Istiqamah dalam Ibadah | HARMONI Indonesia

GARUDA TV


Asalamualaikum warahmatullah wabarakatuh. 

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillah, wasalatu wasalamu ‘ala rasulillah. Amma ba’du.

Rabbishrah li shadri, wa yassir li amri, wahlul ‘uqdatan min lisani yafqahu qawli. Allahumma ‘allimna ma yanfa’una, wanfa’na bima ‘allamtana. Allahummahdiina wahdina, waj’alna sababban limani.

Segala puji hanya bagi Allah. Selawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad sallallahu ‘alaihi wasallam.

Ibu-ibu Forum Muslimah Masjid Al-Hakim BSD yang dirahmati Allah dan pemirsa Harmoni Indonesia Garuda TV di mana pun Anda berada, Alhamdulillah pada kesempatan kali ini semoga semua dalam kondisi sehat wal afiat.

Kalau dari wajahnya ini, Masya Allah, ini wajah-wajah ahli ibadah. Amin. Ahli ibadah ini wajahnya bercahaya, bukan karena lampu sorot ya, tapi memang karena wudu.

Siapa yang lagi mau pengajian ini berangkat wudu dulu? Ada yang wudu? Alhamdulillah semuanya wudu.

Kalau ditanya sehari wudu berapa kali, enggak kayak itu. Ada enggak sehari yang enggak wudu? Kayaknya selalu wudu, ya.

Walaupun mungkin ibu-ibu dalam kondisi haid, wudu pun boleh juga, enggak apa-apa. Walaupun tidak mensucikan, tapi karena sudah terbiasa biasanya.

Begitu juga pemirsa di rumah mungkin, ya. Wudu itu aktivitas yang seolah tidak pernah lepas dari kita. Itu wudu. Makanya wajahnya bercahaya.

Kata Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam, “Nanti Allah Subhanahu wa Ta’ala itu akan memudahkan Nabi untuk memberikan syafaat kepada umatnya.”

Lalu ditanya, “Bagaimana ya Rasul?” Kata para sahabat, “Kan engkau tidak lihat mereka. Kalau kami, engkau kenal. Kalau mereka, engkau tidak kenal.”

Lalu Nabi mengatakan, “Bagaimana kalau kalian disuruh memilih kuda putih di antara kuda hitam, kira-kira bisa atau tidak disuruh memilih kuda putih di antara kuda hitam?”

Kira-kira bisa? Tidak? Bisa dong. Mudah ya, kan? Maka Nabi katanya begitu. Beliau menyampaikan, “Nanti aku memilih umatku itu seperti memilih kuda putih di antara kuda hitam — gurran muhajjilina min atsari al-wudu’.”

Muka umatku itu bercahaya dari bekas wudunya. Masya Allah. Jadi nanti kita kelihatan.

Makanya sering-seringin wudu, ya. Kalau bisa wudu jangan cuma waktu mau salat, ya. Sebab kita ini negeri yang Allah mudahkan air. Nengok sana air, nengok sini air. Bahkan lagi enggak nengok, air aja masuk ke rumah. Itu air enggak diundang, ya. Kan ada air di mana-mana.

Coba bayangkan, ada teman-teman saya itu yang dari daerah Afrika, dari Mauritania, dari itu, namanya air susah. Mereka kalau lagi ke mana-mana bawa air di dalam botol, dia fungsikan buat apa? Buat wudu. Ya Allah.

Kita, wah, sekali buka itu, ada ibadah yang rutin kita laksanakan dan ternyata memberikan dampak yang luar biasa.

Ibadah rutin itu kalau di dalam syariat disebut apa? Disebut apa? Istiqamah. Istiqamah, ya.

Istiqamah itu bukan cuma continue. Istiqamah itu sesuai dengan namanya. Istiqamah dari alif sin ta, lalu qaf mim. Aqama yuqimu, ya. Tapi kalau istaqama yastaqimu istiqamatan, sesuatu yang diminta untuk tegak.

Makanya kalau di dalam bacaan kita, dalam surah Al-Fatihah, kita membaca ihdinas shiratal mustaqim. Ada kalimat mustaqim, itu diambil dari istiqamah, ya.

Nanti ada juga istiqamah. Jadi istiqamah itu sesuatu yang baik, sesuatu yang lurus, sesuatu yang tegak, yang dilakukan terus-menerus.

Jadi jangan kamu ini, “Istiqamah banget bohong!” Ah bohong, bukan istiqamah, ya.

Fastaqim kama umirta. Kamu hendaknya dengan kebaikan itu jalankan, ya, seperti yang diminta. Ah, begitu Allah Subhanahu wa Ta’ala menyampaikan firman, “Maka jalankanlah dengan baik sesuatu yang diminta.”

Jadi jalankan dengan baik, jalankan dengan lurus sesuatu yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Yang diperintahkan. Yang dilarang enggak disebut istiqamah.

Kalau ada orang punya tetangga tiap hari mabuk, enggak bisa kita bilang, “Tuh tetangga istiqamah banget ya.” Bukan, itu bukan istiqamah.

Karena istiqamah itu hanya disematkan pada hal-hal baik yang itu dibuat rutin.

Dan ini sesuai dengan namanya. Itu hal baik ini, itu ada istilahnya, kalau di sana itu kan kalimat-kalimat yang lurus.

