Keutamaan Maaf Memaafkan 

 HARMONI Indonesia

GARUDA TV


Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Akbar, Allahu Akbar, Bismillahirrahmanirrahim, Alhamdulillah, Wassalatu Wassalamu Ala Rasulillahi Ba’ad

Rabbishrohli Sadri Waassirli Amri Wahalul ‘Uqdatan Min Lisan Yafqahu Qili. Allahumma Ameen.

Jemah Masjid Baiturrahman yang Dimuliakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan Pemirsa Harmoni Indonesia Garuda TV, di mana pun Anda berada, Alhamdulillah. Pada kesempatan kali ini, kita diberikan kesehatan jasmani dan rohani. Sehat ibu-ibu, sehat, sehat wal’afiat. Kalau sehat jasmani, Alhamdulillah, jasmani kalau dilihat di sini sehat-sehat semua, sebab kalau enggak sehat, enggak ke sini. Mudah-mudahan yang nonton di rumah juga diberikan kesehatan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala, afiat, sehat juga. Tapi lebih pada rohani, imannya. Mata sehat bisa melihat, itu sehat. Mata digunakan untuk baca Qur’an, itu afiat. Maka sehat wal’afiat. Telinga bisa dengar, sehat. Telinga dibuat untuk dengar pengajian, berarti afiat, sehat wal’afiat. Hati bisa merasakan sedih, senang, sehat. Tapi kalau hati ini untuk memaafkan, nah ini sehat dan afiat. Kenapa bilang begitu? Sebab, InsyaAllah materi kita adalah tentang maaf. Memaafkan.

