Kisah Sarang Laba-Laba di Pintu Gua

Ibnu Ishaq rahimahullah meriwayatkan bahwa ‘Abdurrazzaq mengabarkan kepadanya, dari Ma’mar, dari ‘Utsman al-Jazari, bahwa Miqsam (mantan budak Ibnu ‘Abbas) menyampaikan padanya tafsir dari firman Allah Ta’ala:

_”Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan siasat terhadapmu untuk menangkapmu…” (QS. Al-Anfal: 30)_

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma menjelaskan:

_“Suatu malam, orang-orang Quraisy bermusyawarah di Makkah. Sebagian dari mereka berkata: ‘Ketika pagi tiba, tangkap dan ikat dia (Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam).’ Yang lain berkata: ‘Bunuh saja dia.’ Ada pula yang mengusulkan: ‘Usir dia dari kota ini.’ Namun Allah Azza wa Jalla memberi tahu Nabi-Nya tentang rencana mereka. Maka malam itu, ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu tidur di tempat tidur Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Ketika pagi datang dan mereka melihat bahwa yang ada di tempat tidur itu adalah ‘Ali, Allah pun membatalkan makar mereka.”_

Mereka pun bertanya, _“Di mana temanmu itu?”‘Ali menjawab, “Aku tidak tahu.”_

Mereka lalu melacak jejak Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam hingga ke daerah pegunungan. Namun, ketika mereka tiba di dekat gua, pencarian mereka menjadi kacau. Mereka pun naik ke atas gunung dan melintasi sebuah gua. Saat melihat pintu gua tersebut, mereka menemukan jaring laba-laba yang menutupi mulut gua. Mereka pun berkata, “Kalau dia masuk ke dalam sini, tentu tidak akan ada jaring laba-laba di pintunya.” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun tinggal di dalam gua tersebut selama tiga malam.(HR. Ahmad, 7/334 no. 3308)

Ibnu Katsir rahimahullah menyatakan bahwa sanad riwayat ini hasan dan merupakan sanad terbaik yang menceritakan kisah jaring laba-laba di mulut gua.

Namun dalam karyanya Al-Fushul, Ibnu Katsir menyebutkan:

“Dikatakan—wallahu a’lam—bahwa laba-laba membuat jaring di mulut gua dan dua ekor merpati membuat sarang di situ.”Dalam konteks ini, beliau tidak menyatakan haditsnya hasan, bahkan memberi isyarat sebaliknya.

Ibnu Hajar rahimahullah juga menghasankan kisah ini dalam Fathul Bari (7/236). Meski demikian, ia menyebut bahwa ‘Utsman bin al-Jazari—salah satu perawi—terdapat kelemahan dalam hafalannya. Dalam At-Taqrib (2/13), Ibnu Hajar menyebutkan bahwa ‘Utsman ini dha’if. Sementara dalam Tahdzib, Abu Hatim rahimahullah mengatakan bahwa meski haditsnya ditulis, namun tidak dapat dijadikan hujjah, dan al-‘Uqaili menegaskan bahwa haditsnya tidak bisa dijadikan penguat (mutabi’). (Tahdzib: 7/145)

Karena itu, hadits ini dianggap lemah (dha’if) oleh Syaikh Ahmad Syakir dalam komentarnya terhadap Musnad Imam Ahmad. Ia mengatakan bahwa sanadnya perlu ditinjau ulang karena adanya kelemahan pada ‘Utsman al-Jazari. (Ta’liq Musnad Ahmad 5/87)

Syaikh Al-Albani rahimahullah juga menyatakan kelemahan hadits ini. Ia berpendapat bahwa ayat dalam QS. At-Taubah: 40

_“Dan Allah membantunya dengan tentara-tentara yang tidak kalian lihat”_ menegaskan bahwa bantuan Allah kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam berupa bala tentara tak kasat mata, bukan laba-laba ataupun burung merpati yang secara fisik bisa dilihat. Maka, menurut beliau, yang lebih sesuai dengan ayat ini adalah bahwa para Malaikat-lah yang Allah kirimkan sebagai penolong. Dalam tafsirnya (4/147), al-Baghawi rahimahullah juga menyatakan bahwa yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah para Malaikat yang memalingkan pandangan orang-orang Quraisy dari gua tempat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersembunyi.

Dalam kesempatan lain, Al-Albani rahimahullah juga menegaskan:

_“Ketahuilah bahwa tidak ada hadits shahih mengenai kisah laba-laba dan dua burung merpati di mulut gua.”_(Silsilah al-Ahadits adh-Dha’ifah 3/339)

Kesimpulannya, meskipun sebagian ulama seperti Ibnu Katsir dan Ibnu Hajar rahimahumallah menghasankan riwayat tentang jaring laba-laba, namun ini hanya terbatas pada kisah tersebut saja. Adapun bagian mengenai dua ekor merpati, hingga saat ini—sejauh pengetahuan yang ada—belum ditemukan ulama yang menshahihkannya.Wallahu A’lam.

📚Al-Bidayah wa an-Nihayah
✒️ Madarif Institute
🌐 @madarifinstitute