Jadi istiqamah itu, kalau ada seseorang melaksanakan aktivitas baik rutin, itu yang akan membuat dirinya lurus.

Jadi kalau kita minta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surah Al-Fatihah, ihdinas shiratal mustaqim — “Ya Allah, tunjukkanlah kepadaku jalan yang lurus.”

Berikut adalah teks yang telah ditulis ulang sesuai permintaan Anda:

  • Menggunakan tanda baca lengkap (termasuk titik, koma, tanda seru, tanda tanya, dll.)
  • Tanpa penambahan isi atau saran
  • Tanpa pengantar atau penutup tambahan

Maka kerjakan sesuatu yang lurus itu, yang akan menjaga hidup kita agar tetap lurus!! Contoh, ada enggak kalanya ibu-ibu di sini dalam kesempatan-kesempatan hidup nih bengkok-bengkok?! Ada enggak?! Ada enggak?! Apa sih bengkok-bengkoknya ibu-ibu?! Apa?! Contoh, lagi duduk-duduk sama orang, sama teman, tiba-tiba ngapain?! Ngerumpi!! Ngegibah!! Itu bengkok!! Enggak bengkok?! Ya kan bengkok!!

Ini saya itu, “Ya Allah, Ustaz, duh kalau sendiri saya baca Quran ya.” Tapi enggak mungkin kalau yang dia sudah mampu untuk bisa menjaga dirinya dengan sesuatu yang istikamah itu, mustahil kalau dia bengkok!! Itu mustahil!! Saya kalau sendiri enggak ngegosip!! Nah, itu, ini contohnya!! Begitu!!

Saya ini, Ustaz, kalau lagi sendiri enggak, enggak ngegosip. Tapi kalau lagi ada orang datang, jadi ngegosip!! Ya, nih, ada orang yang begitu. Itu, kalau lagi sendiri tidak menggosip, tidak ngegibah. Tapi kalau lagi dengan orang lain, ngegosip dengan gibah!!

Gimana caranya?! Ada orang yang susah untuk menghilangkan itu. Caranya bagaimana?! Caranya, dia senantiasa melaksanakan satu aktivitas baik yang dia bikin kontinue, rutin tuh!! Kalau ibu dan pemirsa Harmoni Indonesia ada aktivitas nih yang dirutinkan dari aktivitas ibadah, maka aktivitas itu yang menjaga kita untuk tidak bengkok!! Yang menjaga kita untuk tetap mustaqim!!

Makanya kalau kamu mau mustaqim, maka istiqamah!! Kalau kamu mau mustaqim, maka istiqamah!! Kalau mau hidup kita lurus, tidak terjebak pada dosa!! Kalau mau hidup kita itu baik!! Kalau mau hidup kita itu enak!! Kalau mau hidup kita itu jauh dari segala macam bentuk murka dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, hari-harinya dimudahkan untuk bisa mendapatkan pahala!! Maka tidak ada kata lain kecuali istiqamah!!

Ada hal yang diistikamahkan!! Coba!! Istiqamah itu tidak harus banyak!! Istiqamah itu apapun!! Contoh, misalkan, ada orang itu ketika melaksanakan ibadah, mudahnya baca Quran!! Wah, pokoknya kalau namanya baca Quran itu, sekali duduk, Ustaz, saya bisa langsung 5 juz!! Ya kan?! Berarti kan dia dimudahkan, kan?! Makanya, kalau tahu di situ letak kekuatannya, manfaatkan dengan sebaik mungkin!! Istikamahkan itu!!

Tapi ada orang, “Ya Allah, Ustaz, kalau kayak saya ini, usia sudah begini, baca Quran, aduh, baru 10 halaman huruf sudah lari-lari!! Aduh, ini kenapa kh-nya ke sana ke sini, nih?!” Ah, gitu ya?! Kenapa syinnya ini kok titiknya jatuh?! Ini kenapa ba titiknya naik?! Gitu ya?!

Nah, berarti memang ada keterbatasan di situ, ya. Ada orang yang dia dimudahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala ibadahnya itu apa?! Sedekah!! Enggak bisa ngelihat kotak infak!! Pokoknya ada kotak infak!!

Ada yang dimudahkan oleh Allah qiyamullail!! Otomatik itu bangun jam 02.00 malam, lalu enggak bisa tidur lagi kalau enggak salat!! Salat!! Ada macam-macam!! Ada yang dimudahkan majelis ilmu!! Ya kan?! Macam-macam di antara kita!!

Coba lihat satu dari apa yang dimudahkan oleh Allah untuk kita kerjakan!! Itu diistikamahkan!! Itu yang akan menjaga kita!! Sebab apa?! Sebab nanti kita itu ketika masuk surga, pintunya banyak!! Maka kita dipilih atau kita memilih untuk bisa masuk ke dalam pintu itu sesuai dengan amal ibadah yang sering dan selalu kita istikamahkan!!

Jemaah Forum Muslimah Masjid Al-Hakim BSD dan pemirsa Harmoni Indonesia Garuda TV di mana pun Anda berada!! Kalau kita lihat dari apa yang ada pada Nabi dan para sahabat, wah itu banyak sekali inspirasi berbicara tentang istiqamah!!

Ada seorang dalam kisah disebutkan Abdullah ibn Ummi Maktum!! Abdullah ibn Ummi Maktum!! Abdullah ibn Ummi Maktum ini adalah seorang buta!! Dan beliau ini muadzin-nya Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam!! Muadzin Rasulullah ini buta!! Bayangkan!! Buta!! Muadzin!! Gimana ini?! Buta muadzin!! Kira-kira berangkat ke masjidnya gimana?!

