Bersyukur Atas Nikmat Kebahagiaan | HARMONI Indonesia

GARUDA TV

Allahu Akbar. Allahu Akbar. Lailahaillallahu. Allahu Akbar. Wasassirli amri wahlul uqdatan min lisani yafqahu qauli. Allahumma yanfaunafna bimaamtana. Allahumdina wahdina walna sababanilan limani. Segala puji hanya bagi Allah. Selawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad sallallahu alaihi wasallam. Ibu-ibu Majelis Taklim Masjid Zarratul Mutmainah Komplek Batan Indah Serpong yang dirahmati Allah beserta dengan pemirsa Harmoni Indonesia Garuda TV di mana pun Anda berada. Alhamdulillah pada kali ini kita semua diberikan kesehatan oleh Allah subhanahu wa taala. Bagaimana rasanya sehat? Hah? Rasanya sehat bagaimana? Alhamdulillah. Alhamdulillah nikmat. Sehat jasmaninya, sehat rohaninya sehat kantongnya. Amin. Yang diaminkan hanya sehat kantong ya. Sehat jasmani, amin. Sehat rohani, amin. Insyaallah ya. Kantong enggak perlu diulang karena sudah tadi. Dan mudah-mudahan semua kita termasuk orang-orang yang pandai bersyukur. Karena orang-orang yang pandai bersyukur itulah orang-orang yang sukses. Ibu-ibu tahu arti atau definisi sukses itu apa? Apa arti sukses? Kadang-kadang begini, orang itu punya definisi sukses sendiri-sendiri. Yang disebut sukses itu adalah orang yang kalau duitnya banyak. Ada yang bilang kalau disebut sukses kalau rumahnya itu megah, mewah. Disebut sukses kalau jabatannya tinggi. Ada yang bilang begitu. Nah, Allah Subhanahu wa taala dalam surah Ali Imran menegaskan bahwa yang dimaksud sukses bukan itu. Yang dimaksud sukses itu adalah zuhzihainar wa udhilal jannata faqad fast. Barang siapa yang dia itu dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga itu sukses. Dijauhkan dari neraka, dimasukkan ke dalam surga. Itu yang disebut sukses. Kalau kebalikannya dimasukkan neraka dijauhkan dari surga artinya gagal. Nauzu nauzubillah. Jadi dengan definisi sukses itu baru kita nanti akan lihat orang itu sukses atau tidak. Ada orang uangnya banyak tapi dimasukkan neraka berarti gagal. Orang duitnya banyak dan masuk ke dalam surga berarti sukses gitu. Orang duitnya dikit masuk neraka berarti gagal. Duitnya banyak masuk surga berarties. Pilih mana? Enggak punya uang masuk neraka apa banyak uang masuk surga? Maunya yang uangnya apa? Surganya. Alhamdulillah ya. itu artinya sukses. Jadi jangan kita ngelihat orang, wah sukses sekali ya dia. Karirnya bagus, jabatannya tinggi. Nanti dulu lihat dulu apa yang dimiliki oleh dirinya itu kira-kira memasukkan dia ke dalam surga atau tidak. Ya, itu patokan. Maka orang bersyukur itulah dia orang yang sukses. Sebab orang yang bersyukur itu yang senantiasa mendekatkan diri kepada Allah dengan rasa terima kasih, rasa pujian, rasa qanaah, rasa terima. Apapun yang Allah berikan tidak ada lain kecuali yang keluar dari lisannya adalah kalimat alhamduulillah. Tuh, dapat duit, alhamdulillah. Naik pangkat, alhamdulillah. Dapat bonus, alhamdulillah. Sakit gigi, alhamdulillah. Iya. Asam urat kambuh. Alhamdulillah. itu berarti sudah sukses. Sebab semuanya dilihat dari sisi Allah. Segala puji hanya bagi Allah. Itu orang yang bersyukur. Oleh sebab itu, atas segala anugerah yang sudah Allah berikan, tidak ada kata lain kecuali kita bersyukur. Apapun itu hanya kalimat alhamdulillah. Kalau ternyata apa yang kita terima itu membuat kita bahagia. Nah, contoh misalkan apa contohnya bahagia? Biasanya jemaah dapat apa kalau bikin bahagia? Kalau sakit gigi bahagia enggak? Asam urat bahagia enggak? Nemu duit 2 triliun bahagia enggak? Aduh, Ustaz mau bahagia tapi nemu. Kalau nemu kan bukan punya kita, Ustaz, ya. malah bingung. Aduh ini 2 mil eh 2 triliun gitu ya. Apa yang bikin bahagia? Anak lulus kuliah bahagia, cucu lahir bahagia. Ya, ada hal-hal yang membuat kita bahagia secara hati ini senang. Maka kalau bahagia kalimat syukurnya bagaimana? Alhamdulillah binikmatihi tatimmus shihat. Segala puji hanya bagi Allah. Dengan nikmatnya semua kebaikan ini terlaksana. Ya. Alhamdulillah binikmatihi tatimmus shihat. Alhamdulillah segala pujiannya bagi Allah binikmatihi atas nikmatnya tatimus shihat. Sempurna semua kebaikan tuh. Kalau ada sesuatu yang bikin kita senang,