Majelis Taklim Masjid Baiturrahman, Jalan Musyawarah, dan Pemirsa Harmoni Indonesia Garuda TV, di manapun Anda berada, kira-kira kalau ada pertanyaan, lebih susah memaafkan atau meminta maaf? Kira-kira lebih susah memaafkan atau meminta maaf? Saya lihat masalahnya adalah posisi kita yang harus memaafkan. Yang paling susah, memaafkan. Enak aja, maafin! Wah, begitu ya? Tapi kalau posisi kita minta maaf, kita yang susah kan? “Situ yang salah, saya yang minta maaf?” Ah, begitu tuh. Pokoknya setan paling jago, sebab kalau enggak jago, enggak jadi setan. Setan paling jago. Dia tahu nih masuk bagaimana menggoda orang. Maka ada istilah talbis iblis, jeratan setan. Buat mereka yang saat itu yang terbaik adalah memaafkan, maka setan akan masuk supaya orang ini susah memaafkan. Tapi kalau yang saat itu orang harusnya dia bisa mendapatkan pahala besar dari meminta maaf, setan akan masuk membuat dia berat meminta maaf. Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam memberikan teladan pada kita tentang keutamaan dua hal ini, memaafkan dan meminta maaf. Banyak kisah dari Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam kalau kita mau bicara tentang maaf, memaafkan. Bagaimana Nabi memaafkan, kita lihat. Pernah dalam satu kesempatan, ketika Nabi terusir dari Makkah, terusir dari Makkah, keluar dari Makkah, akhirnya bingung karena kala itu enggak tahu mau ke mana. Dilewati oleh Nabi, mana yang paling potensial untuk menerima beliau ini, karena beliau terusir dari Makkah. Padahal di situ itu baru saja Nabi kena musibah, pamannya meninggal, istri beliau Khadijah Radhiallahu Anha meninggal, dua-dua pendukungnya meninggal, diusir dari Makkah. Bingung mau ke mana, akhirnya terpikir Thaif, karena di Thaif masih ada kerabat-kerabat Nabi. Maka beliau berangkat ke Thaif dalam pikiran akan diterima oleh kerabatnya yang ada di sana. Tapi ternyata, baru sampai depan gerbang Thaif sudah mendapat lemparan batu. Dilempar batu sampai sekujur tubuh beliau ini mengucur darah segar. Ada yang pernah dilempar bolu di situ? Dilempar batu sampai seluruh tubuhnya. Seluruh tubuhnya, bayangkan. Berdarah. Enggak kebayang itu kalau kita. Gak usah seluruh sekujur tubuh, satu aja kena, enggak tahu itu gimana emosi dan marahnya. Ini Nabi, seluruh tubuh, lagi begitu, lagi sakit-sakitnya itu jasmani dan itu sakit. Tiba-tiba Jibril datang bilang sama Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam: “Muhammad, saya bawa nih malaikat gunung. Malaikat penjaga gunung ini sudah izin sama Allah, mau menyampaikan sesuatu.” Malaikat penjaga gunungnya datang: “Muhammad, saya paling enggak rida. Saya enggak rida itu orang-orang Thaif ngelemparin kamu batu. Sekarang tinggal kamu tunjuk aja gunung mana yang perlu saya angkat, saya timpakan pada penduduk Thaif.” Enggak kebayang itu. Kalau kita yang ditanya, kalau kita yang ditanya, habis dilempar orang satu batu. Satu aja, enggak usah banyak-banyak, satu, datang malaikat gunung. “Bu, mana yang mau dilempar, semua gunung? Kita tunjuk, Gunung Gede, Gunung Pangrango, Gunung Salak, noh, gunung yang ono, apa namanya, ditunjuk-tunjuk semua, minta ditumpukin.” Tapi Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam apa jawabannya? “La, enggak. Innahumun la ya’lamun. Enggak, enggak, jangan, jangan, jangan! Mereka begitu karena mereka itu enggak tahu. Kalau mereka tahu, enggak begitu tuh. Ya Allah, dimaafin langsung, padahal ini namanya darah masih ngucur, dimaafin. Padahal barusan aja itu bukan cuma hati yang, bukan cuma badan yang terluka, hati pun terluka. Tapi Nabi maafkan. Justru Nabi bertambah, “Aku hanya berdoa kepada Allah agar orang-orang dari orang Thaif itu, anak keturunannya, semuanya memeluk Islam.” Dan ternyata betul, jarak kurang lebih 10 tahun, tidak ada orang di Thaif kecuali semuanya sudah Muslim. Ya Allah, ini memaafkan dan keutamaan memaafkan. Jangan sembarangan. Pernah ada satu sahabat Nabi ketika lagi pengajian begini, tiba-tiba masuk pengajian. Ya, sebelum masuk, Nabi sudah bilang, “Akan masuk dari pintu ini orang yang dijamin surga.” Orangnya masuk. “Oh biasa.” Oh, itu esok hari ada pengajian lagi. Nabi bilang, “Akan masuk dari pintu ini orang yang dijamin surga.” Masuk orang yang sama sampai tiga kali. Ada seorang sahabat penasaran, apa amalnya kok bisa sampai dijamin masuk surga. Ketika ditanya amalannya apa, ternyata tidaklah beliau itu tidur kecuali sebelum tidur dalam hati beliau mengucap, “Ya Allah, aku maafkan semua orang yang pernah menyakiti hatiku.” Masuk surga gara-gara memaafkan. Ya Allah. Tuh, enggak kebayang, Bu, kalau kita lagi punya orang yang pernah nyakitin kita, tiba-tiba begitu kita lagi di amal hisab, bingung kita. Ya Allah, salat saya kurang, puasa saya kurang. Salat yang dipikirin, paket belum datang. Puasa yang dipikirin, “Duh, lauk entar apa?” Macam-macam. Salat malam juga banyak ngantuknya. Tarawih yang dicari, rakaat terat. Bingung mau kapan masuk surga, dari apa? Bingung, tiba-tiba ada panggilan, “Fulan, surga.” Ya Allah, saya surga! Bingung, kita mesti kan tanya namanya. Bingung kan penasaran, colek malaikat. “Saya masuk surga gara-gara apa?” Oh, belum tahu, belum dibuka catatannya. Ternyata gara-gara dulu, pernah di dunia disakitin orang, terus kita maafin. Ya Allah, gara-gara orang itu kita masuk surga. Yakin tuh, sebelum masuk surga, kita cari dulu orangnya. Kita cari, ngapain? “Terima kasih, ya Allah, gara-gara kamu dulu nyakitin saya.” Aduh, coba kalau enggak ada kamu nyakitin saya, dan saya tidak maafin, enggak jadi masuk surga. Terus kamu ke mana? Saya belum bisa masuk surga. Kenapa? Kan saya nyakitin kamu. Ah, mohon maaf ya, makasih, kita berangkat itu. Jadi hati-hati, kadang-kadang ada Allah subhanahu wa ta’ala kirim orang yang, orang itu ternyata pintu surga buat kita, walaupun caranya beda. Caranya bukan orang yang membuat kita enak, tapi caranya apa? Kadang awalnya membuat kita sakit, sakit, tapi buat kebahagiaan abadi. Ah, gitu. Jadi kalau ngelihat orang nyakitin hati kita, memang surga gua lain, begitu ya? Kita, “Oh, ada surga datang, kok malah senyum-senyum?” Sebab surga lagi lewat. Itu surga. Ah, gitu. Tapi syaratnya satu, apa? Memaafkan. Harus memaafkan. Kalau enggak memaafkan, ya enggak jadi surganya. Terus kalau cerita tentang meminta maaf, wah Nabi lebih lagi. Sebab sebelum Nabi itu wafat, Nabi kumpulkan semua sahabatnya. Lalu beliau bilang, “Siapa di antara kalian yang merasa pernah Aku sakiti? Siapa di antara kalian yang pernah Aku ambil haknya? Aku tidak mau meninggal dengan membawa hak kalian.” Maka sampaikan sekarang. Coba bayangkan, seorang Nabi kondisi sudah seperti itu, masih memikirkan akhiratnya. Enggak enak rasanya kalau meninggal itu dengan kesalahan. Maka Nabi paham tentang itu, minta supaya para sahabatnya itu ridha, dan ternyata itu yang menjadi sebuah kemuliaan.

Jemaah Majelis Taklim Masjid Baiturrahman yang dimuliakan Allah dan pemirsa Garuda TV Harmoni Indonesia yang dicintai Allah subhanahu wa ta’ala, sekarang kita akan lihat perintah-perintah Allah dan perintah Rasul-Nya. Kalau tadi kita sudah cerita, sekarang kita mau melihat bagaimana Allah menyampaikan itu dalam firmannya. Allah subhanahu wa ta’ala menyampaikan dalam firmannya, “A’udzhu billahi min ash-shaytan ir-rajim. Bismillahirrahmanirrahim.”