Kalau sekarang ada orang buta, kira-kira bagaimana, kan?! Coba jalan ke masjid!! Ini sama!! Selalu ya!! Selalu datang ke masjid!! Datang ke masjid!! Datang ke masjid!! Dan saking istiqamah-nya, nah ini, saking istiqamah-nya ini sahabat ke masjid sampai dituntun sama iblis!! Gimana, Bu?! Ibu pernah ke masjid dituntun iblis?! Ah, Ustaz, itu ke masjid dituntun iblis?! Bagaimana coba?! Ayo!!

Ya, gimana kok ke masjid dituntun iblis?! Sebab, pernah dalam satu kesempatan, ya, Abdullah ibn Ummi Maktum ini dia merasa selalu ada yang ngiringin!! Selalu ada yang nganterin!! Selalu ada!!

Tiba-tiba dia dalam satu kesempatan tanya, “Kamu ini siapa?! Kok kamu ini nganterin saya ke masjid?!” Terus dijawab sama yang ngantar itu, “Saya iblis.”

Jadi kalau kita, Bu, kok setiap mau berangkat, “Kenapa kamu nganterin terus, ya?” Perempuan juga gitu!! Kalau ibu perempuan gitu, “Ya, saya kuntilanak.” Enggak kebayang gitu ya!! “Saya iblis,” dong!!

Kalau orang punya iman tinggi, Bu, enggak takut sama setan!! Ya, gimana takut sama setan kalau punya iman tinggi?! Ini ada ibu-ibu sudah sering pengajian!! Kan?! Sama kain putih, terbang, lari!! Coba bayangin tuh!! Saya enggak masuk di akal!! Padahal pengajiannya sudah bertahun-tahun!! Bagaimana itu, ya?!

Ini penting, nih!! Akidah!! Jangan takut sama setan!! Yang ada, setan harusnya takut sama kita, orang beriman!! Jadi kalau nanti ketemu setan, nih, dia datang, “Hah!!” Ah, gitu loh!! Dia enggak mau!! Lari!! Kita bilang, “Harus kamu yang lari!! Jangan saya yang lari!!” Biar dia lari!! Ini malah kita yang lari!! Ya Allah!! Ini degradasi akidah!!

Lalu Abdullah ibn Ummi Maktum ini kaget, “Lah, kamu ini kenapa antar saya?! Ya bukannya kamu malah cegah saya untuk enggak berangkat ke masjid?!”

Kata iblis, “Saya udah gagal!! Kalau bikin supaya kamu enggak ke masjid itu mustahil!! Karena apapun yang saya goda, anak buah saya, para setan-setan itu goda kamu, itu enggak akan pernah mungkin bisa menggodamu untuk tidak berangkat ke masjid!!”

“Yang repotnya, pernah satu kesempatan kamu jatuh kesandung!! Ya, namanya orang tidak bisa melihat, ya, jatuh kesandung!! Begitu kesandung, ini saya lihat dosa-dosamu ikut jatuh semuanya!! Habis!! Mulai dari detik itu, saya enggak mau kamu kesandung lagi!! Sebab kalau kamu kesandung, dosamu habis lagi!! Sudah!! Saya enggak bisa cegah kamu berangkat ke masjid!! Malah tambah!! Dosamu juga pada habis!! Waduh!! Jangan!! Jangan!! Jangan!! Lebih baik saya tuntun kamu supaya kamu tidak kesandung!!”

Jadi orang kalau ke masjid kesandung, dosanya pada jatuh!! Jadi kalau ke masjid, usahakan, bukan!! Bukan kalau ke masjid, usahakan ke… Kalau ke masjid, usahakan dosa-dosa pada gugur!! Gitu!! Usahakan kesandung!! Kesandung!!

Ditanya orang, “Kenapa, Bu, ke masjid kesandung mulu?!” Aha!! Belum ngaji!! Ya, ini!! Ini keutamaan apa?! Istiqamah!!

Karena keistikamahan yang ada, sampai iblis pun angkat tangan!! Coba bayangkan!! Jadi jangan sepelekan itu istiqamah!! Istiqamah ini senjata seorang yang beriman!! Ya!! Istiqamah ini sesuatu yang berharga!!

Bahkan untuk kita nih, yang kelas imannya standar, ya, itu terkadang istiqamah jauh lebih dahsyat dibanding dengan karamah!! Bahkan karamah itu adalah istiqamah!!

Ya!! Karamah itu sesuatu yang Allah berikan sebagai hadiah, lah, buat hamba-hamba-Nya yang saleh!! Justru istiqamah itulah dia sebuah karamah!!

