Ikram:
Gua kira daftar haji itu kayak daftar seminar, hari ini daftar, besok berangkat. Ternyata enggak, harus menunggu bertahun-tahun. Hmm… apa gua haji virtual dulu ya? Tapi boleh enggak sih? Yuk, kita bahas. Ngopi bareng Ustaz yuk, kita bahas.
Ustaz Arifin:
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Ikram:
Waalaikumussalam warahmatullah. Balik lagi bareng gua, Ikram Afro, dan juga Ustaz Arifin Nugroho. Apa kabar, Ustaz?
Ustaz Arifin:
Alhamdulillah sehat, MasyaAllah.
Ikram:
Alhamdulillah. Ustaz, gua mau nanya nih. Rukun Islam yang kelima itu apa?
Ustaz Arifin:
Hehe, ngetes rukun Islam ya? Rukun Islam yang kelima itu haji, bila mampu.
Ikram:
Nah, ya bener. Ustaz, sekarang kan banyak nih para haji muda itu pengin berangkat ke Tanah Suci, baik umrah ataupun haji. Tapi permasalahannya mesti bingung, Ustaz. Mending umrah dulu atau haji dulu sih?
Ustaz Arifin:
Jadi kalau umrah itu sunah, Ikram. Umrah itu sunah, haji itu wajib. Kalau kita mau bicara tentang hukum, tentu yang wajib harus didahulukan daripada yang sunah itu, secara hukum ya. Nah, cuman mungkin ada omongan juga, “Tapi kalau saya haji, ini ngantrinya panjang, Ustaz, bisa sampai 15 tahun.” Ya kan?
Ikram:
Iya, kira-kira gimana ini, Ustaz?
Ustaz Arifin:
Kalau hukum memang tidak berganti, yang wajib harus didahulukan. Umrah itu sunah, itu dibelakangkan. Nah, kalau ada pertanyaan mana yang harus didahulukan, tetap didahulukan yang wajib. Saya nih, tetap didahulukan yang wajib, haji dulu, nanti yang penting kan kita dapat porsi dulu. InsyaAllah menunggu itu akan ada rezeki.
Ikram:
Oh, jadi kalau menunggu 15 tahun, bisa berumrah sambil nunggu ya?
Ustaz Arifin:
Iya, gitu kan. Tapi kalau misalkan, “Ustaz, budgetku cuman ada buat berangkat umrah dulu nih,” ya udah daftar haji aja langsung. Kan mirip harganya. Kalau misalkan dia daftar, sudah daftar nih, ternyata kan pengin umrah, haji ya sudah daftar saja, gitu.
Ikram:
Setuju, Ustaz. Tapi kalau misalkan udah daftar haji, terus ternyata… nauzubillah minzalik, umrah enggak ada. Apakah itu terhitung?
Ustaz Arifin:
Nah, itu yang jadi tekanan juga. Sebab kalau ada orang yang sudah daftar haji, eh, dia masih 15 tahun lagi, qadarullah mungkin 10 tahun setelah itu dia meninggal, belum berangkat haji, sudah bisa menjadi bukti dia di hadapan Allah nanti. Jadi itu insyaAllah tetap menjadi pahala dan bukti niat kita.
Ikram:
Oh, jadi ibaratnya kalau meninggal sebelum berangkat, tetap bisa dapat pahalanya ya?
Ustaz Arifin:
Betul, meskipun belum sempat berangkat, niat kita yang sudah kuat untuk berangkat, insyaAllah tetap tercatat sebagai amal baik. Nah, cas-nya juga kadang, kalau misalkan kayak kemarin, temanku, ibunya sudah mau berangkat haji, tapi qadarullah meninggal, Ustaz.
Ikram:
Iya, alhamdulillah, yang berangkat anaknya, diwakilkan, berarti dapat dua ya, ibunya dapat, anaknya juga dapat?
Ustaz Arifin:
Iya, karena memang kalau kita lihat aturannya begitu. Ketika ada seseorang karena uzur tertentu tidak bisa berangkat, maka dikembalikan ke orang itu untuk diberikan ke ahli warisnya atau siapa, jadi dapat pahalanya.
Ikram:
Tapi kalau umrah nih, Ustaz, umrah sudah umrah, ternyata 2 tahun berikutnya meninggal, belum ada upaya untuk haji, nah ini ditakutkannya justru nanti tanggungan itu masih ada di dia?
Ustaz Arifin:
Iya, tanggungan itu masih ada di dia, siap. Jadi teman-teman, ternyata kalau kita mau ibadah ke rumah Allah atau ke Tanah Suci, bukan hanya nyiapin duit aja, tapi harus nyiapin ilmu juga.