“Wasa’ikum, bersegeralah untuk mengambil peran mendapatkan surga Allah subhanahu wa ta’ala yang luasnya seluas langit dan bumi, diperuntukkan untuk orang-orang yang bertakwa, muttaqin. Siapa itu? Mereka itu yang ketika berinfak, diam-diam, mereka itu yang berinfak terang-terangan, tapi mereka tetap ikhlas. “P-Allah.” Nah, apa itu? Al, orang yang mampu menahan amarah, wa memaafkan orang lain, memaafkan orang lain. Ibu-ibu pernah marah? Sering? Pemirsa Harmoni Indonesia pernah marah? Ah, jawabannya sama. Kadang-kadang marah itu bisa kita manage jadi pintu surga. Begitu mau marah, kimah surga, ya Bu. Kalau ada saya bilang begini, ibu-ibu yang mau marah tahan amarahnya, saya kasih 2 juta. Mau enggak? Tiba-tiba videoin aja, idein posisi ketika lagi marah, dan berhasil untuk menahan amarah. Diidein. Kalau benar, saya ganti. Kalau bisa jadi enggak marah, R juta. Kira-kira gimana lagi sama suami? Udah lagi mau marah-marahnya sama suami? Jadi siap tuhap enggak? Insyaallah aman. Pak, dikirim tuh videonya ke saya, ditukerin dengan apa? R juta. Nah, ini Allah mau kasih apa? Surga. Allah mau kasih surga. Kalau kita yang nominal rupiah kita mau. Jangan sampai yang surga kita tidak mau. Makanya, orang yang mampu tahan amarah, tahan amarah. Begitu mau dibikin marah, tarik napas, tahan. Tiga jam, enggak. Kalau marah, kata Nabi, apa? Wudu. Wudu. Sebab marah itu dari setan. Setan itu sifatnya panas. Kalau wudu, air, sifatnya mendinginkan. Jadi begitu mau marah, sebentar, Pak, sebentar. Wudu dulu, gitu. Mau marah lagi, wudu lagi. Mau marah lagi, wudu lagi. Insyaallah, ya. Karena sering wudu, jadi enggak marah. Ya, udah capek bolak-balik. Enggak, enggak, enggak, enggak. Karena wudu mendinginkan, wudu ibadah. Sudah ibadah dengan air mendinginkan, kata Nabi, sifatnya akan menghilangkan setan. Sudah selesai begitu. Apalagi yang dilakukan, yang bisa dilakukan? Kalau masih marah aja. Kalau lagi berdiri, duduk. Kalau lagi duduk, berbaring. Berbaring. Masih marah, tidur aja, ya. Insyaallah, enggak jadi marah. Terus banyak taawud kepada Allah. “A’udhu billahi min ash-shaytan ir-rajim.” Ngelihat anak yang lagi bikin emosi, “A’udzhu billahi min ash-shaytan ir-rajim.” Ngelihat karyawan yang bikin, “A’udzhu billahi min ash-shaytan ir-rajim.” Udah, itu aja. Udah, dar. Kenapa? “A’udzhu billah.” Artinya apa? Aku berlindung kepada Allah min ash-shaytan ir-rajim, dari setan yang terkutuk. Dar, setan yang terkutuk.