Kalau kita mampu untuk ada ibadah yang kita istikamahkan, maka itu yang akan menjadi pelindung kita dari setan!! Pernah Nabi sallallahu alaihi wasallam lagi duduk, Umar bin Khattab radhiallahu anhu jalan. Lalu Nabi senyum aja ngelihat Umar jalan. Para sahabat yang lain bertanya, “Ya Rasul, kenapa senyum?” Nabi itu kalau senyum aja ditanya, ya. Kalau kita senyum, ada yang nanya, “Kecuali kalau kita jalan senyum-senyum sendiri.” Itu juga enggak ditanya, Bu, digosipin! Itu manusia akhir zaman. Begitu Nabi senyum, ditanya oleh sahabat, “Rasul, kenapa senyum?” Nabi menjawab, “Tahukah kalian, Umar ini kalau lewat satu jalan, maka Umar… atau kalau Umar lewat satu jalan, maka setan cari jalan lain. Setan aja cari jalan lain, Umar lewat jalan ini, setan lewat jalan.” Ya, misal contoh, Umar lewat Kencana Lopa, setan pilih lewat Serpong. Jauh, enggak berani dekat-dekat aja, enggak berani. Coba bayangkan, ada manusia yang sampai seperti itu. Bukan yang setan jalannya cuma pindah satu jalur sini, satu jalur sini. Enggak. Enggak. Jauh. Kenapa jauh? Karena Umar terkenal dengan istiqamah. Jadi, istiqamah itu penjaga dari godaan setan. Kalau kita itu ada yang diistikamahkan, setan angkat tangan. Kalaupun ada nanti setan yang mau mengganggu kita, pasti diingetin dengan atasannya, “Kamu ganggu siapa? Ganggu ibu itu, Pak. Percuma!” Gitu. Ini setan baru. Percuma! Kamu belum tahu, nih! Itu sudah istikamah luar biasa! Nah, gitu.

Makanya Allah Subhanahu wa taala menyampaikan, fastaqim kama umir. Hendaknya kalian itu ada hal yang diistikamahkan dari apa yang diperintahkan. Sebab istiqamah itu punya kemuliaan yang luar biasa. Bahkan istiqamahnya seseorang itu bisa membuat dia itu senantiasa dalam kondisi yang bahagia, walaupun mungkin saat itu musibah besar sedang dihadapi. Biasanya kita itu kalau lagi dapat musibah, ibu-ibu, kalau lagi dapat musibah, kira-kira kita itu sedih apa senang? Ada enggak yang begitu? Dapat musibah, Allah enggak ada, kan? Mesti kalau enggak nangis, kalau enggak apa, kalau enggak… woh, itu mah salehah, is! Kalau enggak, enggak keluar rumah. Pokoknya kalau dapat musibah, ya sedih, pokoknya sedih. Ada yang begitu, kan? Sedih.

Ada kisah seorang sahabat, ya, ini keluarga Amr ibn Yasir, ya. Keluarga Yasir kala pertama kali Islam itu disebarkan di Makkah. Orang-orang kafir Quraisy kala itu marah dengan apa yang ada di Makkah. Karena banyak yang menjadi pengikut Nabi. Setiap orang yang menjadi pengikut Muhammad maka akan disiksa oleh orang-orang kafir Quraisy. Di antara yang disiksa, keluarga Yasir. Keluarga Yasir dipanggil, Yasir, istrinya, dan Amr, anaknya, dijejer langsung di ultimatum, “Kembali ke agama nenek moyangmu atau kami akan siksa semuanya!” Dengan senyuman, mereka menyampaikan, “Kami ikut Rasulullah!” Dicambuk, Rasulullah… di apa namanya itu, istilahnya, ee, disayat pedang Rasulullah. Sampai terakhir apa? Diambil baju besi, dipanaskan sampai memerah, lalu disampaikan, “Mau balik ke agama nenek moyangmu atau kamu mati dengan ini?” Semuanya tetap dengan senyum, ikut Rasulullah. Langsung Sumayyah namanya, sang ibu, digeret ke depan, dibawa baju besi itu, dimasukkan, bles, sampai bukan cuma meleleh, itu daging kelihatan turun, langsung meninggal. Tapi meninggal dalam kondisi tersenyum dan mengucapkan kalimat, “Asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammad.” Senyum! Senyum! Coba bayangin, itu enggak kebayang sakitnya secara fisik itu enggak kebayang bagaimana. Luar biasa siksa saat itu, tapi bisa senyum. Sampai orang-orang kafir Quraisy kala itu menyampaikan, “Mereka ini sudah tersihir oleh Muhammad.” Padahal Nabi tidak pernah menyihir. Tapi itu keutamaan dan kekuatan istiqamah. Istikamah dalam menjaga akidah, istiqamah dalam menjaga keimanan.