Ikram:
Betul. Ustaz, ada yang nanya nih. Kalau misalkan dalam ibadah haji atau umrah itu ada namanya badal, ya Ustaz?
Ustaz Arifin:
Iya, badal haji.
Ikram:
Misalkan, apakah badal haji itu boleh jika misal orang tua kita mau berangkat tapi misal kena stroke, Ustaz? Nggak mungkin bisa jalan, apakah boleh anaknya ngebadalin?
Ustaz Arifin:
Jadi, badal itu adalah aktivitas ibadah haji untuk orang lain. Yang melakukan orang lain untuk orang lain, tetapi ada syarat dan ketentuannya. Syarat dan ketentuannya, yang boleh dibadalkan itu adalah ketika orang itu sudah meninggal dunia.
Ikram:
Oh, berarti orang yang sakit, kalau belum meninggal dunia, ya berarti belum bisa dibadalkan?
Ustaz Arifin:
Betul, kalau sakit, masih ada kesempatan bisa datang. Kan makanya, sekarang kalau kita lihat banyak haji-haji lansia yang sudah lanjut usia, nanti di sana dalam kondisi apapun, mereka akan dimobilisasi oleh pemerintah Saudi Arabia.
Ikram:
Oh gitu, Ustaz. Misalkan ada orang yang sudah dalam kondisi sakaratul maut, belum meninggal, tapi di rumah sakit, itu nanti akan difasilitasi untuk datang ke Arafah?
Ustaz Arifin:
Iya, karena alhaji itu Arafah, haji itu intinya di Arafah. Jadi, meskipun dalam kondisi seperti itu, mereka akan difasilitasi oleh pemerintah Saudi untuk datang.
Ikram:
Berarti enggak boleh ya, kalau orang yang akan dibadalkan itu belum meninggal dunia?
Ustaz Arifin:
Enggak boleh. Kalau orang yang akan dibadalkan itu belum meninggal dunia, maka tidak ada badal untuk orang yang masih hidup.
Ikram:
Oh, gitu ya. Mungkin teman-teman bisa lihat juga ya, kalau pernah lihat di TV, misalkan ada yang lagi haji atau tafnya itu pakai kursi roda di bagian atas biasanya. Sekarang ada mobil golf juga.
Ustaz Arifin:
Betul, betul. Jadi, sekarang bisa banget tuh. Ada mobil golf buat muter, tinggal pindah ke tempat sai.
Ikram:
Enak ya sekarang? Udah serba canggih.
Ustaz Arifin:
Iya, udah serba memudahkan. Cuman, banyak orang kadang mikir, “Mosok tawaf kita masih sehat naik mobil golf?” Ya, gitu deh.
Ikram:
Bener, kan kita mikirnya, “Lah, tawaf kok naik mobil golf?” Tapi, gimana tuh, Ustaz?
Ustaz Arifin:
Sebetulnya, kalau kita lihat Nabi Muhammad SAW juga tidak memberikan ketentuan kalau namanya tawaf atau sai itu harus jalan kaki. Nabi pernah tawaf naik unta.
Ikram:
Ada riwayatnya, Ustaz?
Ustaz Arifin:
Ada, ada. Beberapa sahabat bahkan tawaf naik unta, dan Nabi sendiri pernah tawaf naik unta. Jadi, selama masih sesuai dengan ketentuan, insyaAllah sah. Bahkan kalau yang disuruh lari-lari kecil, ada riwayat bahwa Nabi mengarahkan untuk lari kecil juga, tapi untanya kecil juga, gimana?
Ikram:
Jadi tinggal dikondisikan ya, Ustaz? Untanya disesuaikan.
Ikram:
Oh MasyaAllah, untanya lain. Ustaz, Ikram buatin kopi ya. Ws, oke Ustaz.
Ustaz Arifin:
Pikiran ada pertanyaan lagi. Sekarang ini sudah serba teknologi, ya. Sudah makin canggih, Ustaz. Hehe. Ada yang namanya haji, tapi pakai virtual. Haji virtual. Hehe. Jadi, yang dia kayak pakai VR, hehe, itu dia ya, secara digital gitu, lah. Hehe. Nah, itu tuh sebenarnya bolehkah kalau haji virtual itu maksudnya hanya sekedar kayak orang manasik, nih. Pengin belajar tentang haji? Tadi kan Ikram bilang di awal, haji itu bekalnya ilmu, ya. Nah, dengan itu mendekatkan dia dengan ibadah haji yang akan dilaksanakan. Bagus itu, boleh-boleh aja. Nanti ditunjukkan tuh di situ mungkin, ya. Ini dia pintu kalau kita masuk ke Masjidil Haram, dari sini Ka’bahnya, ini nanti Ka’bah itu ada Hajar Aswadnya, ini pintu Ka’bahnya di sini, Multazam di sini, apa segala macam, nanti dia ke Mina, nanti dia ke Arafah, lontar jumrah. Boleh? Bagus, bukan? Boleh bagus, tapi bukan membuat orang itu jadi haji.
