Berqurban disyariatkan berdasarkan Al-Qur’an, Sunnah, dan Ijma’.
Adapun dalil dari Al-Qur’an:
Firman Allah Ta‘ala:
﴿فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ﴾ [الكوثر: 2]
“Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berqurbanlah.” (QS. Al-Kautsar: 2)
Imam Al-Qurthubi dalam Al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an (20/218, cet. Dar al-Kutub al-Mishriyyah) berkata:
“Qatadah, ‘Atha’, dan ‘Ikrimah berkata: ‘Fashalli li rabbika’ maksudnya adalah salat ‘Id pada hari Nahr (Idul Adha), dan ‘wanhar’ maksudnya sembelihlah hewan qurbanmu. Anas berkata: ‘Dahulu Nabi ﷺ menyembelih (berqurban) terlebih dahulu lalu salat, kemudian beliau diperintahkan untuk salat terlebih dahulu baru kemudian menyembelih.”
Adapun dalil dari Sunnah:
Telah tetap bahwa Nabi ﷺ berqurban dan beliau sendiri yang menyembelih hewan qurbannya. Di antaranya:
Dari Anas bin Malik رضي الله عنه bahwa ia berkata:
“ضَحَّى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآله وَسَلَّمَ بِكَبْشَيْنِ أَمْلَحَيْنِ أَقْرَنَيْنِ، ذَبَحَهُمَا بِيَدِهِ، وَسَمَّى وَكَبَّرَ، وَوَضَعَ رِجْلَهُ عَلَى صِفَاحِهِمَا”
“Nabi ﷺ berqurban dengan dua ekor domba yang berwarna putih bercampur hitam lagi bertanduk. Beliau menyembelih keduanya dengan tangannya sendiri, membaca basmalah dan bertakbir, serta meletakkan kaki beliau di atas sisi tubuh keduanya.” (Muttafaq ‘alaih)
Dari ‘Aisyah رضي الله عنها bahwa Rasulullah ﷺ memerintahkan seekor domba bertanduk yang memiliki warna hitam pada kakinya, perutnya, dan di sekitar matanya, lalu domba itu didatangkan untuk disembelih:
فَقَالَ لَهَا: «يَا عَائِشَةُ، هَلُمِّي الْمُدْيَةَ»، ثُمَّ قَالَ: «اشْحَذِيهَا بِحَجَرٍ»، فَفَعَلَتْ: ثُمَّ أَخَذَهَا، وَأَخَذَ الْكَبْشَ فَأَضْجَعَهُ، ثُمَّ ذَبَحَهُ، ثُمَّ قَالَ: «بِاسْمِ اللهِ، اللهُمَّ تَقَبَّلْ مِنْ مُحَمَّدٍ، وَآلِ مُحَمَّدٍ، وَمِنْ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ» ثُمَّ ضَحَّى بِهِ
Beliau berkata kepadanya: “Wahai ‘Aisyah, berikanlah pisau itu kepadaku.” Kemudian beliau berkata: “Asahlah pisau itu dengan batu.” Lalu ‘Aisyah melakukannya. Setelah itu beliau mengambil pisau tersebut dan mengambil domba itu, membaringkannya, lalu menyembelihnya. Kemudian beliau berkata: “Bismillah, ya Allah terimalah (qurban ini) dari Muhammad, keluarga Muhammad, dan dari umat Muhammad.” Lalu beliau menyembelihnya.” (HR. Muslim)
Dari Ibnu ‘Umar رضي الله عنهما ia berkata:
“أَقَامَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلهِ وَسَلَّمَ بِالْمَدِينَةِ عَشْرَ سِنِينَ يُضَحِّي”
“Rasulullah ﷺ tinggal di Madinah selama sepuluh tahun dan beliau selalu berqurban.” (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi, dan ia berkata: Hadits ini hasan)
Dari Al-Bara’ رضي الله عنه ia berkata:
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآله وَسَلَّمَ: «إِنَّ أَوَّلَ مَا نَبْدَأُ بِهِ فِي يَوْمِنَا هَذَا أَنْ نُصَلِّيَ، ثُمَّ نَرْجِعَ فَنَنْحَرَ، مَنْ فَعَلَهُ فَقَدْ أَصَابَ سُنَّتَنَا، وَمَنْ ذَبَحَ قَبْلُ فَإِنَّمَا هُوَ لَحْمٌ قَدَّمَهُ لِأَهْلِهِ، لَيْسَ مِنَ النُّسُكِ فِي شَيْءٍ»
“Sesungguhnya yang pertama kali kami mulai pada hari ini adalah salat (Idul Adha), kemudian kami kembali dan menyembelih. Barang siapa yang melakukan seperti itu maka dia telah sesuai dengan sunnah kami. Namun barang siapa yang menyembelih sebelum itu, maka itu hanyalah daging yang ia berikan lebih awal untuk keluarganya, bukan termasuk ibadah qurban sedikit pun.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Jundub bin Sufyan رضي الله عنه ia berkata:
شَهِدْتُ الْأَضْحَى مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلهِ وَسَلَّمَ، فَلَمَّا قَضَى صَلَاتَهُ بِالنَّاسِ، نَظَرَ إِلَى غَنَمٍ قَدْ ذُبِحَتْ، فَقَالَ: «مَنْ كَانَ ذَبَحَ أُضْحِيَّتَهُ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّيَ -أَوْ نُصَلِّيَ-، فَلْيَذْبَحْ مَكَانَهَا أُخْرَى، وَمَنْ كَانَ لَمْ يَذْبَحْ، فَلْيَذْبَحْ بِاسْمِ اللهِ»
“Aku menghadiri Idul Adha bersama Rasulullah ﷺ. Ketika beliau selesai melaksanakan salat bersama manusia, beliau melihat domba-domba yang telah disembelih. Maka beliau bersabda: ‘Barang siapa yang menyembelih qurbannya sebelum salat – atau kami salat – maka hendaklah dia menyembelih qurban lain sebagai gantinya. Dan barang siapa yang belum menyembelih, maka hendaklah ia menyembelih dengan menyebut nama Allah.’” (HR. Bukhari dan Muslim, lafaz dari Bukhari)
Dan umat Islam telah bersepakat atas disyariatkannya qurban.
Imam Ibnu Qudamah berkata dalam Al-Mughni (9/435, cet. Maktabah Al-Qahirah):
[وأجمع المسلمون على مشروعية الأضحية]
“Kaum Muslimin telah berijma’ (bersepakat) atas disyariatkannya qurban.”
Dari penjelasan yang telah disebutkan, diketahui jawaban dari pertanyaan yang diajukan.
Wallahu subhanahu wa ta’ala a’lam bishawab