Ada sesuatu yang bikin kita senyum, ada sesuatu yang bikin kita gembira, itu kalimat syukur. Tapi kadang-kadang ada yang bikin kita agak sedikit cemberut, yang bikin kita sedih, yang bikin kita sempit. Kalimat yang diajarkan oleh Nabi ternyata juga masih alhamdulillah walaupun kelanjutannya beda. Alhamdulillah ala kullial. Segala puji hanya bagi Allah apapun yang terjadi tapi tetap hanya segala puji bagi Allah. Tidak ada kalimat ngeluh. Enggak ada. Hilangkan kalimat keluhan, hilangkan kalimat negatif. Apapun yang ada ucapkanlah alhamdulillah. Maka ini yang akan menjadi sumber ketenangan, sumber awal kebahagiaan. Kalau sudah hamba dimudahkan untuk mengucap kalimat alhamdulillah, maka setelahnya tidak ada kecuali kebaikan.

Ibu-ibu Majelis Taklim Masjid Darratul Mutmainah, Komplek Batan Indah, Serpong dan pemirsa Harmoni Indonesia Garuda TV di mana pun Anda berada. Nabi sallallahu alaihi wasallam adalah panutan tauladan ketika kita bicara tentang syukur. Karena Nabi sallallahu alaihi wasallam hidupnya penuh dengan syukur. Pernah satu kesempatan Nabi sedang salat malam ketika Aisyah radhiallahu anha melihat Nabi memulai salat malamnya itu di awal malam. Aisyah selesai salat tidur, Nabi masih salat. Aisyah bangun radhiallahu anha di tengah malam, Nabi masih salat. Mau sepertiga malam akhir masih salat. Enggak sengaja kepegang kaki beliau dan kakinya bengkak. Bangun Aisyah lalu bertanya pada Nabi, “Ya Rasulullah, apakah sampai seperti ini engkau salat? Kok salat semalam suntuk?” Jawaban Nabi hanya satu, Aisyah, afala akuna abdan syakuro. Apakah tidak boleh aku ini menjadi hamba Allah yang bersyukur? Nabi ingin mengajarkan betapa banyak nikmat yang sudah Allah berikan pada kita. Sedangkan kadang-kadang syukur kita tidak seberapa.

Coba bayangkan kita bisa nafas, Bu. Bisa nafas nih. Oksigennya bayar ke mana nih? Bayar enggak? Enggak bayar. Coba sekali-sekali datang ke toko farmasi tanya oksigen satu tabung tuh berapa? Tanya oksigen satu tabung ya. Terus habis itu tanya ini buat berapa hari. Coba dihitung. Jangan, jangan-jangan bukan 1 hari. Jangan-jangan cuman hitungan jam. Bayarnya harus sekian ratus ribu. Coba dikali sama usia kita saat ini. Dari lahir sampai sekarang berapa miliar itu kalau suruh bayar oksigen? Coba ya. Itu satu baru oksigen. Belum yang lain kita bisa ngelihat, kita bisa gerakin tangan. Duh, ini mau berapa ini? Coba bayangin ini. Gerakin tangan begitu, begitu tangannya enggak bisa digerakin. Nah, tuh. Ya, kita ini kadang-kadang kita ini kadang-kadang dengan nikmat yang sudah Allah berikan ini luput, lupa ya seolah menyepelekan. Padahal nikmat yang ada di tubuh kita ini nikmat yang harganya tak ternilai.

Ada orang rambutnya rontok sampai habis. Kalau rambut rontok sampai habis jadinya apa? Pengin ditanam lagi. Ternyata satu rambut harganya sekian puluh ribu satu rambut lah. Kalau mau padat kayak rambut kita, berapa harganya? Tuh kita kadang-kadang sambil nyisir sambil ngerutu, “Oh, rezeki hari ini kurang.” Nah, tuh. Padahal yang lagi disisir itu rezeki. Kalau disuruh nulis tuh berapa itu rambut yang ada, belum kedipan mata. Ibu-ibu sadar kedipan mata ini mahal. Kalau kita ini enggak bisa kedip, coba kuat berapa lama? Ini aja sudah enggak kuat. Nah, enggak kuat tuh. Harus kedip. Sebab kalau tidak kedip ini mata, maka dalam hitungan menit mata kita buta. Buta. Coba ini namanya karetnya mata kedip-kedip ini sampai sekarang juga enggak dol. Iya kan? Coba ada orang usia 80 tahun kedipnya masih sempurna. Sep itu kalau alat buatan manusia itu kalau udah 80 tahun dipakai sep enggak bisa buka aja susah. Mau bukanya. Ah, itu kenapa klop apa kal apa tuh namanya ya? Kalau ini ya ini karetnya udah dol kita. Masyaallah belum lagi jantung itu masih terus mompa Bu. Mompa tuh namanya pompa air di rumah coba suruh hidup 3 hari 3 malam enggak berhenti. Kongslet kebakar. Kongslet. Kita sudah dari lahir sampai dengan detik ini jantung enggak pernah berhenti, enggak pernah. Tapi kalau dipegang panas enggak? Dipegang panas enggak? Kalau ini mesin kayak buatan manusia udah bingung kita. Kenapa? Harus matiin dulu. Matiin kalau enggak jebol. Tapi terus dia coba itu mahal yang ada di kita ini. Ini adalah nikmat dari Allah.