Udah, kalau itu di setan lari, setan lari. Mau jenis apapun setan lari, neraka wail, neraka. Nih, salah satu neraka wailun, neraka buat siapa? Orang yang kerjaannya mencibir, baik dengan mulut, baik dengan mata. Nah, begitu, cuman begitu doang, neraka. Terus melihat Pakal? Nah, itu apa? Wah, itu hati-hati. Coba bayangin, orang ini lebih mudah saat ini, kenapa nabung neraka dibanding nabung surga. Surga, surga, tolong surga. Maafin yuk mulai nanti malam, ya Allah, nih Fulan, Fulan, Fulan, Fulan. Mudah-mudahan jadi pintu surga saya, ya kan? Maafin, maafin dah. Kalau udah maafin, enggak usah ngomong-ngomong. Ya, sini apaan? Udah, gua maafin. Pakai ngomong, udah biarkan, hanya Allah dan kita saja yang tahu. Ah, biarin ya, hanya Allah dan kita aja yang tahu. Besoknya nyakitin lagi. Ah, tuh gimana kira-kira kalau pemirsa Harmoni Indonesia di rumah ada orang yang sudah kita maafin, besok nyakitin lagi? Gimana kira-kira, Bu? Itu kira-kira gimana? Coba, kalau ada orang nyakitin kita, kita maafin, terus besok nyakitin lagi. Kira-kira gimana? Maafin lagi, nyakitin lagi, maafin lagi, nyakitin lagi. Ya Allah, nih kalau ada orang begitu, kasihan. Yang pertama, Alhamdulillah, bukan kita orangnya. Ngeri banget kalau ada orang hari-hari kerjaannya nyakitin. Ya, makanya hati-hati ya, jangan sampai kita itu orang. Kalau ketemu kita tawud, eh entar ketemu dia, Astagfirullahalazim. Jangankan begitu, ya. Orang tuh kalau bisa dengar nama kita, mau ketemu kita, udah senang. Ya Allah, ini yang dinanti-nanti, yang ditunggu. Emang kenapa? Sebab kalau ketemu dia, aduh, enggak keluar dari lisannya kecuali yang adem-adem. Nah, begitu. Makanya kalau ketemu orang, dijaga lisan. Jangan begitu ketemu orang, jarang ketemu, sekalinya ketemu, nyakitin hati, perasaan. Lama-lama kamu sekarang gendut banget. Nah, ya kalau yang diomongin senang sih, Alhamdulillah, Alhamdulillah, benar saya gendut. Alhamdulillah, berarti sukses. Nah, gitu. Ya, enggak apa-apa. Cuman kalau nyakitin hati, lebih baik jaga supaya tidak menyakiti hati. Tapi kalau ada orang menyakiti hati, Alhamdulillah ada pintu surga yang Allah kirim, tinggal kita maafkan. Khudil afwa dalam surah Al-A’raf. Begitu. Khudil bil wa jah, maafkan diantara akhlak terbaik yang ada pada seorang Muslim dan Nabi itu akhlaknya adalah Quran. Maka akhlak yang terbaik itu adalah orang yang itu, artinya, ambil… Itu memaafkan. Pemfan disuruh ambil, pemf disuhambil. Maksudnya apa? Ambil diil. Itu kira-kira bedak sama Dikas. Bedanya? Kalau dikasih, duduk aja dapat. Nih, lagi pengajian, enggak ngambil snack, enggak nunggu dikasih, gitu, misalnya kan? Ya, duduk aja, dapat. Nih snack, tuh dapat snack, dapat duduk aja dapat. I kan kalau ngambil kudu ke meja konsumsi. Ya datang ke sana, cuman kalau ngambil snack, kadang-kadang malu. Tapi kalau ngambil pemaafan, enggak perlu malu. Kenapa? Sebab Allah yang meminta kita untuk mengambil pemaafan. Jadi jangan tunggu, maafin entar. Nunggu dia minta maaf, ah, itu berarti bukan KH, karena kalau KH, ngambil itu ada kita yang ngampirin, kita yang jemput bola, itu yang dapat kemuliaan. Memang nanti kalau ada orang datang minta maaf ke kita, kita terima, maafin enggak? Entar kalau dia sudah minta maaf. Minta maaf juga enggak sembarangan. Tunggu dulu dia janji di atas materai. Aduh, itu jadi makin… Nah, khudil wa ambil pemaafan. Itu yang penting, jemaah Masjid Baiturrahman yang dirahmati Allah, dan pemirsa Harmoni Indonesia di mana pun anda berada, sekarang mungkin kalau ada pertanyaan, terus gimana caranya ya supaya saya mudah memaafkan. Sebab memaafkan ini kan susah betul. Atau tidak betul? Betul. Betul. Lebih baik memendam dendam atau memaafkan? Eh, bukan lebih baik. Kalau lebih baik, lebih baik memaafkan. Lebih susah memendam dendam atau memaafkan? Memaafkan lebih susah. Berarti benar, sebab yang susah itu hadiahnya surga. Kalau mudah, hadiahnya piring cantik. Karena ini susah betul, Allah berikan surga. Nah, tinggal kita satu. Kalau ditanya, gimana ya supaya saya ini bisa memaafkan? Yang pertama, kita harus pahami bahwa namanya memaafkan itu di antara amalan yang bisa cepat membawa orang masuk ke surga. Jadi tanya ke diri kita, saat kita itu disakiti hati, saat kita itu susah memaafkan, saat kita itu pendendam, tanya, mau tidak kita masuk ke dalam surga? Ya, mau tidak kita masuk ke dalam surga? Ya, kata Allah subhanahu wa ta’ala, hendaklah kalian itu atau mereka itu memaafkan. Kenapa? Karena itu luar biasa, sampai Allahu wa Ta’ala, kalian itu tidak menginginkan agar Allah mengampuni kalian juga. Dan Allah itu ghaffurur rahim. Allah itu maha pengampun, maha penyayang. Begitu yang disampaikan oleh Allah. Ya, kita diminta untuk memaafkan. Kita diminta untuk melapangkan hati. Walyasfahu, diminta untuk melapangkan hati. Apakah kalian tidak tahu Allah Maha memaafkan? Dan Apakah kalian tidak mau mendapatkan pemaafan dari Allah? Gampangnya begini. Berarti itu ayat bilangnya, kamu mau enggak dapat pengampunan dariku? Mau. Ya Allah. Justru ini aku minta istighfar, enggak pernah berhenti. Terus istighfar, astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah. Walyafu, walyasfahu. Maka kalau mau maafkan orang lain, ikhlaskan, berikan pemaafan, maka aku akan memberikan pengampunan. Maka kadang-kadang ada orang yang dia itu dosanya banyak. Dosanya banyak. Lisannya susah istighfar. Kalau pun istighfar, enggak bisa sehari sampai 5.000, 10.000. Berat. Padahal dosanya terlalu banyak. Allah Maha Rahman, Maha Rahim. Makanya, ghaffurur rahim, ayat ditutup dengan ghaffurur rahim. Allah Maha Pengampun, Allah Maha Penyayang. Sebab Allah sayang kepada kita. Kadang-kadang ada hal-hal yang Allah kirim, Allah takdirkan untuk kita yang itu bisa menghapus dosa-dosa kita. Kita nih, awalnya sehat-sehat aja, saking sehat, mungkin banyak dosa yang dilakuin. Nauzubillah. Tapi karena Allah sayang pada kita, Allah cinta pada kita, ada sakit, Allah kasih. Begitu Allah kasih sakit, kita sabar, kita nerima, kita justru makin cinta pada Allah. Itu sakit mengampuni, menghapus semua dosa kita. Ya, jarang-jarang sakit gigi. Sakit gigi, begitu sekali senut. Aduh. Tapi sambil itu, ya Allah, Alhamdulillah. Gitu ya. Sekali senut, tahun di neraka dihapus. Senut yang kedua, 200. Senut yang ketiga, 300. Begitu. Enggak senut lagi. Doa, ya Allah, senut lagi. Ya Allah. Begitu, karena tahu rumusnya. Tahu rumusnya. Enggak ada yang di dunia ini sia-sia, termasuk di antaranya tadi. Ketika Allah sampaikan, “Mau enggak kamu aku berikan pengampunan?” Kalau mau, walu, maka hendaknya maafkan. Maafkan. Sebab pengampunan akan datang. Pengampunan akan menghampirimu dan semua dosamu akan dilebur dengan pemaafan. Oleh sebab itu, Alhamdulillah kalau kita ini kan ada satu budaya baik di hari raya Idul Fitri. Ya, datang ke sono, datang kemari, yang diminta, mohon maaf. Ya, ah. Awalnya kasih mohon maafnya, ya. Jangan lahir batin. Ya, ah. Gitu. Kadang-kadang kita cuman lahir batin.