Ikram:
Nah, itu dia. Begitu keluar dari itu… apa namanya, dipanggil sama orang, namanya aja, ih, jangan sebut nama aja, nih, sudah haji baru virtual. Kapan haji kemarin, HV namanya tuh. Haji virtual, haji virtual baru lagi, nih. Hehe.
Ustaz Arifin:
Nah, Ikram, beberapa waktu lalu tuh sempat ramai ada jemaah haji yang di mana dia ngebawa anaknya yang masih umur 2 bulan, 2 bulan, untuk berangkat haji. Apakah boleh haji atau umrah bawa anak umur segitu? Dan apakah dia terhitung haji atau gimana, ya?
Ikram:
Hehe.
Ustaz Arifin:
Jadi, orang melakukan ibadah bahwa anak itu bagus dalam rangka mendidik, ya kan? Karena anak juga nanti ketika dia melihat orang tuanya melakukan satu aktivitas ibadah, itu akan direkam di otaknya dan itu akan mungkin ke depan akan menjadi motivasi tersendiri. Nah, kalau untuk haji, karena ini sesuatu yang sifatnya wajib, ya, untuk haji ini, dia ada syarat namanya syarat sah, ada juga syarat wajib. Syarat wajib itu untuk menunjukkan syarat apa saja yang membuat orang itu jadi wajib haji, dan ada syarat sah untuk menunjukkan kira-kira ibadah yang dilakukan itu sah atau tidak. Nah, kalau haji, perkaranya di antara syarat sahnya haji itu adalah baligh.
Ikram:
Hmm.
Ustaz Arifin:
Jadi kalau umpama umur 2 bulan, pasti belum baligh, dong. Iya? Berarti hajinya belum sah. Tidak menggugurkan hajinya dia nanti besar. Bukan berarti ketika dia sudah baligh terus enggak lagi perlu haji. Enggak, justru ketika dia baligh, barulah di situ nanti dia akan mendapatkan keabsahan hajinya. Sebelum itu, tidak.
Ikram:
Oke, jadi teman-teman ya, kalau misalkan orang tuanya masih menyusui anaknya, belum bisa lepas, ya selama ada rezeki lebih, ya silakan, mau bawa anaknya, silakan. Pahala dapat, insyaAllah.
Ustaz Arifin:
Oh, nah, kalau… iya, ini pertanyaan yang banyak diinginin sama jamaah juga, Ustaz. Hehe. Kalau misalkan, apa benar orang meninggal ketika lagi haji atau umrah itu, entah enggak dihisab atau masuk surga, aku pada dengar tuh. Itu gimana tuh?
Ikram:
Jadi orang kalau dalam aktivitas ibadah meninggal, insyaAllah itu di antara tanda husnul khatimah. Bagus, dong. Ibadah, salat, meninggal. Lagi ngaji, meninggal. Lagi sedekah, meninggal. Lagi syuting tema religi, meninggal, hostnya… hehe, bagus, dong. Gimik, ya teman-teman, jangan beneran, karena ada… Nah, haji juga sama. Apalagi ini penyempurna, gitu kan? InsyaAllah baik, husnul khatimah. Berarti ini jatuhnya meninggal dalam keadaan baik, husnul khatimah, tapi amalan tetap dihisab, Ustaz, ya?
Ustaz Arifin:
Oh iya, iya. Amalan tetap dihisab. Kalau dulu pernah bohong, tetap dihisab. Kalau dulu pernah nyolong, tetap dihisab. Tapi kalau dia sudah tobat, juga tetap dihisab.
Ikram:
Nah, gitu. Jadi teman-teman, semoga apapun keadaan kita, kita meninggal dalam keadaan husnul khatimah, ya.
Ustaz Arifin:
Ya, Ustaz, ada kan beberapa orang yang melakukan cara-cara untuk bisa berangkat umrah ataupun haji, ya kan? Ada yang via kredit, ada yang mungkin minjam. Tapi kalau misalkan sampai gadai rumah untuk berangkat ke Tanah Suci, itu boleh enggak? Kan karena mempersulit tuh. Kenapa enggak dia jual aja rumahnya?
Ikram:
Nah, enggak tahu, ya, mungkin butuh waktu, Ustaz.
Ustaz Arifin:
Butuh waktu, betul. Betul. Ya, butuh waktu. Betul, setuju. Setuju.
Ikram:
Sedangkan kalau digadai, mungkin enggak butuh waktu, ya?