Oleh sebab itu, Nabi sallallahu alaihi wasallam ketika beliau itu salat malam sampai bengkak, kalau ditanya jawabannya satu, afala akuna abdan syakuro. Apa tidak bisa aku ini jadi hamba yang bersyukur? Tidak boleh jadi hamba yang bersyukur. Maksudnya apa? Kalau kita mau bersyukur, maka seperti itulah kita harusnya bersyukur atas nikmat Allah. Di sini kelihatan ini mah ahli tahajud semuanya. Amin. Ya, dalam rangka bersyukur. Ahli duha, ahli Quran, ahli sedekah, ahli puasa, ahli silaturahmi, termasuk silaturahmi itu harusnya membuat kita bahagia. Bersyukur kita bisa bersilaturahmi. Bersyukur kita bisa kumpul dengan keluarga. Di luar sana banyak yang enggak punya keluarga, hanya sekedar mau cari tempat di mana dia kumpul dengan saudaranya enggak punya. Sebab dia tinggal sebatang kara, macam-macam. Mungkin karena daerahnya terlanda perang. Karena perang sehingga apa? Dia tidak punya lagi saudara. Di sini masih lengkap. Kalau silaturahmi masih ada yang didatangi. Kalau lagi silaturahmi bahagia. Itu adalah nikmat dari Allah.

Saking banyaknya nikmat, pernah Nabi Sulaiman Alaih Salam dalam surah An-Namal itu dijelaskan ketika Nabi Sulaiman ditunjukkan begitu banyak nikmat yang ada pada Nabi Sulaiman. Nabi Sulaiman justru mengatakan, h minadbi liwani a asur am akfur. Ya Rabb, ini adalah kebaikan nikmat yang berlimpah darimu untuk mengujiku. Haah. Jadi kebaikan itu untuk menguji kita, Bu. Untuk mengujiku. A asykur am akfur. Maka kita yang ada di sini, begitu juga dengan pemirsa yang ada di rumah, kalau saat kita mendapatkan kebaikan dari Allah Subhanahu wa taala, ucapkan sama yang diucapkan oleh Nabi Sulaiman. Hadza min fadli rabbi, ini adalah karunia dari Tuhanku. Ini adalah anugerah dari Allah Subhanahu wa taala. Tapi ingat, lia beluani itu untuk menguji kita. Kita itu termasuk hamba yang bersyukur atau kita termasuk hamba yang kufur. Kalau kita dapat nikmat lalu kita sombong, nah berarti kita kufur. Tapi begitu kita dikasih nikmat sehat, lalu setelah itu ngucap alhamdulillah. Nah, ini berarti syukur. Ah. Mah masih enak ini. Wah, jalan ke mana aja masih bisa. Aduh, kalau kamu aduh kasihan. Nah, ini jadi enggak bersyukur. Walaupun kalimatnya dia ngucap alhamdulillah, alhamdulillah, tapi kalau menghinakan orang lain itu tidak bersyukur. Sebab bersyukur itu satu dengan hati. Hatinya merasa bahwa semua nikmat itu bukan karena dia, tapi karena Allah. Jangan begitu ketemu orang sakit ya. Makanya kayak saya dong hidup sehat. Nah, enggak boleh sombong. Bukan kita itu sehat karena kita hidup sehat, tapi karena Allah kasih kita untuk bisa sehat. Jadi satu harus hati ini punya keyakinan yang memberikan itu Allah. Nikmat itu datang dari Allah. Setelah itu yang kedua apa? Lisan kita. Lisan kita langsung mengucap alhamdulillah dengan penuh kesadaran ini nikmat datang dari Allah. Alhamdulillah. Yang ketiga, kita bersyukur dengan amal perbuatan kita. Kalau kita dikasih sehat, gunakan sehat untuk ibadah. Kita dikasih rezeki, uang, kita gunakan harta untuk ibadah. Dikasih jabatan, kita gunakan jabatan untuk ibadah. Apapun nikmat yang Allah berikan supaya lengkap dan sempurna syukur kita, maka kita gunakan untuk beribadah.

Jemaah Majelis Taklim Masjid Darratul Mutmainah Komplek Batan Indah Serpong, beserta abukum Allah, sudah memberikan maklumat bagi mereka yang bersyukur atas nikmat yang Allah berikan, maka nikmatnya akan ditambah. Tapi bagi yang kufur maka akan diazab. Ini ayat sebenarnya tidak seimbang. Kenapa tidak seimbang? Karena di awal Allah sampaikan begini, “Kalau kamu syukur, aku tambah, tapi kalau enggak bersyukur aku azab.” Harusnya nih kalau seimbang, kalau kamu syukur nikmat akan aku tambah. Kalau enggak bersyukur nikmat akan aku kurang. Kan harusnya begitu ya. Kalau kamu bersyukur, aku tambah. Tapi kalau kamu enggak bersyukur aku azab. Artinya sebenarnya kita itu diminta oleh Allah Subhanahu wa taala seolah tidak ada jalan lain. Tidak ada jalan lain kecuali syukur. Syukur itu bukan untuk Allah. Syukur itu bukan untuk Allah. Ya, Ibu-ibu dan pemirsa sekalian, perlu untuk diketahui syukur itu bukan untuk Allah. Allah Subhanahu wa taala, zat yang maha tinggi ini, kalaupun di atas muka bumi ini tidak ada hamba-Nya yang bersyukur atas nikmat yang Allah berikan, Allah tetap tinggi, Allah tetap mulia. Tapi syukur itu sebenarnya untuk kita agar hidup kita ini bisa nyaman, hidup kita ini bisa bahagia, hidup kita ini tidak susah. Maka Allah sampaikan, “Kalau kamu syukur, aku tambah dikasih bonusnya. Tapi kalau tidak syukur kamu akan susah.” Yang susah bukan siapa-siapa, hamba itu sendiri. Maka tidak ada kata lain kecuali bersyukur.