Jemaah Ibu-ibu Majelis Taklim Forum Muslimah Masjid Al-Hakim BSD dan pemirsa Harmoni Indonesia Garuda TV di mana pun Anda berada, itu dia istiqamah. Dan ternyata istiqamah itu memberikan banyak sekali manfaat, banyak sekali manfaat! Nanti bisa dilihat dalam surah Fussilat ketika Allah Subhanahu wa taala menyampaikan, innalladina qalu rabbunallahu thumma qamu. Tatanazzalu alaihimul malaikah. Nanti mereka-mereka itu, ya, kalau kita pakai terjemahannya, sesungguhnya mereka-mereka yang mengatakan bahwa Tuhanku adalah Allah. Nah, yang hadir di sini, meyakini, tidak kalau Tuhannya Allah, alhamdulillah. Syarat pertama dapat. Begitu, pemirsa di rumah. Kalau pemirsa di rumah saat ini sudah betul-betul meyakini bahwa Rabbnya adalah Allah, berarti syarat pertama dapat. Syarat pertama dapat. Nah, tinggal syarat kedua, summastaqamu. Lalu ada yang diistiqamahkan. Sudah yakin Tuhannya Allah, tinggal yang kedua istiqamah. Apa yang akan dia dapatkan dalam surat Fussilat ini, Allah sampaikan beberapa, tatanazzalu alaihimul malaikah. Malaikat akan turun. Malaikat akan turun. Malaikat Izrail. Malaikat Izrail tugasnya apa? Mosok yang turun Izrail saya enggak? Malaikat maut, pencabut nyawa. Mau, mau ibu-ibu didatangin malaikat maut? Mau? Nanti malam kalau seandainya nanti malam takdir terus boleh diundur, maunya nanti malam apa diundur? Enggak bisa! Kalau sudah datang itu ajal, enggak maju, enggak maju. Istiqamah, tatanazalu alaihimul malaikah. Kalau sudah dia istiqamah, malaikat datang. Ngapain? Alla takfu wala tahzanu. Malaikat itu datang akan membuat orang ini tidak pernah merasa takut, tidak pernah merasa sedih. Memang ayat ini kalau kita lihat di antara ulama jumhur mufasir mengatakan ayat ini adalah ayat buat mereka yang sedang dalam kondisi nazah, dalam kondisi sakaratul maut. Jadi, ketika orang sakaratul maut itu, “Ya Allah!” Momen paling mengerikan buat seseorang itu saat dia sakaratul maut. Momen paling berat buat seseorang itu adalah di saat dia sakaratul maut. Di sini ada yang pernah sakaratul maut belum? Pemirsa, ada yang pernah sakaratul maut enggak? Nanti, kalaupun belum, enggak apa-apa, nanti akan merasakan semuanya. Enggak akan ada yang luput. Innalil mauti sakarat, kata Nabi. Setiap kematian itu akan ada sakaratul maut. Kalaupun dalam hidup kita kita pernah menjumpai sesuatu yang begitu mengerikan, sesuatu yang berat, sesuatu yang menakutkan, itu tidak apa-apa. Tidak ada apa-apanya dibanding dengan sakaratul maut. Mungkin bisa dibilang ratusan ribuan kali lipat. Lebih mengerikan! Lebih mengerikan! Ya, banyak gambaran para sahabat tabiin menceritakan tentang sakaratul maut. Tetapi ada satu momen di mana saat mengerikan itu, tiba-tiba kita dibuat tenang. Kita tiba-tiba dibuat tidak takut, tidak sedih. Saat malaikat turun, yang tidak tahu berapa jumlahnya. Dan semua malaikat itu hanya menyampaikan, alla takhafu wala tahzanu. Jangan kamu takut, jangan kamu sedih. Itu langsung kita langsung damai, tenang. Itu udah seperti seorang anak lagi ketakutan, sebab dia hilang di tengah pasar. Tiba-tiba di satu sudut pasar dia jumpa dengan ibunya, langsung dia peluk. Ya, itu jadi Allah Subhanahu wa taala turunkan itu. Dan di antara yang lain ada beberapa yang menyampaikan ini bukan hanya sekedar untuk orang yang lagi sakaratul maut. Tapi ini juga untuk mereka-mereka yang saat ini sedang menjalani hidupnya. Sebab orang sekarang ini, mohon maaf, banyak yang dia itu penyakitnya takut, penyakitnya sedih, hidupnya itu cuma diisi dengan khawatir, waswas, cemas, takut. Apalagi sedih. Apalagi, hah, putus asa. Gitu aja. Ketika mikir ini, “Aduh, gimana? Ketika ini? Nanti lebaran kira-kira saya ini bisa enggak baju baru? Bisa enggak pulang kampung? Bisa enggak? Entar habis lebaran gimana ya?” Apalagi sekarang kondisinya kan PHK di mana-mana. Ya, hidupnya serba susah, ekonomi berat. Coba bayangin, itu banyak orang-orang kalau di sini enggak takut. Sebab apa? Sudah istikamah! Itu tadi yang istikamah, enggak ada rasa takut. Coba di sini kira-kira ada yang masih punya rasa takut enggak? Kira-kira lebaran pakai baju apa? Udah enggak ada! Sebab ahli istikamah sudah enggak mikir yang begitu. Sudah enggak mikir, “Ah, saya mah enggak mikir, Ustaz!” Lah, kalau baju mah aman. Kenapa? Banyak saya baju, Ustaz! Loh, masyaallah, banyak baju. Saya jual baju. Ah, ya, saya jual baju. Saya mah enggak mikir tiket pulang, Ustaz. Kenapa? Saya jual tiket itu, ini. Orang istikamah tuh begitu hidupnya. Di saat orang lagi was-was dengan dunia, bagaimana kondisi berikutnya, bagaimana dia enjoy. Bukan apa-apa, itu bukan didapatkan hanya sekedar karena dia itu punya kebutuhan dunia yang sudah dia penuhi. Bukan! Tapi hatinya dibikin tenang oleh Allah. Hatinya dihilangkan rasa takut, rasa waswas. Orang ada yang ngelihat anak stres, “Ya Allah, nih anak entar gimana?” Nah, gitu. Ngelihat suami kerja stres, “Duh, jangan-jangan entar ada yang ngerebut.” Ngelihat pekerjaan begini, “Aduh, bagaimana ini kalau seandainya perusahaan nanti tiba-tiba bangkrut? Aduh, hidupnya susah!” Yang mau pensiun bingung dong. Kalau udah pensiun entar ngapain? Orang ngapain? Bingung dengan dunia kalau rumusnya kan begitu. Tapi memang susah kalau dia tidak punya ibadah yang dia istikamahkan, dia akan terus takut dengan dunia. Tapi kalau dia istikamah, enggak ada takutnya dengan dunia. Nahnu auliyaukum fil hayati dunia wafil akhirah. Berikutnya dilanjutkan dan kami adalah yang akan menjadi pelindungnya, akan menjadi penolongnya di kehidupan dunia dan di kehidupan akhirat. Ya Allah! Namanya orang istikamah itu yang langsung menjadi pelindungnya Allah. Yang langsung menjadi pelindung Allah. Kita aja yang hidup di dunia, kalau lagi jalan ke pasar modern, dikawal 20 bodyguard, kira-kira gimana? Risih, Ustaz! Tuh orang tuh biasanya kalau sudah ada yang awal, waduh, sudah ada itu, hidupnya nyaman, kan. Sudah ada yang awal, enggak ada rasa takut apapun lagi, apa segala macam. Apalagi kalau ada dekengan. Wah, kalau sudah ada dekengan, wah, kayaknya dia bisa ngelakuin apa aja. Itu baru dunia! Bagaimana kalau yang menjadi pelindung dan penolongnya adalah zat yang memiliki langit dan bumi? Aduh, itu orang pasti hidupnya begitu nyaman dan damai. Dan itulah para wali Allah. Coba dilihat, Bu. Para nabi, emang para nabi itu hidupnya enggak sulit? Sulit! Nabi Ibrahim, musuhnya siapa? Namrud! Nabi Musa, musuhnya siapa? Firaun! Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallamnya siapa? Abu Jahal! Tapi dalam segala tekanan yang dilancarkan oleh musuh-musuhnya, mereka-mereka, ro, mereka-mereka, dalam kondisi tetap alaihimussalam, tetap dalam kondisi bahagia, damai, tentram, rida dengan apa yang ditetapkan oleh Allah Subhanahu wa taala. Bayangkan! Nabi Musa di depan laut merah, di belakang dikejar Firaun. Ya, kalau kita mah udah gugup, udah enggak kebayang itu. Ya Allah, ya Allah, ya Allah! Ah, gitu. Nabi Musa sampai yang repot pengikutnya Bani Israil, “Wah, gimana Musa? Katanya kamu nabi? Katanya kamu nabi? Santai.” Nah, tiba betul saatnya, Musa angkat tongkatmu, pukul kebelah itu, baru jalan itu. Dan Nabi Musa enggak ada pernah gelagapan takut, “Aduh, ya Allah. Ini Firaun udah dekat. Di Google Map sudah tinggal di mana?” Enggak ada begitu. Tapi Nabi Musa dengan damai, tenang, senantiasa yakin dengan kebaikan dari Allah. Yang ada adalah husnuznya kepada Allah. Dan ternyata benar pertolongan Allah datang. Nahnu auliyaukum, kami yang akan menjadi pelindung kami. Alhamdulillah. Ibu-ibu, Insyaallah kita akan sampai pada sesi pertanyaan bagi Ibu-ibu jemaah Majelis Taklim Forum Muslimah Masjid Al-Hakim BSD yang ingin bertanya, dipersilakan. Dan Insyaallah nanti pemirsa Harmoni Indonesia Garuda TV di mana pun Anda berada sambil menyimak, dan Insyaallah mendapatkan kebaikan dan ilmu dari yang ditanyakan di masjid ini. Ada yang ingin bertanya, dipersilakan ya. Silakan Ibu kasih Pak Ustaz. Asalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh

Pertanyaan bagus, Ibu Nora. Jadi, bagaimana kalau kita ini masih ada was-was, masih ada takut, masih ada sedih, sedangkan tadi disebut dalam ayat kalau mereka itu sudah istiqamah, tatanazalu alaihimul malaikatu all takfu w tahzan, bahwa kalau sudah istiqamah maka akan turun padanya malaikat dan menyampaikan “jangan takut, jangan sedih.” Tapi ini kita masih ada takut, masih ada sedih, apakah ini tanda bahwa kita tidak istiqamah?

Kalau saya jawabnya insyaAllah, antara dua. Memang kita belum istiqamah, maka kita harus tanya hati kita. Kalau ditanya, “Bagaimana? Apakah ada ibadah yang diistikamahkan?” Kalau belum ada, berarti memang belum istiqamah. Kita tanya kepada diri kita dulu, kalau belum ada berarti belum istiqamah. Tapi kalau sekarang, misalnya, Ibu bertanya, mungkin sudah ada yang diistikamahkan, tetapi masih ada yang bikin saya was-was, kadang-kadang yang bikin saya sedih, yang bikin saya takut, apakah istiqamah saya ini masih kurang? Nah, itu alhamdulillah. Kalau sudah ada rasa seperti itu, berarti Allah berikan sinyal. Berarti Allah berikan sensor, sehingga kita itu nanti ada momen-momen yang mungkin di saat kita lagi takut atau sedih, sesuatu yang sudah kita istiqamahkan itu mungkin lagi turun kualitasnya.