Atau kadang-kadang lebih singkat lagi, minalidin. Ini malaikat bingung. Minal aidin, nih, maksudnya apa? Minal aidin, salaman sambil minal aidin. Lengkapin aja, mohon maaf ya lahir batin. Itu budaya baik, enggak usah ditanya dalilnya apa. Dulu Nabi di bulan apa, di Idul Fitri saling maaf-maafkan, enggak? Maaf memaafkan ada dalilnya perintah dari Allah. Mau kapan pun, silakan. Idul Fitri, Alhamdulillah, momen di mana kita bertemu, ada acara keluarga. Alhamdulillah, momen lagi kumpul, minta maaf aja ya. Minta maaf ya. Lah, emang salah apa? Oh, saya enggak salah, ya? Alhamdulillah. Ini sebenarnya ngasih tahu, gitu. Kenapa? Situ yang punya salah sama saya. Oh, enggak, ya? Gitu. Maafkan, dan kalau memaafkan, enggak usah pakai syarat. Ya Allah, saya maafkan Fulan, tapi enggak usah pakai syarat. Ya, enggak usah pakai syarat. Kalau memaafkan, memaafkan, ya. Kenapa? Sekali lagi, tadi pintu surga tercepat. Terus, kalau lagi susah memaafkan, ada doanya. Doanya, G. Banyak orang bilang, tuh, kan doanya Nabi Musa. Itu kan biasanya dibaca saat apa? Saat kita mau ngomong supaya ngomong tuh enggak belibet, kita baca ini. Sebab ini dibaca oleh Nabi Musa saat lagi mau ketemu Fir’un. Memang betul, betul, tetapi juga betul ketika ini ingin memaafkan orang. Sebab Nabi Musa ketemu Fir’aun dan membacakan doa ini, itu saat setelah terus sudah diusir, sudah apa kan, ada sakit hati Nabi Musa. Maka doa itu yang rabbisrohli sodri, Ya Allah, lapangkan hati, sehingga lapang, enggak sempit. Begitu melihat muka Fir’aun, Nabi Musa bisa kalem, enggak emosi. Rbisrohli Sadri, ya. Ngelihat wajah suami lagi agak susah, rbisrohliri, gitu ya. Pandang tuh wajah, bisohli, gitu ya. Ya Allah, lapangkan hati, lapangkan hati supaya apa? Bisa mudah memaafkan. Sebab setan akan nutup-nutup terus. Pokoknya gimana caranya supaya pemaafan itu tidak keluar. Terus doa umum, doa umumnya apa? Ya muqibal qulubitbi. Ya Allah, wahai datat yang membolak-balikkan hati, tetapkan hati ini dalam ketaatan pada kebayang, ibu-ibu, jemaah Masjid Baiturrahman, dan pemirsa Harmoni Indonesia Garuda TV, di mana pun Anda berada. Coba bayangkan kalau negeri kita ini, waduh, semuanya ada yang salah, yang satu memaafkan, yang satu minta maaf. Kira-kira negeri kita gimana jadinya? Enggak kebayang itu, enggak? Kebahaya kita ini jadi repot. Kita ini jadi sempit. Kita ini, sebab karena kita tidak pemaaf. Entar gimana, Ustaz, kalau kita mudah memaafkan, dia tidak mengambil pelajaran? Iya, tapi bukan berarti tidak memberikan pemaafan. Kita maafi, habis itu kita minta supaya Allah berikan hidayah pada dia agar dia tidak mengulangi kesalahan yang sama. Ya, dan pasrahkan kepada Allah bagaimana itu makhluk Allah, kok. Ya, yang kadang-kadang menyakiti kita, dia makhluk-Nya. Siapa makhluk-Nya? Siapa makhluk Allah? Makhluk Allah. Allah yang punya. Tinggal kita titip aja. Titip supaya apa? Supaya ada anak bikin masalah aja, kita panggil ibunya, ya enggak. Ramai nih di masjid, yang kita panggil siapa anaknya, kita omongin enggak bisa. Kita panggil siapa ibunya, ini bapaknya mana? Bapaknya, Pak. Anak, Pak, jaga, Pak. Ah, gitu. Diam langsung jewer sama bapaknya, duduk sini. Ah, udah diam sama kita. Kasih aja sama yang punya. Kalau anak kita, kasih ke Bapak. Kalau makhluk Allah, Jalla Jalaluhu. Ya Allah hamba-Mu Fulan. Ya Allah, hamba-Mu Fulan. Nah, sampaikan itu, biarkan nanti Allah yang akan menjewernya. Ya Allah yang akan menegur, Allah yang akan meluruskan. Kalau ini kita bisa, MasyaAllah, damai hidup kita. Itu damai, ya enggak apa-apa. Memang orang kadang-kadang begitu, karena memang di dalam jiwa manusia ini kan ada taat, ada tidaknya, ada baik, ada buruknya. Makanya kadang-kadang kalau kita ketemu orang begitu, kan kadang ketemu dia baik, tiba-tiba buruk. Pernah enggak begitu? Pernah. Sebab apa? Sebab itu manusia. Ada yang kadang-kadang buruk, tiba-tiba baik. Udah begitulah manusia. Kalau baik terus, bisa jadi itu malaikat, bukan manusia. Kalau buruk terus, bisa jadi itu setan, bukan manusia. Nah, kalau lagi baik, buruk, itulah dia manusia. Mudah-mudahan semua yang kita sampaikan pada hari ini bermanfaat untuk jemaah Masjid Baiturrahman dan pemirsa Harmoni Indonesia Keduda TV, di mana pun Anda berada. Ada yang ingin bertanya, dipersilakan. Ah, ya silakan, Umi. Ustaz, Assalamualaikum. Bismillahirrahmanirrahim. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Nama saya Auliawati, dari Majelis Taklim Baiturrahman, Ragunan, Pasar Minggu. Ustaz, saya ingin menanyakan soal memaafkan tadi, Ustaz. Memang kelihatannya mudah untuk diutarakan, tapi sesuatu ini agak sulit untuk dijalankan. Biasanya kayak gitu, Ustaz. Masalah ketika kita dizalimi oleh orang yang tanpa dia sadari bahwa hal itu sangat menzalimi buat kita. Boleh enggak kita itu nanti dalam hati kita, nanti ya, kalau udah di akhirat, aku mau aku tuntut kamu, gitu ya, di akhirat nanti, ya, gitu. Masalah harta atau masalah kata-kata atau masalah sikap tingkah laku yang tidak, yang selalu biasanya dilakukan orang kepada kita, gitu ya, Ustaz. Dan yang kedua, apakah benar kalau kita difitnah atau digibah orang, berarti kita itu ditransfer pahala untuk kita. Transfer pahala untuk kita selalu, gitu, Ustaz. Selama kita digibahi, jadi enak dong kalau kita digibah terus, Ustaz. Ya, makasih banyak, Ustaz. Jazakallahir. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Terima kasih Aulia, pertanyaannya. Jemaah Masjid Baiturrahman Ragunan Pasar Minggu dan pemirsa Harmoni Indonesia Garuda TV, di mana pun Anda berada. Ini pertanyaan sering banget, kadang-kadang menjadi ganjelan. Ini gimana ya? Kalau saya itu ingin memaafkan, tapi kok karena dia itu zalim banget, entar aja, saya dalam hati bilangnya, nanti saya tuntut di akhirat itu, tanpa kita omong, sebenarnya nanti di akhirat pasti kita akan dapat. Makanya ada kisah namanya orang muflis. Muflis itu datang ke akhirat, pahalanya banyak banget, udah luar biasa, udah senang nih, surga tinggal satu langkah. Tiba-tiba kata malaikat, “Entar dulu, sabar!” Datang orang tung, datang lagi, panjang bereret. Begitu ditanya, “Ada apa ini, ya Rab?” Ini Fulan, ini Fulan, ini Fulan, semuanya. “Wah, ini orang dulu pernah menzalimi aku, ini orang dulu pernah menyakiti aku, ini orang dulu…” “Oh ya, nih kasih, kasih, kasih pahala, kasih sesuai dengan rasa kesakitan hatinya dan besarnya kezaliman,” sampai habis pahalanya orang masih ngantri panjang. Lah bingung, habis pahalanya! “Oh enggak apa-apa, apalagi ambil dari dosa orang yang ngadu tadi, ditaruh ke Fulan.” Akhirnya muflis, bangkrut. Kenapa? Yang tadinya bergunung pahala berubah menjadi bergunung dosa. Ya Allah, naudubillah. Maka hati-hati! Artinya enggak pernah minta pun kita di sini, entar di akhirat kita sama-sama paling saling ingat. Wah, namanya di akhirat mah udah enggak, enggak, enggak ingat langsung, wah, gitu ya. Oleh sebab itu, bagaimana kita yang pernah menyakiti hati orang? Ati-ati, ya! Pernah menyakiti hati orang? Ati-ati. Nah terus, kalau kita minta, bagaimana? Bisa, bisa. Tapi kalau kita memaafkan, itu pahala bisa berkali-kali lipat. Wah, kalau ke sana, mungkin dapatnya misalkan Umi 1 juta pahala, nanti saya minta di akhirat 1 juta pahala kita D. Tapi kalau kita mintanya, atau kita maafkan ketika di sini, nah itu bisa dapat 1 miliar pahala. Wah! Enggak, saya mah di sana aja, ya? Enggak apa-apa juga, boleh, juga boleh. Ya, yang penting kita punya hak. InsyaAllah, kita punya hak kalau kita memaafkan, berkali-kali lipat kita dapatnya cash awal sekarang. Tapi kalau nanti, ya enggak apa-apa, nanti. Tapi memang besarannya tidak sebesar kalau kita memaafkan. Ya, tinggal kita pilih-pilih dah. Apalagi kalau kita banyak disakitin orang, ya berarti kan sumur kita banyak. Ini saya maafin yang ini, enggak saya maafkan. Jadi ada tabungan akhir sek-ak itu, InsyaAllah.