Orang tuh kalau sudah bersyukur, yang timbul semuanya nikmat aja. Orang yang bersyukur itu akan menimbulkan qanaah. Enggak akan ngelihat rumput tetangga lebih hijau, enggak ada. Sudah ini yang Allah berikan aman. Enggak ada waktu ngacak. Kenapa hidung saya pesek? Enggak ada, ya. Enggak ada begitu. Kenapa tabungan saya dikit? Enggak ada. Kenapa jabatan saya rendah? Enggak ada. Kenapa? Kenapa? Enggak ada. Kenapa? Tapi yang ada Alhamdulillah ya Allah nikmatmu begitu banyak. Alhamdulillah ya Allah, rumah ini walaupun hanya tingkat tuuh tapi enggak bocor ya semuanya Alhamdulillah. Alhamdulillah. Mobil ini walaupun dia rodanya cuman empat tapi Alhamdulillah nyaman gitu ya. Alhamdulillah semuanya coba dah.

Kan dari sini aja sudah ketahuan orang yang selalu ngeluh. Orang yang selalu ngeluh hidupnya sempit. Dikit-dikit kenapa sih? Nah, gitu. Kok cuman gini? Wah, hidupnya sempit. Coba yang ada yang dia miliki itu dia syukuri. Dia akan menjadi orang paling bahagia. Menjadi orang paling bahagia. Jadi kalau dibilang kunci bahagia itu apa? Syukur. Ya, kunci bahagia itu syukur. Syukuri yang Allah berikan. Maka Allah akan memberikan kebahagiaan itu. Syukuri yang ada maka Allah akan memberikan kedamaian. Bersyukur. Enggak usah ngelihat yang lain.

Ini kadang-kadang kalau lagi apa-apa kadang-kadang ngelihat dia udah punya ya dia udah punya cincin. Sudah senang tuh dari rumah udah senang dengan cincin. Masyaallah alhamdulillah sudah sek senyum terus. Sepanjang jalan nih mau silaturahmi nih. Mau silaturahmi sepanjang jalan senang ngelihatin cincin. Alhamdulillah. Begitu sampai di tempat silaturahmi, keluarga-keluarga yang lain cincinnya lebih gede. Langsung begini terus disembunyiin cincinnya terus ngelihatin yang kanan kiri. Wah kok yang lain begini? Saya cuman begini. Sedih dia. Sedih pulang-pulang duduk di sebelah suami cemberut. Ditanya sama suami, “Ngapain, Bu? Ah, enggak apa-apa yang di sana saudara-saudara kita cincinnya pada gede-gede tuh.”

Tuh. Coba bayangkan secepat itu yang tadinya dia berangkat dalam kondisi gembira, yang ketika berangkat dalam kondisi bahagia, tiba-tiba langsung berubah jadi sempit, sedih. Gara-garanya apa? Ngelihatin orang lain. Iya kan? Membandingkan dengan orang lain enggak ada bersyukurnya. Coba kalau dia bersyukur kan begitu ngelihat, uh yang lain gede-gede dia langsung Alhamdulillah kalau saya mah kecil. Alhamdulillah kecil loh. Kok Alhamdulillah kecil? Ya sebab cincin kecil ini nanti hisabnya cepat. Begitu mau dihisab di akhirat, Yaah mana hartamu? Aman cuma satu. Ayo langsung masuk. Ah yang belakang yang banyak kasihan ngantri panjang. Makanya dia di dunia begitu ngelihat apa yang dia miliki sedikit sudah Alhamdulillah, tuh. Biarkan orang lihat cincin kecil Alhamdulillah. Oh kalau saya mah enggak, Alhamdulillah luar biasa. Udah itu bedanya cuman satu, apa yang ada di hati.

Makanya ada doanya, Allahumma Ainni Ainni Ala Zikrika Ala Ikirika Wa Syukrika Wa Husni Ibadatika. Artinya, “Ya Allah, tolonglah hambamu agar dimudahkan oleh Allah untuk bersyukur.” Orang yang paling bahagia di atas muka bumi adalah mereka yang paling bersyukur. Sebab nikmatnya selalu ditambah. Walaupun nikmat ditambah, ini tidak serta-merta, artinya hanya sekedar materi. Ada kalanya mungkin materinya enggak banyak tapi rasa lapang dadanya luar biasa. Mungkin hartanya hanya 7 triliun, tapi bahagia. Ya, ada yang cuman 200.000 sempit ada. Ya, bukan masalah banyak hartanya, bukan. Tapi bersyukur atau tidak bersyukurnya.