Memang sudah istiqamah. Saya sudah istiqamah, Ustaz, puasa Senin Kamis. Saya sekarang usia 60 tahun, saya sudah istiqamah puasa Senin Kamis dari usia 15 tahun. MasyaAllah, oh panjang ya itu ya. Tapi masih ada takut, masih ada sedih. Oh, berarti puasanya coba ditingkatkan kualitasnya. Mungkin puasa-puasa, tapi puasanya masih ngegibah, puasanya masih ngerumpi, puasanya masih gerutu. “Duh panas banget ya, lagi puasa, panas kayak nggak tahu aja!” Nah, gitu loh. Ada orang puasa, panas. Nah, itu gerutu-gerutu. Itu yang mengurangi kualitas, mengurangi kualitas. Puasa marah, nggak tahu apa nih lagi puasa. Justru lagi puasa, jangan marah! Itu kadang-kadang gitu kan.

Ada ibadah, sebenarnya sudah diistikamahkan. Ini bagus pertanyaannya, ibadah sudah diistikamahkan, tapi kok masih rasa takut, masih rasa sedih? Mungkin kualitas dari ibadah yang diistikamahkan itu perlu untuk ditingkatkan. Saya sudah istiqamah, Ustaz, zikir. Tapi mungkin zikirnya yang kurang kualitas. Nih, zikir sudah kayak orang balapan. “Subhanallah, subhanallah, subhanallah.” Ah, itu gimana? Nggak bisa meresapi. “Ala bidikrillahi tatmainnul qulub.” Bukankah dengan berzikir hati menjadi tenang? Ya, zikir yang baik, yang diresapi, zikir yang mampu untuk bisa membuat dia itu bertadabbur. Kalau mengucap kalimat “Subhanallah,” dia sadar bahwa Allah Maha Suci. Ketika mengucap “Alhamdulillah,” ya, dia sadar bahwa segala nikmat ini datang dari Allah, lalu dia memujinya.

Begitu. Salat juga begitu. Saya sudah istiqamah salat malam, Ustaz. Tapi salat malamnya, ketika salat malam sambil nguap-nguap, ngantuk, mikirin yang lain. Jumlah rakaat lupa, berarti kan kualitasnya kurang. Kualitasnya kurang. Saya sudah sering salat duha, Ustaz. Nah, sudah sering salat duha. Bagus, tapi mungkin khusyuknya. Sebab lagi salat duha, “Allahu Akbar,” ada yang teriak, “Sayur!” Ah, ini juga masalah ya. Jadi yang perlu diperbaiki kalau sudah ada yang istiqamah, alhamdulillah itu sebuah anugerah. Tinggal kita perbaiki kualitasnya, kita perbaiki. InsyaAllah dengan itu nanti, sedikit demi sedikit, Allah akan mudahkan.

Baik, penanya berikutnya dipersilakan ya. Silakan Ibu. Mik, boleh.

Asalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh

Nama saya Vivi. Ingin bertanya, Ustaz, tentang istiqamah. Apabila kita sudah berbuat kebaikan untuk lebih istiqamah itu, tapi kita terkadang juga ada rasa was-was, seperti tadi. Bagaimana tips-tipsnya supaya kita tidak mendengarkan orang lain agar kita bisa menjalankan istiqamah?

Baik, terima kasih Ibu-ibu jemaah Forum Muslimah BSD, Masjid Al-Hakim, dan pemirsa Harmoni Indonesia Garuda TV di manapun Anda berada. Kadang-kadang kita merasakan, ketika kita istiqamah itu, bisikan-bisikan. Bisikan itu, mungkin pertama bisikan dari setan dulu deh, nggak apa-apa. Setan, kita salahin, kata setan, “Saya lagi gitu.” Nggak apa-apa. Bisikan dari setan. Kita sudah istiqamah salat, tapi kadang-kadang kan ada futurnya. Nah, karena iman itu kan naik turun ya. Yazid yangkus, naik, nambah, ngurang, nambah. Aduh, kayaknya capek banget kalau sekarang ini suruh tahajud nih. Aduh, tadi malam ini tidurnya sudah ke mana-macam-macam, gitu lah ya. Lagi mau salat duha, ada aja, “Aduh, mau salat duha, tapi ini rumah belum dibersihin. Mau pengajian, aduh, lagi malas, badan lagi kurang.” Ah, gitu-gitu. Pokoknya macam-macam aja. Mau baca Quran, ada aja tuh bisikan. Begitu tuh. Setan, nggak ada setan itu kok membisiki baik, nggak ada. Ayo Bu, semangat Bu, semangat. Nah, itu mesti bukan setan ya, pasti bukan setan. Kalaupun setan, mesti ada udang di balik batu, itu pasti bukan setan dan itu pasti akan buruk. Kalau setan, pasti akan buruk. Nah, yang begitu langsung kita ta’awwudz, “A’udzu billahi minasyaitanirrajim,” ta’awwudz terus. Kalau sudah ta’awwudz, tambah lagi ta’awwudz berkali-kali. Setelah itu, apa yang sedang kita pikirkan untuk kita laksanakan, jangan ditunda. Lawan dengan serangan bertubi-tubi. Itu setan lagi mau baca Quran. Aduh, malas banget nih. Kayaknya tidur dulu aja lah. Eh, nggak! “A’udzu billahi minasyaitanirrajim.” Wudu, buka Quran. Hm, nih. Ayo siapa yang kuat? Ah, itu baca. “A’udzu billahi minasyaitanirrajim. Bismillahirrahmanirrahim. Yasin. Sadakallahuladzim.” Ah, itu aja udah kalah tuh setan. Jangan, nggak usah cuma satu ayat baca, amalnya makin lemah. Setan itu, godaannya akan makin melemah kalau dilawan dengan azam yang kuat dari seorang muslim yang sedang ingin berniat melaksanakan ibadah. Itu ya Bu ya, itu kalau dari setan ya, waswas. Yang kedua, kalau ini bisikan dari setan berambut hitam ya, berkaki dua, manusia. Sebab memang manusia mengganggu kan, kan gitu kan? Dalam Surah An-Nas itu, “Alladzi yuwaswisu fi sudurinas minal jinnati wasas,” begitu kan? Setan yang ganggu di hati manusia itu ada dua: Dari golongan jin itu berarti setan, dan dari golongan manusia berarti dari ya setannya manusia. Ada manusia itu yang punya sifat mengganggu, maka disifati setan. Kalau ada yang begitu, kita carilah lingkungan yang baik lagi. Mau ngaji, sebelahnya, “Aduh, ngaji zaman sekarang, ngaji sekarang tuh ngelihat beginian.” Nah, itu langsung dah, berarti memang bukan baik itu lingkungan nih. Seperti ini nih forum Muslimah Masjid Alhakim BSD, muat ini pasti yang baik-baik aja di sini nih. Kalau nggak, suruh ngaji, kalau nggak apalagi pengajian tahajud. Emang ada di sini yang ngajarin supaya, eh ayo kita buka juga yuk, kita forum ngegibah? Nggak ada lah. Forum ngerumpi nggak ada. Ya, forum nyolong nggak ada, nggak ada. Nggak akan. Makanya kita yang harus tahu, membatasi diri dengan orang-orang yang punya sifat selalu membuat kita lemah dalam kebaikan. Lingkungan itu perlu ya, lingkungan itu perlu. Tambahin doa ya, “Muqallibal qulub tsabbit qbi ‘ala thaatik,” gitu ya.