Lalu berikutnya, transfer pahala. Kalau misalkan ada orang memfitnah kita, kira-kira apakah itu kita dapat pahalanya? Iya, pasti! Kita digibah, apa ada pahalanya ke kita? Iya, kita tidur, kita digibahin, kita dikasih pahala. Dosa kita diambil, kita dikasih pahala, dosa kita diambil. Ya Allah, alangkah enak tuh orang, kita cuman tidur, orang pada ngomongin, bla, tiba-tiba kita bangun, itu udah berkurang dosa banyak, pahala jadi nambah. Untung namanya dosa sama pahala enggak kelihatan. Wah, kalau kelihatan senang banget. Itu tuh, ini dari mana ini transferan gibah? Alhamdulillah. Siapa yang ng-gibahin, Fulan kirim parsel ke sana. Kenapa? Sebab dia ngasih saya pahala, sebab dia ngurangin saya dosa. Itu kurang lebih. Mudah-mudahan bisa dipahami, Amin.

Ya, pertanyaan berikutnya ada yang mau bertanya? Tadi? Ya, silakan. Ibu, yang saya mau tanyakan, apa keutamaan dan hikmah memaafkan?

Baik, cukup sekian dari saya, wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.

Pertanyaannya kira-kira bagaimana ini keutamaan memaafkan? Jadi kalau memaafkan itu bukan hanya formalitas. Betul, memaafkan itu harus lapang dada. Ya, kalau ada orang udah minta maaf, maafin, ya! “Iya, gua maafin,” itu kira-kira lapang dada enggak? Enggak! Ya, enggak. Dari mimik aja sudah kelihatan. Ada orang minta maaf terus, “Iya saya maafin,” tapi syarat, ya. Itu berarti memaafkan dengan syarat. Ya, kalau syaratnya itu berkesesuaian, silakan. Ya, saya maafin, tapi syaratnya tolong setelah ini kerjakan salat 5 waktu. Ah, itu masih bagus. Itu memaafkannya jadi dakwah. Ya, tolong rajin ibadah. Tolong, enggak apa-apa, itu karena ada sarana ibadah. Tapi kalau murni karena alasan subjektivitas hatinya yang masih merasa terluka. Nah, kan, kalau kata anak sekarang, “Apa? Sakitnya tuh di sini,” dalam lagu sampai tembus ke orang belakang kena juga, gitu. Sakitnya, ya. Ya, alhamdulillah kalau kita mampu untuk bisa melapangkan dada, memaafkan mereka itu nanti kita yang akan mendapatkan kebaikannya. Balik lagi, kalau ditanya, bagaimana? Ini adalah pintu surga tercepat. Pintu surga tercepat. Kenapa? Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam ceritanya banyak. Fathu Mekah itu, nabi lagi masuk di Fathu Mekah, nabi masuk, semua orang yang ada di hadapan nabi itu, itu dulu orang yang sering menyakiti beliau. Orang yang mengambil harta beliau, orang yang menghina beliau, orang-orang banyak banget yang kala itu. Ketika Nabi ngelihat wajahnya, itu namanya kepala kelihatan satu-satu. Apa yang ada di belakangnya? Tapi begitu masuk, nabi hanya tanya, “Gimana pendapat kalian tentangku?” Orang-orang Mekah kala itu, orang-orang yang masih kafir dari golongan Quraisy, bilang, “Oh, engkau orang baik, engkau orang-orang.” Kira-kira dia puji nabi gara-gara apa? Gara-gara terdesak nih, kalau enggak dipuji saya bisa dibunuh. Tapi nabi enggak ambil hati itu, langsung nabi hanya mengatakan, “Antum tulaq, kalian bebas, sudah bebas,” bahkan disebut salah satu rumah yang menjadi musuh detik itu masih menjadi musuh nabi, Abu Sufyan yang masuk rumah Abu Sufyan, bebas. Padahal itu bukan rumah seorang Muslim, belum menjadi Muslim, dia masih rumah orang yang memusuhi nabi. Diomong, bebas! Masuk situ, bebas! Kamu mau masuk rumah kalian sendiri juga bebas. Mau dekat dengan bebas, sampai orang pada bingung, “Bebas nih?” Saya dulu mungkin ini yang membebaskan saya, memaafkan saya. Ini masih ingat? Gimana saya lempar kotoran ke dia? Masih ingat? Gimana saya waktu itu nyebar jarum di depan rumahnya? Masih ingat? Gimana saya cekek lehernya? Masih ingat? Gimana saya sakiti keluarganya? Masih ingat? Gimana saya gulung tikar, lalu saya angkat kepalanya di bawah, saya asepin semuanya, masih ingat? Tapi kok tiba-tiba memaafkan malah justru pada kaki pada kaki. Tapi ya itu, itu dia kan. Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam menyampaikan, tidaklah seseorang itu ketika ada akhlak baik, kecuali dia mulia. Ya, makanya tidaklah orang tawadu, kecuali Allah tinggikan, tidaklah orang sombong, kecuali Allah akan rendahkan. Maka kalau kita lihat ini, maka tidak ada kata lain, ketika ingin dimuliakan Allah, maka memaafkan. Begitu kurang lebih untuk penanya berikutnya. Mungkin ada yang bertanya? Silakan.