Ustaz Arifin:
Oke, oke. Gini, jadi orang mau berangkat ibadah haji itu, selama harta yang dia gunakan untuk ongkos itu halal, oke, maka apapun itu, ya, enggak ada masalah, sah-sah aja. Sah-sah, mau gadai, mau ngutang, mau apalagi tuh, mau jual barang dia yang penting jangan haram. Jangan dari nyolong, jangan dari judi, jangan dari ngerampok, jangan dari korupsi, nah gitu.
Ikram:
Ada contoh misalkan orang berangkat haji dari biaya dinas. Oke, I, kan otomatis bukan dari tabungan dia, bukan dari harta dia, bahkan juga bukan dari rumah yang dia gadai, dari kantornya. Tapi karena ini halal, sah, enggak? Hajinya sah walaupun bukan dari duit dia, atau haji hadiah kan ada juga, haji hadiah giveaway?
Ustaz Arifin:
Iya, atau giveaway atau grand prize. Nah, ikut acara hadiahnya haji diundi, menang. Ini kan haji undian, namanya sah atau tidak sah?
Ikram:
Gitu, Ustaz.
Ustaz Arifin:
Oh, berarti sekarang kalian silakan gadai rumah kalian, tapi izin sama orang tua dulu.
Ikram:
Iya, itu penting. Kalau rumah sendiri, is oke.
Ustaz Arifin:
Iya, iya. Betul.
Ikram:
Ustaz, Ikram, jadi timbul pertanyaan kalau kayak Ikram nih, contoh Ustaz. Kan kita influencer. Kalau kita diberangkatin haji atau umrah tapi jalur endorse, itu gimana? Kita yang harusnya bayar, kita dibayar. Gimana tuh?
Ustaz Arifin:
Enggak apa-apa. Saja boleh. Enggak ada masalah di-endorse. Harusnya bayar, dibayar. Ya, pembimbing haji. Hehe, kan sama nih, saya.
Ikram:
Oh, iya juga, ya.
Ustaz Arifin:
Iya kan? Saya berangkat haji enggak bayar, tapi pulang dibayar. Misalkan contoh, karena apa? Membimbing jemaah, mengarahkan. Enggak apa-apa. Enggak ada masalah. Teman-teman, mungkin dari petugas-petugas haji juga begitu. Kan berangkat, ada yang tanya, “Gimana, Ustaz, kalau saya ini berangkat kan petugas haji sambil kerja, sambil haji, bisa apa enggak?” Enggak ada masalah. Enggak ada masalah.
Ikram:
Hehe, nah, kalau Ustaz, ada enggak sih amalan yang kalau kita lakuin itu setara sama haji? Mungkin teman-teman sambil nunggu haji, ya, sekarang jadi bisa ngelakuin amalan ini, tuh, apa, Ustaz? Hehe.
Ustaz Arifin:
Iya, jadi kalau mau ditanya yang setara dengan haji, itu ada. Tapi ke sana juga, umrah. Oh, di bulan Ramadan?
Ikram:
Oh, di bulan Ramadan itu?
Ustaz Arifin:
Umrah di bulan Ramadan. Kata Nabi itu setara dengan haji bersamaku.
Ikram:
Uh, gua nyesal. Haji bersamaku? Aku nyesal, Ustaz.
Ustaz Arifin:
Aku niat bulan puasa itu berangkat, cuma aku pikir, aduh, kayaknya puasa di sana bakal ramai, nih, rebutan makan, ataupun segala. Kayak pas ngedengar kayak gini.
Ikram:
Eh, salah, loh. Bukan rebutan makan, loh.
Ustaz Arifin:
Lo, apa? Kita nolak-nolak orang ngasih makan?
Ikram:
Oh, enggak ada rebutan makan. Kalau bulan Ramadan, semua berlomba untuk ngasih makan. Sampai kadang-kadang kita lagi jalan aja, dipaksa, dipanggil-panggil, “Haji, haji, minta tolong,” gitu. Wah, sampai bingung, dah.
Ikram:
Wih, jadi pengin berangkat haji atau umrah enggak sih, bawahnya, dong?Ustaz Arifin:
Ya, teman-teman, sekarang waktunya komen kalau kalian punya pertanyaan, baik tentang umrah atau tentang kehidupan sehari-hari. Boleh langsung tanya di kolom komentar. Kita nanti bakal dijawab langsung sama Ustaz Arifin Nugroho. Kalau gitu, saya Ikram Mafro, dan juga Ustaz Arifin Nugroho pamit untuk diri. Tapi sebelum itu, jangan lupa like, komen, dan juga aktifin loncengnya di channel YouTube kita, BPKHRI. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.