Dan bersyukur ini mampu untuk bisa menangkal azab dari Allah. Tidak akan pernah satu kaum diazab kalau kaum itu ahli bersyukur. Tidak akan pernah satu kelompok itu diberikan kesulitan kalau kaum itu kelompok itu pandai bersyukur. Dan juga tidak seorang hamba diberikan kesedihan ya, ketika hamba itu ahli dalam bersyukur. Maka tidak ada kata lain kecuali bersyukur. Alhamdulillah. Itu yang bisa kita sampaikan. Mudah-mudahan bermanfaat.

Setelah ini, khusus untuk jemaah Majelis Taklim Masjid Daratul Mutmainah akan diberikan kesempatan untuk bertanya, dan pemirsa Harmoni Indonesia Garuda TV di rumah insyaAllah mendapatkan manfaat dari pertanyaan yang ada dari jemaah di sini. Jemaah Majelis Taklim Masjid Daratul Mutmainah Komplek Ban Indah Serpong beserta dengan pemirsa Harmoni Indonesia Garuda TV di mana pun Anda berada, insyaAllah kita akan masuk di sesi tanya jawab di sini. Ada yang ingin bertanya? Dipersilakan ya. Silakan Ibu.

Jemaah: Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Ustaz: Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.
Jemaah: Nama saya Yulianti, Ustaz. Saya tertarik tadi ya apa ceramahnya mengenai nikmat syukur dalam kebahagiaan. Tapi kalau dalam kebahagiaan itu kan lebih mudah bagi kita untuk bersyukur ya. Nah, bagaimana ketika kita mensyukuri nikmat dalam ketidakbahagiaan? Apakah sesudah kita mengucapkan alhamdulillah ala kulli hal, terus kita harus juga bersabar untuk yang terima kasih Ustaz?
Ustaz: Bagaimana kalau kita bersyukur? Syukur kita itu untuk urusan yang membuat kita bahagia, aman, senang pasti otomatis. Alhamdulillah. Tapi ini kalau untuk hal-hal yang kita enggak suka, kita enggak senang. Mosok kesandung bersyukur gitu ya? Aduh alhamdulillah ala kulli hal ya? Tetap kalau kita lihat tadi apa yang disampaikan, maka bersyukur itu dalam segala hal.
Sekarang begini, gimana caranya, Ustaz? Bukankah kita diminta sabar?
Ustaz: Betul, nanti setelahnya sabar, tapi awalnya syukur dulu. Kenapa diminta syukur? Sebab semua takdir yang Allah berikan pada kita itu baik. Cuman kadang-kadang kita yang belum bisa memahami takdir itu. Contoh kita kesandung, kan kalau kita ngerasa kalau kesandung itu kok kayaknya enggak enak. Kesandung itu apa? Musibah. Kesandung itu cuma kita tidak tahu apa di balik kesandung. Mungkin Allah selamatkan kita dari musibah yang jauh lebih besar gara-gara kesandung akhirnya. Wah, karena lumayan ini lukanya berhenti dulu barulah jalan. Ternyata kalau kita enggak kesandung, kita ketabrak kereta. Akhirnya Allah tahan dulu. Jangan sabar. Entar ketabrak kereta, lebih baik kesandung. Jadi ketika kesandung jatuh.
Ya pernah tuh ada di media sosial viral yang cerita saya bilang itu dia lagi lewat di bawah apartemen jatuh kepeleset. Begitu kepeleset kan ada CCTV marah-marah dia. Oh, lagi marah-marah. Tiba-tiba hanya jarak sekian meter dari tempat dia itu enggak lama jatuh itu pot. Wah, begitu dilihat, “Hah, mungkin orang itu kalau muslim langsung alhamdulillah.” Kata malaikat terlambat. Harusnya waktu kepeleset langsung alhamdulillah. Kita enggak tahu itu yang jarak cepat, tapi apakah semuanya jarak cepat? Mungkin enggak, mungkin yang lain. Makanya ketika dia lagi dalam kondisi sakit, demam, alhamdulillah aja. Sebab ternyata demam itu membunuh segala virus, segala demam, eh, segala bakteri. Sebab apa? Tubuh itu ada reaksi untuk bisa melindungi diri. Alhamdulillah. Itu apapun, pokoknya awali dengan alhamdulillah. Sebab kita menyadari satu, kita menyadari bahwa kita ini memang terbatas enggak bisa melihat apa yang akan terjadi ke depan. Maka dengan alhamdulillah itu betul-betul kita memasrahkan pada Allah.
Lalu berikutnya itu pintu awal supaya kita itu tidak dibisiki setan. Setan ini paling jago bisikin orang. Sebab kalau dia tidak jago, dia tidak jadi setan. Nah, kalau kita sudah awali itu dengan menutupnya dengan kalimat alhamdulillah, setan enggak bisa masuk ya. Enggak ada bisik-bisik yang lain. Aduh, kasihan ya kamu. Padahal sudah rajin ngaji, masih aja sariawan. Loh, setan bisikin begitu. Akhirnya hati kita, iya ya kan saya ini sering ngaji, enggak pernah ngegibah, enggak pernah ngegosip. Kenapa sariawan? Tuh masalah. Padahal kalau dia tahu sariawannya itu justru yang membersihkan semua dosa-dosa mulutnya. Sehingga nanti ketika dihisab pahalanya murni. Cuman kadang-kadang enggak tahu gitu kurang lebih ya, Bu ya.
Jemaah: Baik, mudah-mudahan bermanfaat.
Ustaz: Pertanyaan berikutnya, siapa yang mau bertanya? Ya, silakan Ibu, silakan sebutkan nama, mik-nya didekatkan biar keras suaranya. Baik.

