqi dalam “Tharḥ al-Tathrīb” (4/161), makna iḥtisāb adalah seseorang yang mengerjakan suatu amal dengan penuh keyakinan bahwa amal tersebut memiliki pahala besar di sisi Allah, serta ia tidak menginginkan balasan selain dari-Nya.
Oleh karena itu, hakikat iḥtisāb adalah meniatkan puasa hanya karena Allah, mengharapkan pahala dari-Nya, serta membersihkan niat dari riya’ (pamer) dan sum’ah (ingin didengar kebaikannya oleh orang lain).
Kesimpulan
🔹 Iman dalam hadis ini berarti meyakini bahwa puasa adalah kewajiban yang diperintahkan Allah, menjalankannya dengan penuh keikhlasan dan kesadaran, serta meyakini keutamaan dan ganjarannya.
🔹 Iḥtisāb berarti menjalankan puasa dengan mengharapkan pahala dari Allah semata, bersabar atas kesulitan yang ditimbulkan oleh puasa, serta menjauhi niat buruk seperti pamer dan mencari pujian.
Jika seseorang berpuasa dengan memenuhi dua syarat ini, maka ia akan mendapatkan janji Rasulullah ﷺ, yaitu ampunan dari Allah atas dosa-dosanya yang telah lalu.
Wallahu A’lam.