Baik, pemirsa Harmoni Indonesia Garuda TV di manapun Anda berada, kita akan mendengarkan pertanyaan berikutnya dari jamaah Majelis Taklim Forum Muslimah Masjid Al-Hakim BSD, yang insyaAllah ini akan… siapa lagi berikutnya yang bertanya? Ah, silakan Ibu.

Asalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh

Nama saya Ibu Lia. Pak Ustaz, saya ibu rumah tangga. Pertanyaan saya, bagaimana cara kita supaya bisa selalu istiqamah dan menjaga istiqamah itu tetap? Terima kasih.

Baik, pertanyaannya bagus, Ibu Lia. Aduh, saya ini pengin banget istiqamah, Ustaz. Nah, kira-kira tipsnya ini apa supaya istiqamah saya itu memang bisa saya pertahankan? Bisa tetap, bisa ajek, bisa continue, bisa terus-terusan gitu. Nggak istiqamahnya seperti jalur puncak buka-tutup. Kadang buka, kadang tutup, kadang buka, kadang tutup.

Baik, ini rangkuman pertanyaan terakhir sekalian. Rangkuman kalau begitu. Satu, kita itu bisa istiqamah terjaga kalau kita punya niat kuat. Maka niat kita kuatkan. “Ya Allah, saya ingin istiqamah. Saya ingin istiqamah. Saya ingin istiqamah.” Yang kedua, niat sudah kuat. Pilih ibadah yang memang kita itu seolah Allah mudahkan untuk melaksanakan itu. Ya, kalau kita itu mudahnya istiqamah di puasa, puasa. Bismillah, niatkan dengan kuat. Saya akan, saya istiqamahkan di thaabul ilm. Thaabul ilm. Saya istiqamahkan di zikir, saya istiqamahkan di sedekah, saya istiqamahkan. Kalau bisa semua, alhamdulillah. Tapi kalau nggak bisa, ada bagian-bagian dari ibadah-ibadah itu kita pilih untuk kita niatkan secara kuat untuk bisa diistikamahkan.

Yang kedua, minta kepada Allah senantiasa dikuatkan. Senantiasa minta agar dikuatkan dalam jalan ini. Maka dari itu di Surah Al-Fatihah itu ada kalimat, “Ihdinasiratal mustaqim,” tunjuki kami pada jalan yang mustaqim, jalan yang membawa kami pada keistikamahan. Ya, jalan yang membawa pada kami, jalan yang membawa kami pada keistikamahan. Terus minta, nggak bisa bahasa Arabnya, nggak apa-apa dalam doa, “Ya Allah, anugerahkan kepada kami istiqamah, anugerahkan kepadaku istiqamah.” Terus itu diminta. Sebab istiqamah ini karamah yang paling luar biasa. Kalau kita nggak usah mintalah karamah, bisa jalan di atas air nggak? Karamah bisa terbang nggak? Karamah bisa pindah ke Makkah nggak? Karamah bisa istiqamah! Itu yang nilainya luar biasa di sisi Allah. Itu aja, minta terus.

Lalu berikutnya tadi sudah saya sampaikan sebagian, pilih teman-teman yang baik, yang saling mengingatkan. Bukan yang mengingatkannya cuma, “Jeng, mobil udah baru, jeng, baju udah baru, jeng, rumah udah baru, jeng.” Enggak. Tapi, “Bu, ngajinya gimana? Alhamdulillah saya sudah hari ini dua juz. Alhamdulillah, alhamdulillah