Bismillahirrahmanirrahim. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.
Saya Hadiati ingin menanyakan dengan tema bersyukur atas nikmat kebahagiaan. Mohon penjelasan, untuk kebahagiaan yang penuh berkah itu seperti apa sih dalam kata berkah yang dalam arti yang luas dan dalam, supaya kita dalam melaksanakan, menerapkan mensyukuri ini lebih pas, lebih mengena, dan tentu saja yang kita harapkan adalah yang tepat sasaran. Masyaallah. Baik, itu saja. Terima kasih, Pak.
Terima kasih.
Pertanyaannya bagus. Bagaimana bersyukur? Kita materinya bersyukur atas kebahagiaan. Kebahagiaan ini kan dengan keberkahan. Apa sih berkah itu? Sehingga nanti kita itu bisa bersyukurnya pas. Jadi berkah itu diambil dari bahasa Arab. Ba hurufnya itu ba, ra, dan kaf itu di antara maknanya itu adalah zada yazidu ziyadah tambah. Itu yang disebut dengan berkah. Atau ada burukun naqah. Kalau orang zaman dahulu itu kalau ada unta, unta tuh lagi menderum karena unta tuh berat. Jadi kalau lagi menderum di padang pasir ketika dia bangun lagi itu agak sedikit ada cekungan. Nanti kalau hujan itu nampung air. Karena itu nampung air jadi banyak di sekelilingnya hewan datang ke situ untuk memanfaatkan. Tumbuhan kadang-kadang hijau-hijau disebutannya itu juga berkah. Makanya disebut burukun naqah atau birkah. Birkah itu juga sama kalau orang Arab, birkah itu sumur. Sumur itu sumber kehidupan. Nah, dari sini kita bisa ngambil makna secara istilah. Satu, berarti kalau berkah itu artinya tambah ya. Orang dikatakan aktivitasnya berkah kalau dia itu bertambah. Bertambah apa? Bertambah imannya. Bertambah ketenangannya itu berkah. Kalau dia punya iman tambah, kalau dia punya ketenangan hidup tambah, maka berkah. Lihat dulu semuanya bisa di tes. Saya punya rumah baru, berkah apa enggak ya? Ah, coba cek iman kita tambah enggak? Tenang, hidup kita tambah enggak? Kalau iman kita tambah, makin semangat ibadah, berarti berkah. Atau kalau misalkan hidup kita makin tenang berarti berkah. Tapi kalau makin gerasak, gerusuk, makin susah, ibadah makin kendor, berarti enggak berkah. Walaupun rumahnya wah tumbuh jadi sekian lantai. Atau yang kedua, berkah itu apa tadi? Seperti cekungan yang menimbulkan manfaat. Unta aja bisa membuat manfaat ketika ditinggal, air datang sekelilingnya. Nah, apa yang kita miliki? Kalau yang kita miliki itu sekeliling kita manfaat, maka itu berkah. Tapi kalau cuman kita bikin yang kita punya makin ego, makin sombong, ah itu berarti masalah ya, bukan berkah. Atau yang ketiga tadi saya kasih contoh apa yang ketiga? Berkah sumur. Sumur ini sumber kehidupan. Kalau kita bisa jadi sumber kebaikan buat orang yang ada di sekitar kita, insyaAllah kita berkah. Maka berkah itu yang bisa menimbulkan kebahagiaan. Kita bahagia kalau iman kita tambah. Kita bersyukur. Kita bahagia kalau hidup kita makin tenang. Kita bersyukur. Kita bahagia kalau kita bisa memberikan manfaat untuk orang lain. Kita bersyukur. Kita bahagia kalau kita bisa memberikan apalah kebaikan kepada yang lain. Menjadi sumber kebaikan untuk yang lain. Karena orang lain dapat kebaikan kita, maka kita bahagia. Terus kita bersyukur. Jadi kalau bahagianya hanya sekedar karena dirinya dapat lalu ego, itu bukan bahagia. Bahagia ya? Bahagialah saya orang paling kaya. Tapi kalau bahagia, iya bahagia, alhamdulillah saya bisa membuat orang lain kaya. Nah, itu baru bahagia. Kalau kaya sendiri itu biasa. Tapi kalau membuat orang lain jadi kaya itu baru luar biasa. Kalau kita hanya manfaat sendiri itu biasa. Tapi kalau kita bisa memberikan manfaat untuk orang lain itu luar biasa. Maka makna berkah yang tadi ada itu yang harus menjadi sumber bahagia dan setelah itu kita bersyukur. Begitu kurang lebih ya.
Baik, jemaah Majelis Taklim Masjid Daratul Mutmainah dan pemirsa Harmoni Indonesia Garuda TV di mana pun Anda berada, kita akan lanjut pada pertanyaan berikutnya. Ada yang ingin bertanya? Ah, baik. Silakan, Ibu.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.