Bismillahirrahmanirrahim, assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Saya Asrifah, Majelis Taklim Masjid Baiturrahman, mau bertanya, Ustaz. Ini seandainya kita itu prinsip gini, saya insyaAllah, bismillah, kalau memang orang itu ikhlas minta maaf, bismillah saya maafin. Tapi kalau memang untuk hanya pencitraan gitu, terus apa yang perlu saya maafin gitu? Jadi dia itu hanya untuk pencitraan aja gitu. Nah, seandain saya mau maafin dia, tapi saya enggak mau ketemu, karena daripada nanti kalau ketemu sakit lagi gitu. Jadi pengin ikhlas sesuai dengan tema Ustaz tadi, pengin banget semua kesalahan itu dimaafin. Terima kasih. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.

Pertanyaan yang bagus. Bagaimana kalau saya ingin memaafkan, tapi itu yang minta maaf harus ikhlas? Justru kalau memaafkan itu, kalaupun orang itu pernah menyakiti kita, tidak minta maaf, kita memaafkan itu yang paling mulia. Saya maafin, tapi dia harus ikhlas? Enggak harus. Tadi kalau kita lihat nabi ketika masuk di Makkah itu. Ketika Nabi masuk di Makkah itu, Abu Sufyan enggak minta maaf, bahkan ada Hindun yang pernah memakan hati jantung pamannya, Hamzah itu. Nabi lihat, nabi lihat itu ada di situ. Begitu Nabi lihat itu, belum minta maaf. Hindun enggak minta maaf. Nabi, “Antum tulaq, kalian bebas, kalian bebas.” Dan ternyata justru itu yang luar biasa. Hindun pulang-pulang nangis, pelukan sama suaminya, Abu Sufyan. “Kok ada manusia mulia model begitu?” Demi Allah, sebelum ini orang yang paling ingin untuk aku sembelih, aku bunuh, adalah Muhammad. Yang ingin sekali untuk aku bunuh adalah Muhammad. Tetapi detik ini, tidak ada orang yang ingin aku lindungi kecuali Baginda Nabi Muhammad. Sallallahu Alaihi Wasallam. Pun nabi juga enggak pengin itu dia tobat, enggak pengin, enggak. Cuman, yaudah, kalian masuk. Kan nabi enggak sampaikan yang masuk Islam bebas, enggak pakai begitu. Artinya memang betul-betul nabi memaafkan tanpa syarat. Memang ini kelasnya nabi, kelasnya nabi. Kadang-kadang kalau diceritain nabi begitu, kan kita “Iya, nabi begitu kan?” Apalagi kalau saya ceritain Jibril, “Oh, iya, Jibril begitu kan?” Tapi enggak apa-apa, memang nabi sebagai panutan. Jadi kalau kita mencoba dikit-dikit, kita enggak bisa begitu. Saya yakinlah semua yang hadir di sini dan pemirsa Harmoni Indonesia Garuda TV, di mana pun Anda berada, pasti akan ada orang itu, dan pasti ketika lewat gitu rasanya, ya, atau ketika kita disakiti, kita mau ketemu aja udah gitu. Tapi minimal dikit-dikit. Ya, enggak mungkin juga kita langsung, “Kalian bebas!” Waduh, ini udah kayaknya kita manusia kan pasti akan ada tarikan-tarikan. Enggak apa-apa dikit-dikit, mulai dikit-dikit, mulai dikit-dikit sampai, sebab itulah mungkin surga kita di situ, mungkin surga kita di situ. Ya, sebenarnya sih enggak memaafkan juga enggak apa-apa, nanti di akhirat tadi dapat kita dapat. Cuman kalau ternyata semua ibadah kita itu enggak cukup, dan ternyata yang bisa cukup kalau kita mau masuk surga itu gara-gara memaafkan, jadi nyesal nanti di sana, malaikat yang ngomong, “Kita coba kemarin ini nih, mumpung kita masih hidup,” gitu. InsyaAllah.