Terima kasih, Ustaz. Diberi kesempatan untuk bertanya. Saya sedikit cerita, Ustaz, pertanyaan ini. Bagaimana cara bersyukur atas suatu saat saya dapat berita musibah yang menimpa anak saya dan banyaknya pertolongan baik orang yang kita kenal maupun yang tidak kita kenal. Pada saat itu kecelakaan dan koma 10 hari. Terus alhamdulillah Allah memberi kesempatan untuk sembuh. Bagaimana cara untuk mengucapkan terima kasih atau rasa syukur kita terhadap orang-orang yang nolong? Apa cukup kita bantu doa? Ya Allah, hanya melalui tanganmulah anak saya bisa tertolong gitu. Apa cukup berdoa saja atau kita harus mencari siapa sih yang menolong itu? Itu aja, Ustaz. Terima kasih.
Wasalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Waalaikumsalam warahmatullahi.
Alhamdulillah semua pertanyaannya bagus ya. Jadi, bagaimana ketika kita itu ditimpa musibah? Lalu di saat kita ditimpa musibah, Allah berikan pertolongan dan Allah berikan pertolongan itu melalui hamba-hambanya. Kan disebutkan orang yang tidak bersyukur atau orang yang tidak berterima kasih pada manusia maka dia belum bersyukur kepada Allah. Lam yasykurillah man lam yaskurinas. Orang tidak disebut bersyukur kepada Allah kalau dia belum berterima kasih kepada sesama manusianya.
Alhamdulillah itu sudah merupakan bentuk syukur awal dari ibu. Ya Allah, saya ingin bersyukur padamu atas nikmat ini, ya Allah. Tapi ada hamba-hamba-Mu yang menolong kemarin bagaimana, Ya Allah, aku harus bagaimana? Itu sudah bagus tuh perasaan itu. Tinggal sekarang lakukan. Tetap harus berterima kasih dalam rangkaian bersyukur atas kebahagiaan, rangkaian bersyukur atas nikmat, rangkaian bersyukur atas berkah adalah berterima kasih. Kalau yang kita tahu, datangi, Bu. Mereka ucapkan minimal terima kasih. Kita ucapkan terima kasih. Ya sudah memberikan bantuan ya. Kalau ada sesuatu yang bentuknya mungkin bisa kita sampaikan ya ala kadarnya sebagai tanda ya boleh juga diserahkan atau kalau tidak ada orang yang kita enggak tahu dia pasti bantu kita cuman kita tidak tahu siapa dia. Lalu bagaimana bentuknya? Angkatlah tangan kita, sampaikan doa kita untuk mereka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Itu pun luar biasa.
Misal kita angkat, “Ya Allah, hamba bisa keluar dari musibah seperti ini atas pertolongan dari hamba-hamba-Mu, Ya Allah. Berikanlah kemudahan pada mereka, Ya Allah. Limpahkanlah kebaikan pada mereka, ya Allah.” Nah, teruslah kita doakan baik untuk mereka. Itu insyaAllah bahagian daripada terima kasih kita kepada mereka. Dan itu merupakan kesempurnaan bersyukur.
Jadi kesempurnaan bersyukur ya itu bukan hanya sekedar kita merasa bahagia dengan apa yang sudah Allah berikan pada kita, tapi kita berpikir tentang orang lain. Contoh kalau ini tadi kisahnya musibah lalu ada yang menolong, bersyukurnya berarti berterima kasih kepada yang menolong. Tapi apakah kalau ini bentuknya bukan musibah berarti kita tidak berpikir untuk sesama? Bukan. Tetap harus berpikir untuk sesama. Bagaimana berpikir untuk sesamanya? Kalau kita dikasih nikmat pintar, nikmat ilmu, maka bersyukurnya orang lain harus mendapatkan manfaatnya. Panggil tuh sini. Saya punya ilmu begini. Ajarkan ke mereka. Saya punya begini, ajarkan pada mereka. Itu bahagian daripada bersyukur. Jadi syukur bukan hanya sekedar untuk pribadi kita, tapi syukur juga untuk orang lain.
Orang lain harus ngerasa bahagia, berarti sempurna syukur kita. Kalau ibu contohnya tadi berarti kalau misal orang-orang yang membantu ibu itu rida, orang yang membantu ibu bahagia, orang berarti sempurna. Syukur. Beda nanti misalkan yang membantu justru ada rasa tidak enak di hati, berarti syukur belum sempurna. Atau ketika kita mendapatkan nikmat, orang-orang yang ada di seputar kita ini senang, gembira, berarti sempurna syukur kita. Kalau ternyata orang, “Ah, kalau dia mah buat dia sendiri, saya mah enggak ngerasa apa-apa. Ah, itu mah untuk dia sendiri, saya juga enggak dapat apa-apa.”
Atau mau ditambah juga, Bu? Boleh. Selain doa. Kalau umpama kita punya kelebihan rezeki, Bu, untuk kasus yang ada pada Ibu, kita punya kelebihan rezeki yang lain nih misalkan kita tahu ada lima orang nih yang bantu, cuman yang tahu cuma empat. Yang satu kita enggak tahu karena dirahasiakan misalkan. Tapi kita ingin berterima kasih kepada orang yang sudah membantu kita. Bagaimana? Nah, sedekahkan. Sed

ekahkan apa yang kita punya itu untuk atas nama dari yang pernah membantu kita. Jadi sekali lagi intinya bersyukur itu adalah bagaimana kita memberikan dengan ketulusan hati rasa keyakinan bahwa yang memberikan nikmat adalah Allah. Kita bisa bahagia, Allah yang memberikan. Maka kita mengucap kalimat alhamdulillah. Kalau ternyata Allah kasih musibah juga sama. Karena kita harus yakin bahwa musibah ini buruk hanya di mata kita. Karena kita ini pendek tidak bisa melihat apa yang ada di depan. Prinsip sebenarnya adalah itu kebaikan yang sudah Allah siapkan. Tinggal bagaimana kita mengucap alhamdulillah. Nanti insyaAllah setelah itu kebaikannya akan Allah hadirkan.
Kalaupun ternyata kita ada urusan dengan orang lain, maka selesaikan urusan itu. Itu termasuk bahagian bersyukur. Lagi kumpul dengan keluarga, jangan lupa terima kasih. Makasih ya. Loh, untuk apa? Ya untuk apa aja yang sudah men-support, sudah mendoakan, sudah memberikan dukungan, sudah senantiasa berada di samping mendampingi nih ibu-ibu datang ke rumah terima kasih sama suami. Terima kasih, Pak yang sudah sabar selama ini dengan Mama. Oh, gitu ya. Pemirsa juga yang di rumah yang suami datang ke istri, terima kasih Mak yang sudah kuat bersama dengan Papa. Karena apa? Itu bahagian kesempurnaan dari bersyukur. Maka bismillah mudah-mudahan kita semua yang hadir di sini dicatat sebagai hamba-hamba Allah yang bersyukur dan mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang diberikan kemudahan untuk senantiasa bersyukur. Kita menutup dengan doa. Mudah-mudahan doa ini didengar, diijabah, dan memberikan kebaikan dunia akhirat untuk kita.
Alhamdulillahi rabbil alamin. Hamdan syakirin, hamdan naimin, hamdan yfiamahu wauki mazidah.
Allah muslim muslimat inwatbanaamna anfusana waamfirlanahamna minal kirin allahum in nasalukal hudaq walina
Ya Allah yang maha rahman, maha rahim, maha pengasih, maha penyayang, maha mengampuni segala dosa hamba-Nya. Ampunilah segala dosa kami ya Allah. Ampunilah segala khilaf kami ya Allah. Ampunilah segala salah kami ya Allah.
Ya Allah, berikanlah segala rahmat-Mu pada kami ya Allah. Berikanlah segala kasih sayang-Mu pada kami ya Allah. Hamba merupakan hamba yang sangat lemah. Ya Allah, begitu sulit bagi hamba untuk bersyukur kecuali Engkau berikan kekuatan pada hamba. Ya Allah, jadikanlah hamba ini hamba-hamba-Mu yang pandai bersyukur atas segala nikmat-Mu. Jadikanlah hamba ini hamba yang pandai untuk melihat dan berhusnudan terhadap segala takdirMu. Sehingga tidak ada yang keluar dari lisan kami kecuali kalimat alhamdulillah.
Ya Allah, berikanlah kekuatan bersyukur pada kami. Ya Allah, berikanlah kekuatan untuk senantiasa mengingat asma-Mu. Ya Allah, berikanlah kekuatan pada kami untuk terus mampu beribadah terbaik bagiMu ya Allah. Mudah-mudahan dengan bersyukur ini, ya Allah, mudah-mudahan dengan kami menjadi hamba yang pandai bersyukur ini, Ya Allah, menjadikan ini tangga menuju surga kami, ya Allah, menjadikan kami mampu untuk bisa bahagia dunia dan akhirat ya Allah.
Ya Allah, berikanlah kemampuan pada para pemimpin kami agar mereka termasuk menjadi hamba-Mu yang pandai bersyukur. Ya Allah, berikanlah kepada seluruh bangsa dan negara ini, kepada seluruh rakyat, bangsa dan negara ini ya Allah, untuk menjadi hamba-hamba-Mu yang pandai bersyukur sehingga kami mampu untuk bisa membangun bangsa kami ini dengan syukur kepada-Mu ya rabbal alamin.
Rabbana atina fid dunya hasanah wafil akhirati hasanah waqina adzabanar.
Wasallallahu wasallam ala nabina Muhammad. Walhamdulillahi rabbil alamin.
Subhanakallahumma wabihamdika ashadu alla ilaha illa anta astagfiruka wa atubu ilaik.
Wasalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.
Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.
Makasih. Allahu Akbar. Allahu Akbar. Allahu Akbar. Allahu Akbar. Lailahaillallah. Allahu Akbar.